Bab Tiga

4.9K 909 161
                                    


Abi duduk dengan wajah tegang di hadapan empat orangtua yang saat ini memandangnya dengan tatapan tajam, seolah ingin menguliti Abi. Rasa-rasanya Abi ingin memukul wajah sialan Leo saja saat ini. Benar Abi meminta bantuan dan solusi darinya, tapi... apa harus dengan cara seperti ini?

"Jadi, kamu mau menikah dengan Gisa?" pertanyaan bernada sinis dan penuh cemo'oh itu Abi dengar dari Adrian. Saat Abi mengangguk kaku, Adrian mendengus menyebalkan.

"Sudah berapa lama memangnya kamu sama Gisa pacaran?" tanya Mala dengan suata juteknya yang khas.

Kepala Abi menggeleng cepat. "Kita nggak pacaran, Tante."

Kedua mata Mala menyipit tajam dengan cepat. "Tante? memangnya saya Tante kamu?!"

"Hm..." Abi menggaruk pipinya bingung. Jadi dia harus memanggil apa? Bunda? Bisa-bisa dia usir detik ini juga.

"Kalau kalian nggak pacaran, terus kenapa tiba-tiba mau menikah?" suara Gadis terdengar penuh hati-hati saat menanyakan hal itu. Walaupun sejak Rere dan Leo datang menemui mereka dan menceritakan mengenai masalah Abi dan Gisa, Gadis merasa seperti terkena serangan jantung, tapi dia tetap bisa menjaga sikapnya di depan Abi, sekalipun masih tidak menyukai Abi karena kejadian di masa lalu.

"Gisa hamil?" tebak Raka.

Mendengar itu, kedua mata Abi melotot lebar dan tidak cukup sampai di sana, para orangtua itu saling menarik napas tercekat dan seolah siap membunuhnya. "Eh, nggak Om, nggak hamil. Saya selalu main aman kok."

"Hah?! Maksudnya?" gumam Gadis terperangah.

Abi semakin gelagapan saat menyadari kebodohannya. Dia tertawa hambar sambil menggelengkan kepalanya. "Maksud saya... hm..."

"Kalau bukan hamil, kenapa kamu sama Gisa tiba-tiba mau menikah?" tanya Raka lagi.

"Memangnya Leo nggak cerita, ya, Om?" tanya Abi memastikan.

"Yang mau menikah itu Leo atau kamu?!" omel Mala. "kamu dong yang harus cerita ke kita. Masih untung anak saya mau bantuin kamu."

Bantuin apaan, gue dianterin ke kandang Singa begini. rutuk Abi di dalam hati. "Hm, gini, saya dan Gisa... saling mencintai. Kami... berniat ingin menikah–"

"Menikah?" ulang Adrian. "playboy kaya kamu mau menikah?" dia tertawa sinis dan terlihat sangat angkuh. "mustahil. Jangan kamu pikir saja nggak tahu ya sepak terjang kamu gimana. Suka main perempuan, pergaluan bebas, ck, ck, ck."

Abi mengernyit malas. Apa Papanya Rere ini tidak memiliki cermin di rumahnya untuk berkaca?

"Kamu juga dulu playboy tapi akhirnya menikah, kan?" sahut Raka.

"Kenapa kamu jadi bawa-bawa aku?!" balas Adrian.

Raka menggedikkan bahunya. "Kalian berdua terlihat sama."

"Sama?" Adrian tertawa malas. "kalau aja kamu lupa, Raka, aku ini adalah lelaki paling setia yang pernah Gadis miliki."

"Oh ya?"

"Iya. Kenapa? Kamu nggak suka?! Sana, pulang!"

"Ini apaan sih," omel Mala. "kenapa jadi kalian berdua yang berantem."

"Itu, suami kamu!" telunjuk Adrian mengarah pada Raka.

"Bukannya kamu ya, yang selalu aja jadi sumbu pendek." Balas Raka santai.

The Journey (Skuel Tikus Dan Kucing Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang