Pagi ini, Abi, Leo beserta seluruh keluarganya sudah berada di Bandara. Abi dan Leo yang lebih tiba lebih dulu di sana, lalu beberapa menit setelahnya Leo dikejutkan dengan seluruh anggota keluarganya yang datang.
"Kenapa Andi sama Dara juga ikut?" tanya Leo pada Mala.
Dibalik kacamata hitam yang Mala kenakan, dia melirik kedua anaknya sebentar. "Memangnya kenapa? Kamu keberatan? Bukannya ini lamarannya Abi sama Gisa? Kenapa jadi kamu yang ribet?"
Leo menatap datar pada Mala. "Leo cuma nanya."
"Semakin banyak orang yang ikut, image Abi semakin bagus di depan Ibunya Gisa." Sahut Raka.
"Abang mana tahu." Timpal Andara.
Andi mengangguk setuju. "Soalnya, semakin jelek image abang, kak Rere semakin cinta."
Wajah Leo semakin tertekuk kesal mendengar ucapan adik-adiknya. Satu tangan Leo menoyor kepala Andi sedang satunya lagi mencubit pipi Andara.
Mala mendengus melihat ketiga anaknya. Lalu ekor matanya melirik Abi yang terkekeh geli. "Yang Bunda bilang udah di bawa?"
Abi mengangguk. "Bunda mau lihat?"
"Bunda?" sahut Andi dan Andara dengan wajah terkejut.
Leo ikut bereaksi, bibirnya mencebik kuat dan matanya menyipit tajam. "Gue udah bilang kan soal itu?" geramnya.
"Bang Abi panggil Bunda?" tanya Andi lagi dengan wajah terganggu.
"Ih, nggak boleh!" protes Andara.
Leo tersenyum miring pada Abi karena saat ini dia sudah memiliki sekutu.
Abi hanya tersenyum malas pada Leo.
"Udah! Kalian mau ribut di sini sampai kapan?" omel Mala. "mau ketinggalan pesawat?" lalu Mala tampak memijat dahinya karena menerima panggilan seseorang. Dia sedikit menjauh dan melakukan percakapan di telefon.
Hal itu tidak lepas dari pengamatan Abi. Sepertinya Mala terlihat lelah karena mengurusi semua hal yang berkaitan dengan lamaran Abi, hingga kemudian Raka menghampirinya dan menepuk pundaknya pelan. "Nggak usah cemas, dia memang menyukai kerumitan. Hidup damai sama sekali nggak menantang untuk istri Om."
Abi mengerjap lalu tertawa pelan. "Makasih, ya, Om." Ucapnya kemudian.
Raka hanya mengangguk kecil, namun kedua matanya menatap lekat pada Leo yang berdiri berhadapan dengan Andi, Leosedang menggendong Andara, tampak mengobrol ringan. "Anggap aja apa yang Om lakukan ini sebagai ucapan terima kasih."
"Terima kasih?" ulang Abi tidak mengerti.
"Hm. Terima kasih karena kamu sudah mau menjadi sahabat Leo dan selalu berada di sisinya. Kamu punya andil besar dalam kehidupan Leo dan membuatnya menjadi sedewasa sekarang." Jelas Raka.
Apa yang Raka katakan membuat kepala Abi bergerak lambat, menoleh pada Leo yang tertawa kecil karena melihat pertengkaran kedua adiknya. Lalu tawa itu menular di bibir Abi. "Sebenarnya, hal yang sama juga terjadi pada saya."
Raka mengernyit menatap Abi, lalu keduanya hanya saling berbalas senyuman tipis hingga Mala kembali menghampiri mereka. "Oke, udah waktunya Chek-in."
Abi mengangguk, lalu dia memanggil Leo. Saat semua orang sudah bersiap-siap, Raka masih diam di tempatnya sambil menatap lurus ke depan.
"Sayang," tegur Mala. "ayo, kenapa masih berdiri di situ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey (Skuel Tikus Dan Kucing Jatuh Cinta)
General Fiction"Hamil?" Gisa menggigit bibirnya kesal, kedua matanya berkaca-kaca menatap Abi yang masih memandangi tespek di tangannya dengan tatapan kosong. "Gue udah bilang, jangan pernah lupain kondom lo!" teriak Gisa. Abi mengusap wajahnya gusar, lalu menatap...