Bab Tujuh

4.2K 854 84
                                    

Saat satu persatu tamu yang hadir pulang dan rumah Gisa terasa sepi, Adrian mengajak Rahayu dan Arjuna bicara. Kini di rumah itu hanya ada keluarga Raka, Adrian dan juga keluarga Gisa yang duduk berkumpul.

"Sebelum kita membahas tentang pernikahan, ada yang ingin kami jelaskan pada Bu Rahayu mengenai Abi dan juga...," Adrian melirik Abi sejenak. "orangtuanya."

"Bu Rahayu pasti bertanya-tanya, kenapa nggak ada orangtua Abi di sini." Sambung Mala.

Rahayu mengangguk pelan, lalu menatap Abi lekat. Sejak tadi hal itu memang mengganggu pikirannya. Bahkan saat melihat Abi hanya ditemani keluarga Leo dan juga keluarga Rere, Rahayu mulai merasa ada yang aneh. "Nak Abi... sudah nggak punya orangtua lagi?"

Abi terlihat resah sambil meneguk ludanya berat. "Saya masih punya orangtua." Jawabnya pelan.

"Kalau begitu... kenapa orangtua nak Abi nggak ikut?" tanya Rahayu lagi. "kamu... belum mendapatkan restu?"

"Bukan, Bu. Tapi, saya..." Abi menghela napas berat. "saya nggak punya hubungan yang baik dengan orangtua saya."

Rahayu terlihat terperangah. Dia berusaha mencerna apa yang Abi katakan dan juga bagaimana raut wajah Abi saat ini. "Apa itu artinya... mereka nggak setuju kamu menikah dengan Gisa?"

"Bukan," ralat Abi. "tapi... mereka sama sekali nggak tahu kalau saya dan Gisa akan menikah."

"Apa?"

"Saya dan kedua orangtua saya sudah lama nggak bertemu dan bahkan kami... sudah saling memutuskan hubungan."

Orangtua mana yang tidak terkejut mendengar calon menantunya memiliki latar belakang seperti itu pada orangtuanya. Belum lagi Rahayu tidak mengenal Abi dengan baik. Rahayu menatap Gisa yang duduk di sampingnya. "Kamu tahu tentang hal ini, Gisa?" tanyanya memastikan. Gisa mengangguk tegas, membuat Rahayu kehilangan kata-katanya. "saya... saya nggak tahu kalau..." Rahayu menggelengkan kepalanya lemas. "itu artinya putri saya akan menikah tanpa restu dari kedua mertuanya?"

Abi melihat gurat tak senang di wajah Rahayu. Tentu saja, apa lagi Rahayu masih menjunjung tinggi adat istiadat dan hal ini pasti tidak dia sukai. Menyadari hal itu, Abi kembali merasa gelisah. "Bu, saya bisa memastikan hal ini nggak akan berpengaruh pada pernikahan kami nanti."

"Restu itu penting, nak Abi," sahut Rahayu cepat, wajahnya sedikit marah. "Gisa akan menikah dengan kamu, dia akan menjadi bagian dari keluarga kamu. Tanpa restu dari mereka, hubungan kalian nggak akan berjalan dengan baik. Dan saya nggak bisa melihat Gisa memiliki masalah seperti itu dengan keluarga suaminya."

"Bu..."

"Nggak," jawab Rahayu tegas. "Ibu nggak bisa."

Apa yang Rahayu katakan membuat semua orang terperangah. Terlebih lagi Abi yang memucat dan merasa sekujur tubuhnya seolah kaku. Baru saja dia merasa benar-benar bahagia, baru saja dia merasa yakin akan memiliki kehidupan sempurna. Tapi kenapa lagi-lagi dia menemukan masalah di dalam hidupnya.

"Bu Rahayu," tegur Mala. "kita nggak mungkin membatalkan semua ini."

"Saya nggak bilang dibatalkan. Tapi saya nggak akan mengizinkan Gisa menikah tanpa restu orangtuanya Abi." Ujar Rahayu.

"Mereka akan tetap menikah," sahut Leo, suaranya terdengar dingin. "walaupun tanpa restu orangtua Abi."

"Nak Leo..." gumam Rahayu. "Ibu sangat menghargai nak Leo sebagai suami Rere. Saya juga menghargai Pak Adrian dan Bu Gadis karena selama ini kalian semua sudah sangat berjasa pada kami. Tapi saya nggak bisa–"

The Journey (Skuel Tikus Dan Kucing Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang