Bab Sebelas

8.1K 709 144
                                    

Abi dan Gisa sudah berdiri di depan pintu yang sebentar lagi akan di buka untuk mereka. Keduanya sudah sama-sama memakai baju pengantin yang luar biasa indah. Gaun pengantin berwarna putih dan juga tuxedo berwarna hitam. Keduanya terlihat tampak serasi dan luar biasa menawan.

Abi menyerahkan lengannya pada Gisa, mereka berdua saling tatap satu sama lain dan tersenyum geli. Gisa memeluk lengan Abi, satu tangannya yang bebas memegang sebuket bunga.

"Gis,"

"Hm?"

"Dulu, kamu pernah membayangkan tentang pernikahan?"

"Setiap perempuan waras di dunia ini pasti pernah memikirkan tentang pernikahannya."

"Waktu itu, siapa laki-laki yang ada di dalam bayangan kamu?"

"Yang jelas bukan kamu." 

Abi berdecak, Gisa tertawa pelan.

"Aku nggak pernah membayangkan wajahnya, tapi... sosoknya masih nggak pernah bisa hilang di kepalaku."

"Oh, ya?"

"Hm. Lelaki gagah, pemberani, sayang aku dan juga keluargaku. Lelaki yang punya banyak kesabaran ekstra menghadapi sikapku, dan yang paling penting... mau hidup menua bersamaku."

Abi terkekeh pelan. "Itu aku, persis banget."

"Tapi, sosok itu nggak mesum kaya kamu."

"Mesum juga lo cinta mati sama gue."

"Pede banget lo. yang ngemis-ngemis sama gue kan elo."

"Elo lah."

"Dih."

Begitu lah. Panggilan penuh sopan santun yang mulai mereka biasakan masih sering kali terlupakan jika mereka berdebat seperti sekarang.

Pintu di depan mereka terbuka, membuat keduanya berhenti saling berdebat. Kilat cahaya menyerbu mereka, membuat keduanya berkedip bersamaan lalu senyuman orang-orang yang mengarah pada mereka membuat suasana berubah begitu saja.

Mereka melangkah beriringan, mengulas senyuman terbaik yang mereka miliki pada semua orang yang tersenyum bahagia menatap mereka. Padahal baik Abi maupun Gisa tidak mengundang terlalu banyak orang, tapi entah kenapa saat ini di mata mereka berdua banyak sekali tamu undangan yang hadir.

Teman-teman Abi yang berkerumun, bertepuk tangan dan saling bersorak menertawakan Abi, membuat Abi berdecih meski sudut bibirnya tertarik ke atas. Mereka pasti sedang menertawakan Abi. Bagaimana tidak, lelaki playboy yang sering mematahkan hati banyak perempuan, yang selalu mengikrarkan kebebasannya dan bersumpah tidak akan pernah menikah, nyatanya malah sebaliknya.

Gisa melirik pada Rahayu dan Arjuna, saling melemparkan senyuman lepas satu sama lain. Lalu, dia menemukan Rere, Leo dan kedua keluarga mereka, duduk di meja yang sama. Rere dan Leo menggendong anak mereka masing-masing. Rere mengarahkan tangan Arka dan melambai pada Gisa, membuat Gisa tertawa pelan lalu membalas lambaian tangan mereka.

Gisa berbisik pada Abi hingga Abi menoleh ke tempat yang sama, tersenyum miring ketika melihat senyuman lepas Leo yang jarang sekali terlihat.

Abi merasa bahagia, benar-benar bahagia. Tapi entah kenapa kedua matanya malah terasa memanas. Apa lagi melihat Raka, Mala, Adrian dan Gadis. Orang-orang yang banyak berjasa dalam hidupnya.

Lalu Abi menemukan Raja, duduk di samping Arjuna, memakai Tuxedo yang awalnya tidak mau dia pakai tapi karena Gisa terus mengomelinya akhirnya Raja mau memakainya. Tuxedo yang sama seperti yang Arjuna kenakan.

The Journey (Skuel Tikus Dan Kucing Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang