Satu bulan setelahnya, pernikahan Abi dan Gisa terlaksanakan di kampung Gisa. Keluarga Raka dan Adrian turut hadir di sana, termasuk Rere dan kedua bayi kembarnya. Mulanya Leo melarang Rere untuk ikut mengingat usia bayi mereka yang masih terlalu kecil. Leo bilang, Rere bisa menghadiri resepsi yang di Jakarta nanti, tapi Rere bersikeras ikut dengan rajukannya.
Pernikahan Abi dan Gisa di kampung terbilang sederhana dan penuh kekeluargaan karena memang itu yang Gisa inginkan. Lalu satu hari setelah pernikahan, Gisa dan Abi ikut ke Jakarta bersama yang lain.
Beberapa minggu lalu Arjuna membicarakan mengenai siapa yang akan menemani Ibu mereka setelah Gisa menikah lagi. Bulan depan Arjuna sudah harus pindah ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya, tapi Arjuna rela membatalkan niatnya itu dan memlih Universitas di kota tempat tinggalnya saja karena Gisa dan Abi jelas tidak mungkin tinggal di kampung.
Saat itu Gisa menelefon Abi dan meminta pendapatnya.
[Lo minta persetujuan Ibu untuk ikut ke Jakarta, tinggal bareng kita.]
"Tinggal di mana? Ruko? Nggak ada kamar kosong di ruko, bego."
[Ck! Ya nggak lah. Nanti gue beli rumah buat kita. sekalian Juna juga tinggal bareng kita.]
"Rumah?"
[Hm.]
"Lo mau beli rumah?"
[Iya.]
"Punya uang memangnya?"
[Lo beneran minta di gigit banget ya, Gis. Sebut aja lo mau punya rumah berapa, gue beliin!]
"Dih, marah. Ya kan setahu gue lo cuma punya dua ruko. Satu buat tempat tinggal, satunya lagi buat parkiran. Kali aja walaupun selama ini lo punya uang banyak tapi habis buat foya-foya."
[Walaupun gue foya-foya, tapi uang gue nggak bakalan habis, Gis. Keuntungan dari King aja bisa buat lo hidup enak sampai lima tahun ke depan. Belum lagi kerjaan gue yang lain.]
"Kerjaan lo yang ngerampok orang itu, ya?"
[Itu namanya bisnis.]
"Kedengerannya lebih halus tapi artinya sama aja sih."
[Bener-bener ya lo, Gis!]
Saat itu, mereka melakukan percakapan melalui telefon selama dua jam. Satu jam setengah hanya di isi dengan perdebatan yang tidak ada habisnya. Sisanya, baru membicarakan mengenai Rahayu.
Lalu setelah mereka mengambil keputusan, Gisa mengajak Ibunya untuk tinggal bersamanya di Jakarta. Mulanya Ibunya menolak, tapi pada akhirnya setuju dengan syarat tidak ada yang boleh melarangnya jika dia ingin sesekali pulang ke kampung. Lalu Rahayu juga meminta kerabatnya untuk menempati dan merawat rumah mereka karena rumah itu adalah satu-satunya peninggalan almarhum suaminya.
Karena keputusan itu sudah di ambil, maka Abi dan Gisa kembali ke Jakarta lebih dulu untuk mempersiapkan banyak hal sebelum Rahayu dan Arjuna datang.
Dan di sana lah Gisa berada saat ini, berdiri di depan ruko, memandangi bangunan itu dengan senyuman tipis yang menggambarkan kerinduan. Karena mereka sampai di sana pukul sembilan malam, maka ruko terlihat sepi karena Raja memang selalu menutup toko dan menolak pelanggan pukul setengah sembilan. Namun, pintu ruko masih terbuka dan Gisa tahu apa yang sedang Raja kerjakan di dalam sana.
Mengabaikan Abi yang sedang mengeluarkan beberapa koper dari dalam taksi, Gisa melangkah masuk ke dalam ruko. Bibirnya semakin tersenyum lebar saat menemukan Raja sedang menyapu lantai dan memungut beberapa sampah yang berserakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey (Skuel Tikus Dan Kucing Jatuh Cinta)
Aktuelle Literatur"Hamil?" Gisa menggigit bibirnya kesal, kedua matanya berkaca-kaca menatap Abi yang masih memandangi tespek di tangannya dengan tatapan kosong. "Gue udah bilang, jangan pernah lupain kondom lo!" teriak Gisa. Abi mengusap wajahnya gusar, lalu menatap...