Padahal Abi baru saja tiba, Abi bahkan belum juga duduk, tapi hanya dengan melihat wajah kusut Abi, Leo sudah tertawa terbahak-bahak di tempatnya hingga Rere yang berada di sampingnya mengernyit bingung.
"Lo memang Anjing!" umpat Abi pada sahabatnya itu berapi-api.
"Kalian ini kenapa sih," rutuk Rere. "Abi, gimana tadi? Mereka mau bantuin?" Rere menatap Abi dengan raut penasaran.
Kemarin, setelah Abi meminta solusi Leo mengenai masalahnya, Leo mengajak Rere bicara. Leo menjelaskan semua hal mengenai Abi, termasuk masalah yang Abi miliki dengan keluarganya. Karena Leo sudah punya solusi apa yang bisa dia berikan pada Abi, Leo mengatakannya pada Rere dan meminta persetujuan, karena bagaimanapun, segala hal yang menyangkut dengan keluarga Rere pasti tidak lah mudah.
Tapi Rere malah menyetujuinya tanpa berpikir lama. Rere malah merasa kasihan pada Abi dan kini tiba-tiba saja sangat mendukungnya agar bisa menikah dengan Gisa, membuat Leo mencubit pipi istrinya itu gemas karena sempat berlebihan mencurigai Abi.
Lalu saat itu Leo menyuruh Abi datang ke rumah Adrian. Sebelumnya, Leo sudah menyuruh orangtuanya juga datang kesana karena ada hal penting yang akan Abi katakan pada mereka.
Abi sama sekali tidak tahu kalau Leo menyuruhnya bicara pada mereka semua. Leo hanya mengirimi pesan untuk datang ke rumah Rere. Dan begitu Abi sampai di sana, dia dikejutkan dengan sidang yang luar biasa mengerikan itu.
Dan saat ini, mengabaikan pertanyaan Rere, Abi yang sudah duduk di seberang sepasang suami istri itu mengeluarkan stick vape dari sakunya dan melemparkannya ke arah Leo yang mengelak dengan cepat dan tentu saja dengan tawa yang masih bertahan di bibirnya.
"Kalau tahu rencana sialan lo itu, gue nggak bakalan mau datang ke rumah Rere. Gila, ya, keluarga kalian berdua tuh lebih nyeremin dari pada mafia kelas kakap yang sering gue temui tahu, nggak!"
"Berlebihan." Cibir Leo.
"Lo berengsek!"
"Bukannya lo harus berterima kasih sama gue?"
"Najis, Anjing!"
"Abi..." tegur Rere, bibirnya mencebik pelan. Kemudian dia menatap suaminya. "kamu sama Abi bisa nggak sih, ngomong kasarnya mulai di kurangin dari sekarang? Ada anak-anak loh."
"Mereka di kamar, Re."
"Ya tetap aja harus mulai dibiasain."
Leo menghela napas pasrah dan membuang muka. Jangan mendebat istrinya yang akhir-akhir ini jadi lebih sensitif semenjak melahirkan. Leo selalu saja salah di matanya.
"Terus, gimana?" tanya Rere lagi.
Abi mengernyit. "Gimana apanya?"
"Kamu udah dapat restu? Mereka mau bantuin?"
Abi mengangguk pelan hingga Rere tersenyum cerah. "Tapi cuma Om Raka sama Bunda."
"Bunda?" ulang Leo.
"Papa sama Bunda? Mama sama Papa aku gimana?"
"Tunggu," sela Leo. "lo panggil apa tadi? Bunda?" suaranya terdengar tidak terima.
Abi menyeringai penuh kemenangan. "Bukan salah gue, nyokap lo sendiri yang nggak mau di panggil tante, maunya di panggil Bunda."
"Nggak!" protes Leo. "jangan sampai ya Bi, gue dengar lo panggil nyokap gue Bunda."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey (Skuel Tikus Dan Kucing Jatuh Cinta)
Ficción General"Hamil?" Gisa menggigit bibirnya kesal, kedua matanya berkaca-kaca menatap Abi yang masih memandangi tespek di tangannya dengan tatapan kosong. "Gue udah bilang, jangan pernah lupain kondom lo!" teriak Gisa. Abi mengusap wajahnya gusar, lalu menatap...