Bab Satu

6.6K 997 122
                                    


Bangku panjang di bawah pohon mangga itu lagi-lagi Abi dan Gisa jadikan tempat untuk bicara. Rahayu baru saja pergi ke rumah saudaranya untuk menghadiri hajatan, Arjuna ikut bersamanya. Gisa duduk dengan tenang, hanya ekor matanya saja yang sejak tadi tidak bisa melepaskan Abi dari pandangannya.

Abi sendiri tampak begitu panik. Terkadang dia duduk, terkadang berdiri kemudian berjalan kesana kemari sambil mengacak rambutnya. Wajahnya terlihat gusar bukan main.

"Ya udah sih, batalin aja kalau gitu." Ujar Gisa ringan hingga membuat gerakan Abi yang mengacak-acak rambutnya terhenti.

Abi memandang Gisa kesal. "Terus, kalau gue batalin, lo bakal nyari cowok baru kan di sini?"

Gisa mengernyit malas. "Mau gimana lagi."

Abi menarik napas panjang dan menahan geramannya. "Oke, gue harus balik ke Jakarta." Cetus Abi.

Gisa yang mendengar itu tampak tersentak dan tiba-tiba saja, sebuah perasaan tak nyaman menghantamnya. Abi memutuskan kembali ke Jakarta? Bahkan saat mereka belum menyelesaikan masalah ini? Jangan-jangan... lelaki sialan ini berniat membatalkan rencananya.

"Ya udah, sana pulang! Sekalian bawa adik lo tuh! Beras di rumah gue bisa habis lama-lama kalau kalian berdua masih di sini." Gisa mendengus kuat kemudian berdiri tegak dan pergi meninggalkan Abi yang menatapnya tak percaya.

"Gis!" panggil Abi, namun Gisa menulikan kedua telinganya dan terus berjalan memasuki rumahnya.

"Playboy sialan! Ngapain lo harus ke sini, ngajakin gue nikah segala lagi, tapi baru ketemu masalah begini aja udah nyerah. Muka aja yang cakep, otak lo beneran bego." Rutuk Gisa di sepanjang jalan. Sampai ketika lengannya di tahan oleh Abi dari belakang, baru Gisa menghentikan langkahnya, itu pun untuk melepaskan cekalan tangan Abi dan menggantinya dengan menendang tulang kering kaki Abi di bawah sana.

"AGH!" pekik Abi kuat. "Gis, aduh..." Abi meringis, satu kakinya terangkat ke atas saat dia berusaha mengusap-ngusap bagian yang tadi Gisa tendang. "lo kenapa sih, Gis? Sakit tahu, nggak."

Gisa tersenyum miring sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Katanya lo mau pulang, sana, pulang! Ngapain masih di sini?!"

Abi mengerjap bingung.

"Lagian ya, Bi, gue nggak ada tuh nyuruh lo nyusulin gue kesini. Gue juga nggak pernah minta lo nikahi. Lo aja yang sok pahlawan melamar gue di depan Ibu dan sekarang, giliran Ibu minta keluarga lo datang ke sini, lo mau kabur. Makanya, jadi cowok nggak usah sok kecakepan. Asal lo tahu ya, sepuluh kaya lo juga bisa gue dapetin."

"Kabur? Siapa yang mau kabur sih?" tanya Abi, wajahnya semakin berkerut bingung. Lalu, ketika Gisa hanya mendengus dan menatapnya tajam, baru lah Abi mulai mengerti dan terkekeh pelan. "lo takut gue tinggalin ya, Gis?"

Gisa mengernyit jijik, apa lagi melihat kedua alis Abi yang bergerak naik turun menggodanya.

"Sayang..." Abi menyentuh kedua bahu Gisa, mengulum senyum menawannya yang membuat Gisa semakin membencinya karena harus mengakui kalau Abizar Ilyas, lelaki sialan yang berhasil membuatnya jatuh cinta itu memang sungguh menawan. "gue balik ke Jakarta bukan karena mau kabur, justru gue harus balik buat cari jalan keluar. Jadi, lo jangan takut gue tinggalin, ya. Tenang aja, gue nggak bakal kemana-mana. Gue tahu kok, lo cinta banget sama gue dan nggak mau kehilangan gue."

Gisa melayangkan tatapan datarnya, kemudian menepis kedua tangan Abi di bahunya lalu memukul kepala Abi tanpa sungkan hingga Abi kembali memekik. Luar biasa sekali kadar kepercayaan diri Abi ternyata.

The Journey (Skuel Tikus Dan Kucing Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang