Semenjak kau pergi, ada banyak sekali hal yang telah terjadi dalam hidupku. Aku menjadi lebih pendiam dari biasanya. Lengkungan manis yang diciptakan oleh bibirku sudah tak sering terlihat lagi seperti saat aku bersamamu dulu.
Ada banyak sekali orang yang datang dengan keinginan untuk menggantikanmu. Tapi tak pernah ada satu pun yang dapat menandingimu.
Dulu ... aku selalu menyuruhmu untuk tidak mengirimkan banyak stiker saat kita sedang berkirim pesan. Karena bagiku, hal itu sangat kekanak-kanakan dan mengganggu. Tapi ... semenjak pesan terakhirmu padaku di hari itu, aku sudah tak mendapatkannya lagi dari siapa pun. Ponselku selalu sunyi tanpa pesan darimu.
Aku menangis sangat keras, sangat dalam, dan sangat lama pada hari itu. Aku bahkan tak ingin beranjak meninggalkan rumah terakhirmu dalam waktu yang cukup lama.
Waktu berlalu dengan cepat dan kini aku telah menjadi seorang pria yang cukup dewasa. Namun pintu hatiku masih sama seperti dulu ... tertutup dengan rapat, tanpa ada seorang pun yang dapat membukanya. Hal itu karena ... hanya kau lah yang memegang kuncinya.
Sampai sekarang ... aku masih menyimpan baju berpasangan kita di dalam lemariku, dengan sebuah permen lolipop yang pernah kau berikan padaku di dalam kantungnya. Aku tak pernah memakainya lagi semenjak kau pergi. Aku tidak ingin baju itu sampai rusak ataupun pudar. Jika hal itu sampai terjadi, kau harus datang ke mimpiku untuk memarahiku.
Apa kau ingat kedai yang selalu kita datangi setiap hari Sabtu sore? Kita selalu memesan es krim vanilla dan memakannya bersama-sama. Terkadang, kita akan saling menyuapi satu sama lain tanpa memperdulikan orang lain yang menatap dengan sinis ke arah kita.
Kini ... aku masih datang ke kedai itu sendirian dan memesan dua cup es krim vanilla seperti yang kita lakukan dulu. Satu untukku, dan satu lagi ku simpan di depan kursi kosong di hadapanku. Hal itu ku lakukan karena aku selalu merasa bahwa sosokmu selalu ada di dekatku. Namun rasanya tak semanis dulu, jika aku tak memakannya sambil memandangi wajah cantikmu.
Beberapa kali air mataku menetes jika aku mengingat kenangan kita berdua di tempat ini, membuat es krim ini berubah menjadi rasa kesedihan.
Aku sangat merindukanmu. Setiap malam aku selalu berdoa agar Tuhan mengizinkan kita bertemu walau hanya dalam mimpi. Namun, sepertinya Tuhan masih belum mengizinkannya.
Oleh karena itu, aku memutuskan untuk menemuimu malam ini. Dengan bermodalkan sebuah lilin, aku pergi ke kamar mandi dan mematikan lampu hingga gulita menyelimuti tubuhku.
Beberapa waktu lalu, aku menemukan sebuah artikel tentang ritual pemanggilan roh orang yang sudah mati. Hanya dengan bermodalkan sebuah ruangan gelap, lilin dan cermin, kau bisa menghubungi siapapun yang kau rindukan di alam baka. Namun baru saja aku menutup pintu, teman-temanku langsung mengetuk untuk menghentikan usaha nekatku.
Kali ini, mereka pergi ke rumah orangtua masing-masing untuk merayakan liburan akhir tahun. Sedangkan aku memutuskan untuk pergi berlibur lebih lambat dari yang lain. Aku sendirian di rumah kami dan berniat akan melakukan ritual apapun untuk berkomunikasi dengan mantan kekasihku di dunia lain.
Aku bahkan sudah membeli beberapa buku kuno yang berisikan mantra-mantra pemanggilan roh. Satu persatu dari ritual itu aku coba, namun tak ada yang bekerja. Pada akhirnya, aku seperti orang gila yang berperilaku acak tanpa arah.
Buku-buku ini sangat tidak berguna. Mereka hanya menjadi pengingat kejam bahwa aku adalah orang menyedihkan yang sedang merasa kesepian. Lebih baik aku menyobeknya, lalu ku lipat menjadi pesawat kertas daripada harus membacanya lagi. Ini terasa seperti pembodohan bagiku.
Aku menangis dalam diam, lagi.
Selalu saja berakhir seperti ini. Terkadang, teman-temanku akan meledekku bahwa aku tak jantan karena mudah menangis. Tapi sekuat apapun aku menahannya, keringat hati ini akan tetap mengucur deras dari pelupuk mataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
UwU Family | DARK ICE
Mystery / ThrillerBerbagai misteri akan terpecahkan dengan cara yang sangat 'uwu' oleh kesepuluh remaja luar biasa dengan warna yang berbeda.