Beberapa hari belakangan ini, warga Icetown dihebohkan dengan sayembara dari seorang konglomerat dengan nominal hadiah yang sangat besar. Konglomerat itu mencari seseorang yang dapat membuat bunga Maeranesia langka miliknya mekar dengan lagu ajaib.
Maeranesia adalah salah satu jenis bunga paling langka yang pernah ada. Bunga ini dikelilingi oleh aura mistis yang penuh keajaiban. Bahkan untuk membuat bunga ini mekar pun, harus dilakukan oleh seseorang yang tepat dengan lantunan lagu ajaib.
Aku dan timku sedang membutuhkan uang akhir-akhir ini. Tabungan kami sudah habis karena tak ada pemasukan yang datang beberapa hari belakangan. Kami harus mulai menghemat dan berpikir untuk mencari uang secepatnya.
Aku, Adit, Ray, Kevin, Zico, Farras, Satria, Mitsa, dan Helvi seringkali melakukan rapat dadakan untuk membahas masalah ini. Aku dan kedelapan temanku itu sudah cukup putus asa.
"Seperti yang kita tahu, tabungan kita semakin menipis setiap harinya. Kita tak bisa diam saja dan harus mencari sumber pemasukan baru. Ada yang punya ide?" ucap Adit mulai membahas topik pembicaraan untuk hari ini.
"Bagaimana kalau Mitsa jual diri aja? Kayak si Jubaedah, anak kampung sebelah. Mitsa ga kalah cantik dari dia kok," ucap Satria memberikan saran. Aku tahu dia tak serius dengan ini.
"Dih n*jis. Cantik doang, cari duit tinggal ng*ngkang," balas Mitsa terlihat kesal.
"Bagaimana kalau kita jual ginjal, terus uangnya dijadiin modal usaha? Keuntungan usaha itu nanti kita belikan ginjal baru lagi," kali ini Farras yang berbicara. Anak itu selalu memiliki pemikiran yang sangat luas. Atau mungkin terlalu luas.
Keadaan akhirnya menjadi ribut hingga Adit memberi instruksi untuk diam. Semuanya mendadak hening.
"Kalian dengar sayembara yang diadakan oleh konglomerat di pinggiran kota tidak? Bagaimana kalau kita coba ikut serta dalam sayembara itu?" ujar Ray memecah keheningan.
"Benar juga. Untuk masalah perbungaan, kita punya Januar yang lumayan hebat dalam masalah ini," timpal Helvi yang langsung membuat semua orang menatap ke arahku.
Sebenarnya, aku memang cukup memahami berbagai hal tentang bunga. Karena dahulu orangtuaku merupakan seorang petani dan penjual bunga. Tapi untuk Maeranesia, aku bahkan belum pernah menyentuhnya. Yang aku dengar, bunga itu hanya bisa tumbuh jika disiram menggunakan air darah, dan dipupuk menggunakan air mata.
"Kenapa sih dunia ga adil? Perasaan orang lain gampang aja nyari duit, lah kita?" Kevin mendadak menggerutu.
"Bukannya ga adil, lu yang ga tau diri," jawab Zico datar, tapi Kevin hanya menatapnya dalam diam.
"Tuh kan, gua jawab malah jadi sakit hati. Padahal pertanyaan lu mancing-mancing. Makanya bersyukur," tambah Zico lagi.
"Ya sudah. Jika kita memang mau ikut serta dalam sayembara ini, kita harus berlatih untuk menyanyikan lagu ajaib yang dapat membuat bunga itu mekar. Sehingga hadiah itu akan jadi milik kita," jelas Adit menyimpulkan.
"Yash, mulai besok Januar akan mengajari kita cara menyanyikan lagu itu. Oke, Nu?" ucap Satria tiba-tiba sambil memegang pundakku.
Apa? Aku harus melatih mereka bernyanyi? Bahkan saat terakhir kali bernyanyi, aku membuat kucing tetangga mengalami stroke.
Tapi keputusan telah dibuat dan keesokan harinya, aku pun mulai mengajari anak-anak haram ini bernyanyi.
"Ayo kita tes vokal dulu ya ... Ulangi nada gue, Tatatatatata~" ucapku memulai pelajaran.
"Tatatatata ta taataa"
Aku terdiam mendengar suara mereka. Tidak, bukan takjub. Hanya terkejut dengan suara mereka yang tak sesuai ekspektasiku, dalam konotasi negatif tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UwU Family | DARK ICE
Mystery / ThrillerBerbagai misteri akan terpecahkan dengan cara yang sangat 'uwu' oleh kesepuluh remaja luar biasa dengan warna yang berbeda.