180°

55 22 0
                                    

Dataran putih lembut yang membentang sejauh mata memandang berlalu dengan tenang mengikuti arah mata angin. Ketenangan dunia langit mendadak terusik ketika dua arwah remaja laki-laki datang dengan keributan.

"Udah gua bilang, lepasin tangan gua!" bentak salah satu di antara mereka.

"Lu yang harusnya lepasin tangan gua!" balas yang satunya lagi.

Seluruh warga langit langsung menatap kedua arwah baru yang saling bergandeng tangan itu dengan sinis dan bingung. Karena situasi mulai tidak kondusif, sesosok wanita rupawan dengan sayap seputih salju datang menghampiri mereka sambil membawa sebuah buku catatan yang sangat tebal.

BRUKK!

Sosok rupawan itu melemparkan buku tersebut di hadapan kedua arwah baru itu. Mereka langsung terdiam dengan ekspresi yang terkejut.

"Januar dan Kevin, huh?" gumam sosok itu kepada mereka berdua. Keduanya hanya mengangguk pelan sebagai balasan untuk pertanyaan sosok tersebut.

"Kenapa kedua tangan kalian bisa saling menempel seperti itu?"

Keduanya terdiam sambil menatap tangan mereka yang saling terpaut satu sama lain. Sekuat apapun mereka melepaskan genggaman itu, mereka tak akan pernah berhasil. Sepertinya masih ada sesuatu yang belum mereka selesaikan di alam dunia, sehingga terjadi gangguan teknis ketika mereka datang ke dunia langit setelah mereka menjadi arwah.

"Coba kalian ingat-ingat lagi, kenapa kalian bisa berakhir seperti ini?" perintah sosok tersebut dengan intonasi lebih tegas.

"Kalian tak akan pernah bisa tinggal di dunia langit dengan kondisi kalian yang seperti ini," lanjut sosok tersebut.

Sekuat apapun mereka mengingat, tak ada gambaran apapun di kepala mereka. Kepala mereka malah menjadi sakit ketika memikirkannya dengan sangat keras.

"Kalian belum bisa mengingatnya? Kalau begitu, aku akan memisahkan tangan kalian secara paksa menggunakan kapak dari neraka!" ancam sosok tersebut mulai kesal.

Keduanya terperanjat ketakutan membayangkan jika sebuah kapak panas dari neraka membelah kedua tangan mereka agar terpisah. Rasanya pasti akan sangat sakit dan panas.

"Tunggu, biarkan kami berusaha untuk mengingatnya lebih lama lagi," ucap Kevin dengan perasaan panik.

Sosok wanita rupawan itu pun menyetujui hal tersebut dan menyuruh keduanya untuk kembali ke bumi, menyelesaikan segala urusan yang belum sempat mereka selesaikan.

"Kita mulai dari mana nih?" tanya Januar yang masih sangat gemetaran.

"Rumah lu dulu deh, siapa tau kita bisa dapat petunjuk," usul Kevin masih mengatur deru napasnya.

Keduanya bergegas ke kediaman Januar sebelum meninggal, sepertinya keluarganya belum mengetahui kenyataan bahwa Januar telah tiada. Hal itu terlihat dari kondisi rumahnya yang sangat tenang dengan berbagai jenis bunga cantik yang bermekaran di halaman rumahnya.

Dari dalam rumah, muncul sosok wanita paruh baya yang Januar kenali sebagai ibunya. Ia lantas bergegas menghampiri wanita itu sehingga dengan tak sengaja menarik paksa tangan Kevin yang terpaut juga di tangannya.

Ia berdiri di samping wanita yang telah melahirkan serta membesarkannya dengan penuh kasih sayang itu. Impian untuk membahagiakan sosok tersebut terancam musnah begitu saja karena raga Januar sudah tidak ada di dunia ini lagi. Tak terasa, Januar menitihkan air mata yang mengalir melintasi pipinya.

Saat hendak memeluk sosok yang sangat dicintainya tersebut, Januar menyadari bahwa tubuhnya telah berubah menjadi transparan dan seperti hologram. Sekuat apapun Januar berusaha menyentuh ibunya, hal tersebut tetap tidak akan pernah bisa berhasil. Tangannya selalu menembus tubuh wanita paruh baya itu.

UwU Family | DARK ICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang