6

22 5 0
                                    

Disaat rasa itu hadir,
Kau mulai berpikir,
Apakah ini sudah rencana takdir?
----------------

"Sudah 2 hari ya?" Tanya pada dirinya sendiri.

"Hm.. it's ok, gue udah gak sabar buat bantai mereka" ucapnya dengan tatapan menghunus tajam kedepan.

Setelah mengucapkan itu dia pergi dengan langkah santai menuju mobil hitam.
.........

Kali ini murid kelas XI IPA 1 tengah berkutat dengan secarik kertas dan bolpoint yang menari-nari diatasnya.

Otak yang sibuk merangkai kata puitis nan indah untuk mereka tampilkan didepan kelas.

Ya, hari ini pelajaran bahasa indonesia, pelajaran yang sering kita sepelekan dan berakhir dengan nilai dibawah rata-rata.

Bu nada, guru indonesia yang terkenal baik tapi pelit nilai itu kini sedang memperhatikan muridnya yang sudah ia beri tugas membuat karangan puisi, sekedar menge-test tingkat imajinasi mereka.

"Apa sudah selesai?" Tanya bu nada bangkit dari kursinya.

"Sudah bu" ucap sebagian siswa, sedangkan yang lainnya hanya mengangguk saja.

Melihat respond sang murid membuat bu nada tak sabar mendengar apa isi puisi dari mereka.

"Oke! Yang pertama maju silahkan arsya!" Ucap bu nada membuat murid bertepuk tangan sedangkan sang empu bangkit dari duduknya berjalan kedepan.

"Periku"

Sejenak setelah mengucapkan itu tatapan arsya dan dinda bertemu.

Mitos imajinasi
Ilusi yang menyenangkan hati
Sibuk memikirkannya tanpa henti

Jangan memilih pergi
Tanpamu mungkin ku mati
Jangan berpikir tuk menghilang
Ketika hati berucap sayang

Periku..
Bila kamu berada di titik semu
Jadikan aku sebagai dekapan mu
Dekapan yang tak ada harapan palsu.

Setelah menyelesaikan puisinya, mereka yang mendengar banyak yang baper , terutama kaum hawa.

"Good arsya, puisi kamu bagus!! Point B+ untuk kamu" ucap bu nada lalu mencatat nilai arsya.

Bu nada mendongak "oke selanjutnya dani!" Bu nada menatap dani yang sudah berjalan kedepan. "Arsya silahkan kamu kembali ketempatmu" hal itu diangguki oleh arsya, yang masih menatap dinda lembut.

"Oke guys gue bakal bawain puisi yang udah gue buat dengan sepenuh hati seperti anak sendiri!!" Pembuka dani yang ngawur membuat hampir semua murid menyorakinya.

"Hush.. sudah kalian ini!, ayo dani mulai baca puisimu!"

Ekhem..

"Beban"

Jumlah yang tak terhingga
Sukanya ada dipundak kita
Rupa-rupa masalahnya

Jika asmara
Itu beban cinta
Jika malam minggu sendiri
Itu beban nestapa meratapi

Kalau kata keramat
Jangan begitu, berat
Biar kalian saja yang melarat
Dan dani hidup selamat.

Tau apa yang terjadi setelah dani membaca puisinya?

Nerd misteriousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang