🌺Sembilan🌺

1.6K 166 4
                                    


🍀🍀🍀

"Rajo o Rajo," terdengar suara teriakan yang berasal dari luar. Shasi yang sedang menyapu lantai segera keluar rumah melihat siapa yang datang. Shasi sudah bisa berjalan normal.

Bado tercengang melihat Shasi yang sudah berdiri di depan pintu sambil memegang sapu. Shasi bingung melihat Bado yang diam tidak berkutik di tempatnya berdiri dan menatap intens dirinya.

Bado menunjuk Shasi dan berkata dengan gugup.

" Kau..., Kau bukankah si perempuan itu?" ujar Bado tergagap. Mulutnya mangap-mangap seperti ikan yang kekurangan air.

Shasi menaikkan alis nya menatap Bado.

" Maksudnya Apa ya?" tanya Shasi balik.

Bado menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

" Maksudku, kau sudah sembuh ya? Aku yang pertama kali melihat kau di sungai. Namaku Bado," ujar Bado memperkenalkan dirinya dan mendekat ke arah Shasi sambil mengulurkan tangan.

Shasi terkejut sebentar, kemudian langsung menyambut tangan Bado dan tersenyum. Amak pernah cerita kalau yang menemukannya Rajo bersama temannya, si Bado.

" Oh iya, namaku Shasi. Terima kasih sudah menolong ku waktu itu," ucap Shasi tersenyum lembut. Bado gugup dan salah tingkah berhadapan dengan Shasi. Senyum nya yang aduhai, suaranya yang lembut, dan jangan lupakan tangannya yang lembut juga membuat dada Bado bergetar syahdu.

" Tak ku sangka, ternyata kau secantik ini, secantik namamu juga," gombal Bado. Shasi hanya tersenyum tipis.

Rajo tiba-tiba datang dari belakang dan memegang bahu Shasi, dan memundurkan tubuh Shasi ke belakang, sehingga tangan mereka terlepas.

Shasi menatap Rajo dengan pandangan bingung. Sedangkan Bado menatap kesal ke arah Rajo.

" Tidak baik terlalu lama bersalaman," ujar Rajo tiba-tiba. Shasi menyunggingkan senyum nya, paham dengan maksud Rajo. Sedangkan Bado mendelik kepada Rajo.

" Kau ini selalu merusak moment dan suasana. Kau memang tidak ingin melihatku bahagia, ya?" Cerca Bado cepat. Rajo menaikkan alisnya sebagai jawaban pertanyaan Bado. Sehingga, Bado semakin kesal di buatnya.

" Kau kenapa tidak bilang jika si perempuan ini, eh maksudku Nona Shasi sudah siuman?" tanya Bado menatap tajam Rajo.

"Kenapa harus? Dan kau juga tidak pernah bertanya," balas Rajo dengan kesan santai dan datar. Sedangkan Bado sudah mencak-mencak sambil berkacak pinggang. Shasi tertawa lirih melihat pertemanan antara Rajo dan Bado.

Rajo dan Bado sontak mengalihkan pandangan mereka kepada Shasi karena mendengar tawa lembut yang mengalun indah di pendengaran mereka.

" Sungguh indah tawa kau, ya?" puji Bado menggeleng takjub yang di iyakan oleh Rajo. Walaupun dalam hati, tetapi Rajo tidak ingin menampakkannya.

Shasi berdehem canggung. Kemudian menatap Rajo yang langsung membuang muka dan sibuk dengan parang yang ada di tangannya.

" Ada apa kau kesini?" tanya Rajo langsung kepada Bado.

" Oh iya, hampir saja aku lupa. Ini semua gara-gara ada perempuan cantik jadi aku gagal fokus," bisik Bado mendekat kepada Rajo. Shasi menautkan alisnya melihat mereka yang berbisik-bisik. Sadar jika dirinya ketahuan penasaran, Shasi langsung berdehem canggung.

" Apa kau masih ingin di sini?" Rajo menatap Shasi datar.

" Hah? Aku?? Tidak. Aku akan melanjutkan pekerjaan yang tertunda. Permisi," balas Shasi cepat-cepat dan langsung masuk ke dalam rumah.

" Kau kenapa mengusirnya?" Protes Bado.

" Ada apa?" tanya Rajo to the point.

" Tadi Abak kau minta tolong sama aku buat menyampaikan pesan,"

" Apa?"

" Katanya kau di suruh ke ladang untuk panen hari ini, sekalian Amak kau di suruh bawa nasi buat makan siang nanti. Kemungkinan di ladang sampai sore."

" Oh begitu, baiklah. Aku akan siap-siap."

" Ya, biar ku tunggu di sini."

Rajo yang hendak melangkah  kembali masuk ke dalam rumah tidak jadi, mendengar perkataan Bado.

" Maksudnya?"

" Aku ikut panen. Aku sudah bilang Sama tuanku. Lumayanlah nambah-nambah tabunganku buat pergi ke kota,," jawab Bado cengengesan.

***

12/09/20


Dia Suamiku (Ebook Di Playstore/Playbook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang