🌺lima🌺

2K 179 15
                                    



🍀🍀🍀

Vote dulu sebelum baca ya sayang❤️

🍀🍀🍀

Seminggu sudah berlalu. Tidak ada tanda-tanda bahwa si perempuan akan bangun dari tidurnya. Luka-lika di tubuhnya perlahan berangsur sembuh. Jejak lukanya pun perlahan berangsur hilang, walaupun masih samar-samar. Setiap hari Amak tidak absen udah memberikan obat kepada si perempuan tersebut. Abak juga ikut selalu memeriksa keadaan si perempuan. Rajo tidak bisa berbuat banyak. Rajo diam menunggu si perempuan sadar. Jika persediaan obat habis, maka Rajo akan pergi ke hutan untuk mencarinya.

Perempuan itu betah sekali tidur. Wajahnya juga sudah mulai berangsur-angsur pulih dan berwarna. Suhu badannya juga sudah kembali, tidak dingin dan pucat seperti di awal Rajo dan Bado menemukannya. Penduduk suku juga sudah mulai merasa prihatin kepada si perempuan. Setiap hari penduduk suku akan datang ke rumah untuk melihat keadaan si perempuan.

Sebelumnya kepala suku, Abak Rajo mengumpulkan semua penduduk nya untuk membincangkan masalah si perempuan. Hasil keputusan rapat itu memperbolehkan si perempuan tinggal disini untuk sementara waktu sampai ia benar-benar sembuh total. Rajo bernafas lega ketika mendengar keputusan tersebut. Rajo hanya merasa kasihan melihat keadaan si perempuan yang belum diketahui namanya tersebut.

"Amak, aku berangkat dulu, Mak," ujar Rajo berpamitan.

"iya pergilah, sepertinya warga sudah berkumpul di sana," balas Amak.

Rajo mengangguk kemudian berangkat ke ujung kampung, tempat rumah warga yang hampir rubuh karena akibat pohon yang tumbang. Semalam angina sangat kencang berhembus tanpa turun hujan. Pohon-pohon bergoyang mengikuti arah angin. Maka, pagi ini Rajo pergi melihat dan rencana nya penduduk suku akan bergotong royong untuk memperbaiki rumah warga dan mengangkat pohon itu bersama-sama. Abak sudah lebih dulu pergi ke lokasi. Rajo terlambat pergi karena tadi ia harus mencuci bajunya dahulu.

Rajo memang melakukan sendiri untuk keperluan pribadinya, seperti mencuci baju sendiri. Tidak mungkin Rajo menyuruh Amak yang mencuci pakaiannya. Amak sudah tua, Rajo juga sudah besar dan dewasa. Rasanya malu sekali jika Amak yang harus mencuci pakaiannya.

***

Sepeninggal Rajo tinggallah Amak bersama si perempuan di rumah. Amak kembali ke dapur menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda. Sedangkan, di dalam kamar Rajo, si perempuan menggerakkan tangannya secara perlahan. Si perempuan membuka matanya lambat-lambat sambil meringis kesakitan merasakan kepalanya yang pusing.

"Awwhh.."

Si perempuan menutup kembali matanya yang perih kemudian membukanya lagi untuk menyesuaikan keadaan. Si perempuan menggerakkan anggota tubuhnya yang kaku. Namun tidak bisa, Anggota tubuhnya sudah kaku karena sudah seminggu tidak bergerak dan hanya tidur saja ditambah dirinya yang terombang-ambing di sungai mengikuti aliran air sungai tersebut.

Si perempuan membuka mulutnya untuk berbicara. Suaranya tersangkut ditenggorokan. Suaranya keluar seperti suara kucing terjepit. Si perempuan ingin minum karena merasa sangat kehausan dan tenggorokan yang sangat kering.

Si perempuan menggerakkan bola mata nya melihat adakah orang di sini. Nihil. Tidak ada orang. Si perempuan juga tidak tau ia berada dimana saat ini.

"ha...ha..us..," ujar si perempuan lirih dan serak. Si perempuan mencoba menggerakkan tangannya pelan-pelan. Walaupun kaku dan ngilu, si perempuan akhirnya berhasil mengangkat tangannya. Si perempuan langsung memegang kepalanya yang berdenyut dan terasa pusing. Si perempuan mengernyit merasakan ada sesuatu seperti perban di kepalanya. Si perempuan kemudian meraba wajahnya dan mendapati ada daun-daun yang sudah di tumbuk melekat di sana.

Si perempuan terpaksa berbaring saja menunggu seseorang yang menolongnya masuk ke dalam ruangan ini. Si perempuan tersebut membasahi tenggorokannya dengan air ludah karena tidak ada air minum disini. Si perempuan tersebut mengelilingi ruangan dengan matanya. Sepertinya ini kamar, terlihat dari ruangnya yang kecil dan tidak besar. Cukup memuat satu ranjang tempat tidur cukup untuk berdua. ada lemari kecil di sudut ruangan dan nakas dekat tempat tidur yang berisikan lampu togok yang berbahan minyak tanah.

Si perempuan kemudian menatap langit-langit kamar yang tidak berloteng. Kayu-kayu penyangga rumah Nampak jelas saling berkaitan. Dinding rumah juga terbuat dari kayu tidak seperti rumahnya yang ada di kota yang mewah dan besar. Sangat kontras sekali perbedaannya. Si perempuan menghela nafas pelan saat memorinya mengulang kejadian yang membuat dirinya hampir sekarat seperti saat ini.

***

Amak selesai menumbuk ramuan untuk s perempuan. Amak berniat untuk mengganti ramuan tersebut. Amak berjalan dari dapur menuju kamar Rajo tempat si perempuan. Langkah Amak mendekat dan terkejut melihat gerakan kepala dan mata si perempuan yang balik menatapnya.Amak tersadar dari keterkejutannya dan segera menghampiri si perempuan dengan langkah lebar.

"Ohh Nak. Kau sudah sadar, Nak?" Tanya Amak terharu dan memegang tangan si peempuan.

"Apa yang kau rasakan? Kau nak ingin apa? Apa yang terasa. Kau beritahu saja." Amak memberikan pertanyaan beruntun. Si perempuan tersenyum lirih, bersyukur dalam hati melihat penolongnya sangat baik sekali. Amak memberikan senyum teduh khas seorang Ibu.

"Ha...us."

"Kau haus? Tunggu sebentar. Amak ambilkan air minum." Amak bergegas ke luar sambil tergopoh-gopoh mengambil air minum. Selang beberapa detik Amak masuk ke dalam kamar dan membantu Si perempuan minum.

Amak meletakkan cawan yang berisi air minum ke meja nakas samping tempat tidur. Amak menatap si perempuan dengan sayang sambil mengusap kepalanya.

"kau sungguh cantik nak, Amak tidak menyangka kalau kau mempunyai Mata coklat terang seperti orang-orang di luar sana," ujar Amak lembut.

"Terima Kasih," jawab si perempuan lirih. Tenggorokannya tidak sakit dan kering lagi karena sudah dibasahi. Suaranya juga tidak seperti tikus terjepit.

Amak mengangguk. " Nama kau siapa, Nak?"

"Shasikirana."

"Olala nama kau bagus sekali. Kau panggil Amak saja ya. Orang-orang di kampung ini juga memanggil Amak." Tambah Amak mencoba memperkenalkan dirinya dan menyuruh Shasi memanggilnya Amak.

Shasi mengangguk tersenyum. Shasi bahagia sekali di pertemukan dengan orang-orang baik seperti Amak. Shasi akan mengingat jasa-jasa orang yang sudah menolongnya.

"Kau istirahat lah dulu. Sebentar lagi Rajo akan pulang," beritahu Amak.

Shasi mengernyit mendengar perkataan Amak. Siapa Rajo. Shasi merasa tidak mengenalnya. Amak seolah paham dengan ekspresi bingung Shasi.

"Rajo itu anak Amak satu-satunya. Dia lah yang menolong kau di sungai bersama temannya si Bado."

Shasi akhirnya mengangguk setelah mendengar penjelasan Amak.

"sekarang kau istirahat ya. Amak ke dapur dulu mau memasak untuk makan siang." Shasi kembali mengangguk.

"Amak tinggal dulu kalau begitu," pamit Amak setelah diizinin oleh Shasi.

🍀🍀🍀

31/08/20

Dia Suamiku (Ebook Di Playstore/Playbook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang