🌺Sebelas🌺

1.7K 190 11
                                    


🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Setelah makan siang bersama, para petani kembali bekerja. Amak dan Shasi memutuskan untuk tinggal dan ikut membantu memanen. Shasi sangat antusias sekali  ketika diajak untuk ikut memanen. Pasalnya, ini pertama kalinya Shasi ikut ke sawah dan bekerja memanen singkong. Selama hidupnya sampai sekarang Shasi tidak pernah sekali pun menginjak yang nama nya ladang. Yang Shasi tahu hanya mall, kantor, restoran, cafe dan sebagai macamnya. Maklum, Shasi dari kecil hidup mewah berkecukupan. Kedua orang tuanya sudah kaya raya dan punya perusahaan sejak kecil. Tetapi, sejak orang tua Shasi meninggal akibat kecelakaan, semua hidup Shasi mulai berubah setiap hari nya.

Shasi menghirup udara banyak-banyak untuk mengisi paru-paru nya yang sesak seketika saat mengingat bagaimana perjalanan hidupnya beberapa tahun terakhir ini. Shasi membuang nafasnya pelan-pelan untuk menghilangkan rasa sesak yang menghimpit dadanya, sehingga ia kesulitan bernafas.

" Shasi, ayo coba kau cabut singkong ini, Nak," ajak Amak keras membuat Shasi tersentak dari lamunan masa lalunya.

"Ah, iya Mak." Shasi segera mendekat kepada Amak dan mencoba mencabut batang singkong yang sangat keras sekali. Shasi terus mencoba dan berulang-ulang tetapi tetap tidak bisa. Shasi memperhatikan Amak dan petani lainnya, bagaimana car mencabut singkong ini. Memang benar, caranya seperti yang barusan dilakukan Shasi. Tetapi, kenapa orang-orang itu mudah sekali mencabutnya, sedangkan ia sangat kesulitan.

Shasi kembali mencoba. Tangannya sudah perih karena terlalu erat memegang batang singkong. Akhirnya, Shasi terjungkal ke belakang dan terjatuh di tanah.

" Aawhh..," pekik Shasi membuat Amak yang membelakangi Shasi segera menoleh dan terkejut. Rajo yang tidak jauh dan memperhatikan Shasi sedari tadi lngsung berlari ke arah Shasi.

" Ya tuhan,kau kenapa Nak?"

Shasi meringis dan tertawa kecil. " Nggak papa,Mak."

Shasi menenangkan Amak yang tampak panik. Shasi melihat Rajo sekilas dengan ujung matanya.

" Hati-hati lah, Nak."

Shasi mengangguk cepat. Rajo memperhatikan petani lain dan menggeram melihat kemana arah tatapan mereka. Paha Shasi yang mulus terpampang nyata akibat daster yang di pakainya tersingkap ke atas. Rajo juga susah payah sebenarnya menahan apa yang terjadi pada tubuhnya.

" Bangun." Rajo memberi perintah tegas kepada Shasi.

" Hah? Oh iya."

Shasi hendak bangkit,tetapi meringis kembali saat tangannya bersentuhan dengan tanah.

Rajo mendesah keras-keras. Amak menggelengkan kepala melihat sikap Rajo.

" Rajo,kau jngan terlalu keras lah sama Shasi. Liat anaknya ketakutan. Mata kau itu di kondisikan. Nanti copot, baru tau rasa kau."

Shasi hampir saja menyemburkan tawanya melihat wajah Rajo yang mengkerut karena di nasehati Amak. Kapan lagi Shasi bisa mendengar Rajo kena omel. Shasi menundukkan kepalanya dan berusaha mengembalikan tawanya yang hampir pecah.

Rajo melihat tubuh Shasi yang bergetar.

" Tidak usah tahan-tahan kalau mau ketawa. Kau kalau tidak pandai dan tidak bisa ke ladang dan memanen seperti ini, tidak usah ikut. Merepotkan saja." Rajo menumpahkan kekesalannya kepada Shasi. Shasi mendelik dan menatap wajah Rajo. Amak bangkit dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Biarkan saja lah mereka berdua. Apa yang akan mereka lakukan. Toh, mereka sudah pada dewasa.

" Enak saja,aku ini bisa kalau hanya memanen singkong ini saja. Ini mah kecil." Shasi membalas perkataan rajo dengan pongah dan angkuhnya. Padahal dalam hati sudah membenarkan apa yang di bilang Rajo.

Rajo kemudian semakin menggertakkan giginya dan mengepalkan tangan. Tanpa aba-aba Rajo menarik lengan Shasi untuk berdiri. Shasi menepis tangan Rajo dengan kesal.

" Jangan sentuh-sentuh," bisik Shasi tajam. Rajo menyeringai sinis kemudian mendekatkan mulutnya ke telinga Shasi.

" Tidak mau ku sentuh dan lebih memilih laki-laki lain itu yang menyentuh mu?"

Shasi bergidik, bulu kuduknya meremang karena bisikan lembut dari Rajo. Tubuh mereka sangat dekat sekali sehingga masing-masing mereka dapat menghidu wangi tubuh yang saling berdempetan.

Rajo menjauhkan tubuhnya, Shasi seakan tidak rela ketika wangi tubuh Rajo hilang dari penciumannya.

Rajo menatap tajam Shasi.

" Apa maksudmu?" balas Shasi tidak terima.

" Lain kali jangan pakai baju seperti ini keluar. Cukup di rumah saja. Ku mengerti?"

Shasi mengkerutkan keningnya pertanda bingung dengan ucapan Rajo. Lalu, Shasi tersentak ketika mata Rajo menatap pahanya. Shasi jadi mengerti kenapa Rajo berkata seperti itu.

" Kalau aku tidak mau apa urusanmu?" Shasi menantang Rajo yang akan membuat dirinya susah.

" Turuti saja ucapanku." titah Rajo tegas tidak mau di bantah. Bahkan, wajah nya sudah mengeras mendengar jawaban keras kepala Shasi. Di tempatnya,Shasi menelan ludah nya melihat wajah merah Rajo. Shasi tidak sadar jika dirinya mengangguk menuruti perintah Rajo. Setelah itu, Rajo berbalik meninggalkan Shasi dan kembali ke tempatnya semula. Shasi memegang dadanya yang berdebar keras.

" Menakutkan," bisik Shasi kepada dirinya sendiri.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀

15/09/20

Dia Suamiku (Ebook Di Playstore/Playbook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang