🌺Sepuluh🌺

1.6K 180 19
                                    

Seperti biasa yahh.. vote, comen dan follow yang buanyakkk gaess!!!

🍀🍀🍀🍀

Rajo dan Bado pergi ke ladang terlebih dahulu. Sesampai di ladang sudah banyak orang yang ikut membantu Abak panen singkong. Rajo dan Bado langsung terjun memanen singkong dan ikut bersama petani lainnya. Singkong yang siap panen di tebang batangnya dan dikumpulkan. Kemudian batang tersebut dicabut sekalian dengan isinya. Jika isinya masih ada dalam tanah karena tercecer, makan akan di gali menggunakan cangkul dan parang.

Ada sekitar sepuluh orang yang ikut membantu panen singkong. Rencana nya panen seminggu lagi. Tetapi, rencana berubah hari ini. Mungkin karena sebagian ada yang di makan tikus. Makanya, Abak memutuskan untuk panen hari ini juga.

" Eh eh.., itu siapa yang bersama Amak si Rajo?" tanya petani A. Para petani sontak melihat kepada Amak dan Shasi yang berjalan beriringan.

" Ohh, itu kan si perempuan yang di tolong si Rajo dan Bado, kan?" tanya Petani B.

" Betulkah Bado," teriak petani C kepada Bado yang sedikit berjarak darinya.

Petani tersebut menunjuk Amak dan Shasi. Bado ikut melihat. Bado kemudian berseru sehingga Rajo mendengarnya.

" Iya, itu perempuan yang ku tolong bersama Rajo. Namanya Shasi. Cantik kan?"

Petani-petani itu mengangguk. Lalu datang lah pemuda yang mempunyai ladang sebelah.

" Oalah, kau lihatlah itu cantik kali perempuan itu. Ternyata sudah sembuh toh perempuan itu," ujar Pemuda A.

Rajo langsung mengalihkan matanya kepada Amak dan Shasi yang menuju pondok.

" Betul, coba kau tengok kaki nya putih mulus coy," decak kagum dari Pemuda B. Petani lain sontak mengalihkan mata mereka kepada kaki jenjang Shasi. Shasi cuma menggunakan daster Amak Rajo ketika muda dulu. Mungkin, karena Amak lebih pendek dari Shasi. Daster itu sampai ke betis Amak. Tetapi, ketika di pakai oleh Shasi yang lebih tinggi. Daster itu hanya sampai menutupi paha Shasi dan sampai lutut. Rajo menggeram dan mengepalkan tangannya. Giginya bergemeletuk.

" Orang kota mah beda sama perempuan di sini, orang kota mah cantik-cantik. Betul tak?"

" Betul-betul," jawab petani dan pemuda tersebut.

Bado melihat ekspresi Rajo yang tidak mengenakkan. Bado memilih tidak ikut campur untuk urusan ini.

" Rajo, kau sering pastilah melihat pemandangan seperti itu kan? Bagaimana rasanya? Pasti mata kau fresh terus, kan?" Goda Pemuda B.

Petani dan pemuda lainnya tertawa secara bersamaan. Entah mengapa dada Rajo bergemuruh mendengar ucapan mereka.

" Kembali lah bekerja, jangan sibuk mengomentari orang lain," tekan Rajo bernada datar dan tegas.

Petani dan pemuda itu kembali bekerja walaupun Rajo masih bisa mendengar jika mereka masih membicarakan Shasi. Tepatnya penampilan Shasi yang mengundang orang-orang membicarakannya.

Rajo melampiaskan emosi dan marahnya kepada tanaman singkong dan cangkul. Rajo menggali singkong dengan cepat sehingga urat-urat tangannya menyembul. Wajahnya datar dan keras. Bado meringis pelan.

" Rajo, kau tidak kasihan kah melihat singkong yang terbelah-belah karena cangkul kau itu?" tanya Bado pelan dan hati-hati.

" Jangan ganggu aku!" Balas Rajo datar.

Rajo kembali mengatup bibirnya, takut - takut nanti Bado salah bicara, habis ia di tangan Rajo.

Abak sudah berada di pondok sejak tadi. Istirahat panas sekali katanya. Kan Abak yang punya ladang jadi, sah sah saja jika Abak istirahat duluan.

***

Sekarang semua nya sudah berkumpul di pondok. Untuk istirahat dan makan siang. Amak dan Shasi membuka rantang makanan dan menghidangkannya di tengah-tengah para petani duduk.

Amak memasak banyak kali ini. Sehingga, para petani bersuka cita melihat masakan Amak. Karena, masakan Amak terkenal enak di kampung ini.

" Silahkan Makan Bapak-bapak," ujar Amak mempersilahkan. Amak mengambilkan nasi untuk Abak, kemudian di taruh di depan Abak.

Petani lain beserta Bado sudah mengambil masing-masing bagian mereka. Mereka tertawa bersama sambil bergurau. Shasi ikut mengambil piring dan mengisi dengan nasi serta sambal. Lalu, Shasi mengangsurkan piring tersebut ke Rajo. Seketika, Rajo terkesiap dan dadanya berdesir mendapat perlakuan yang tidak terduga dari Shasi. Hati Rajo menghangat saat itu juga.

" Oalahh, sudah seperti suami dan istri saja kalian ini. Diambilkan pula kau makan. Mau juga lah aku seperti itu. Kau ambilkan juga lah untuk ku nona Shasi," goda Bado cengengesan.

" Hemmm..." Rajo berdehem dan menatap tajam Bado,memperingatinya.

Shasi salah tingkah dan canggung. Shasi hendak mengambilkan sayur untuk Bado. Tetapi, Rajo dengan cepat mengangsurkan piringnya dan menatap Shasi. Rajo seolah paham kalau Shasi hendak mengambilkan sayur untuk Bado.

" Yaelah, pelit kali kau ini sama teman nya sendiri." Bado berdecak yang disambut tawa yang lainnya.

Rajo tidak mengacuhkan perkataan Bado dan terus melanjutkan makannya dengan lahap. Hatinya sangat senang sekali mendapat perlakuan dari Shasi. Makanannya diambilkan oleh Shasi. Beruntungnya jadi Rajo.

🍀🍀🍀

13/09/20

Jangan lupa vote, coment, dan follow ya gaes. Ig ku juga boleh biar tahu update terbaru.
Ig:sucaysnovel

Dia Suamiku (Ebook Di Playstore/Playbook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang