🌺 Tiga Belas 🌺

1.7K 177 16
                                    

Please kasih vote yang buanyakk gaes!!

🍀🍀🍀🍀🍀

Rajo keluar dari tempat pemandian, meninggalkan Shasi di belakang. Rajo tidak sanggup jika harus berlama-lama berduaan dan berada dalam situasi yang membahayakan dengan Shasi. Bisa-bisa saja Rajo nanti khilaf dan melakukan hal yang tidak-tidak.

Air dingin tidak bisa mengembalikan tubuh Rajo normal. Dari pada berlama-lama mending Rajo segera menyudahi acara mandinya.

Shasi sibuk menyeka badannya dengan handuk. Shasi segera keluar dengan berlari kecil karena hanya memakai handuk sebatas paha saja. Shasi segera masuk ke dalam bilik dan kembali terkejut melihat Rajo yang sedang memakai pakaiannya.

Rajo mengalihkan pandangan ny kepada Shasi dan tersenyum simpul.

" Aku sudah selesai,"

Rajo berderap melangkah mendekat kepada Shasi dengan tatapan misteriusnya. Shasi berdiri kaku dengan tubuh menggigil dan memegang erat handuk di dadanya. Shasi menahan nafas ketika Rajo mendekatkan wajahnya dan meniup wajah Shasi dengan menggoda.

Shasi memejamkan matanya erat-erat. Jantungnya kembali berdesir. Tubuhnya meremang.

Rajo tertawa dalam hati melihat kegugupan Shasi. Niat hati Rajo ingin menggoda Shasi, tetapi malah sekarang matanya tidak lepas dari wajah dan lama-lama memandang bibir Shasi yang menggairahkan dan memanggil-manggip dirinya untuk mencicipi.

Rajo mundur selangkah dan menegakkan tubuhnya. Lalu, Rajo menyampirkan handuk yang di pakainya ke kepala Shasi. Mata Shasi langsung terbuka saat Rajo sudah berlalu dari hadapannya.

Shasi mendesah keras-keras dan memegang jantung nya yang berdetak liar. Shasi menggelengkan kepalanya mengusir bayangan yang hinggap di kepala. Shasi memegang handuk yang disampirkan di kepalanya. Tidak sadar Shasi malah menghidu aroma tubuh Rajo yang tertinggal di handuk.

Shasi menghirup rakus aroma handuk dan memejamkan matanya. Shasi seolah sadar dengan apa yang dilakukannya langsung berdesis.

" Apa yang kulakukan?" gumam Shasi berdecak dan menggelengkan kepala untuk kesekian kalinya.

Shasi membungkus rambutnya dengan handuk Rajo. Shasi langsung mengambil daster rumahan punya amak waktu muda dan sangat pas di tubuhnya.

Shasi mengeringkan rambut dengan handuk seraya bercermin di dalam bilik. Shasi tersenyum - senyum memandang wajahnya yang kurang jelas alias buram dalam kaca yang mungkin sudah bertahun-tahun umurnya.

Shasi menyugar rambut dengan tangan. Lalu menyisir rambut panjang dan lembut kesukaannya itu. Setelah selesai membenahi diri tanpa berbedak karena Shasi tidak punya perlengkapan make up yang sering di pakainya sehari-hari sebelum kejadian ini.

Shasi menggantung handuk di belakang pintu, lalu berjalan ke luar. Pertama yang Shasi lakukan adalah membuka tirai dan jendela. Sehingga udara pagi yang segar masuk ke dalam rumah. Pagi sudah menyambut dan terang benderang, walaupun masih ditutupi kabut.

Shasi membuka pintu depan lalu mengambil sapu dan menyapu lantai rumah. Saat sedang asyik menyapu Amak keluar dari dalam bilik. Sepertinya baru bangun tidur.

" Loh, sudah bangun, Nak?" tanya Amak terkejut lalu tersenyum.

" Iya Mak. Shasi mau bantu-bantu Amak. Lagian Shasi juga nggak enak cuma numpang tidur dan makan saja, Mak."

" Oalah, tidak perlulah kau memikirkan itu. Amak, Abak dan Rajo  juga senang ada kau di rumah ini,"

" Terima kasih, Mak."

Shasi tersenyum haru lalu meninggalkan sapunya dan bergegas menghampiri Amak depan bilik dan memeluk Amak tiba-tiba.

Perasaan senang menyelusup di dada Amak mendapat perlakuan dari Shasi. Mungkin karena Amak tidak punya anak perempuan. Makanya, Amak sangat bahagia.

Amak mengelus punggung Shasi dengan lembut.

" Kau sudah Amak anggap seperti anak Amak sendiri,"

Shasi tersenyum berkaca-kaca.

" Shasi saaaayang Amak," ungkap Shasi begitu terharu.

" Amak juga sayang sekali,"

Setelahnya mereka berdua tertawa dan berhenti ketika di interupsi oleh Abak.

" Ada apa ini kenapa kalian saling berpelukan?" Abak bertanya seraya menaikkan alisnya.

Amak dan Shasi melerai pelukan mereka. Lalu Amak dan Shasi berpandangan kemudian kembali tertawa. Shasi tiba-tiba gantian memeluk Abak yang terkejut mendapat serangan mendadak itu.

Amak tertawa lepas melihat wajah cengo Abak.

" Shasi juga saaayang Abak," Shasi memanjangkan kalimat sayangnya.

Abak tersenyum haru dan balas memeluk Shasi seraya menepuk punggung Shasi dengan pelan.

" Abak pun begitu. Kau itu anak perempuan Abak ketemu gede. Walaupun begitu Abak langsung menyayangimu seperti anak sendiri,"

Abak mengelus rambut Shasi.

" Terima kasih Abak. Shasi bahgia sekali punya keluarga di sini," bisik Shasi lirih.

Abak mengangguk senang.

" Sudah-sudah. Abak itu bau jigong. Belum mandi juga. Pasti bau kau peluk terus,Nak." ujar Amak tiba-tiba.

Shasi melepaskan pelukan mereka lalu menatap Amak tersenyum.

" Nggak papa, Mak. Abak tetap wangi kok,"

Abak tersenyum penuh kemenangan di bela dan di puji oleh Shasi.

" Amak kau itu cemburu palingan itu. Betulkan?" tanya Abak menggoda. Amak salah tingkah dan pura-pura kesal.

" Mana ada. Amak tidak cemburu ya. Abak itu sudah tua. Tidak ada yang mau sama Abak."

" Jangan salah ada satu perempuan yang masih mencintai dan menyangiku,"

Amak membelalakkan matanya, wajah Amak merah padam, tetapi matanya hampir berkaca.

" Siapa?" Bentak Amak tajam seraya berkacak pinggang. Abak tertawa lalu mendekap Amak.

" Tentu saja istriku,"

Amak terdiam dan malu dengan jawaban Amak. Abak dan Shasi tertawa melihat sikap malu-malu Amak yang diperlihatkan kepada Abak. Amak memukul manja dada Abak.

Mereka tidak menyadari jika sedari tadi drama mereka di saksikan oleh Rajo dari pintu dapur. Rajo juga ikut senang melihat kebahagian orang tuanya. Rajo mengalihkan matanya kepada Shasi yang tertawa dan nampak sangat cantik sekali bagi Rajo. Namun Rajo kembali menepis perasaannya tersebut.

07/10/20

Dia Suamiku (Ebook Di Playstore/Playbook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang