🌺 Dua puluh Dua🌺

2K 190 16
                                    

Votee dulu ya gaess

Abak dan Amak pergi ke kampung sebelah ada acara adat juga di sana. Abak diundang sebagai tetua adat. Amak ikut menemani Abak. Sedangkan Rajo sudah pergi ke ladang setelah makan pagi.

Shasi sendirian di rumah. Sebenarnya Amak tidak ada rencana untuk ikut dengan Abak. Tetapi, karena Abak minta ditemani jadilah Amak menuruti kemauan Abak. Karena memang seperti biasa kalau ada acara, Amak ikut mendampingi Abak.

Sudah hampir siang. Shasi di minta Amak untuk mengantar makan siang Rajo, karena Rajo berpesan ia tidak pulang.  Shasi pergi ke dapur mengambil rantang untuk mengisinya dengan makanan.

Shasi menyiapkan makanan untuk Rajo. Setelah selesai, Shasi menukar daster rumahannya dengan baju dan celana. Shasi masih ingat kalau Rajo tidak suka ia keluar memakai daster.

Shasi mengambil botol minuman dan mengisinya dengan air hangat ngilu kuku, karena cuaca yang tidak panas dan lebih ke mendung bagus minum air panas sedang.

Shasi keluar rumah dan mengunci pintu. Shasi membawa kunci rumah sesuai dengan pesanan Amak. Karena Amak mempunyai cadangan kunci satu lagi.

Shasi menuruni tangga dan berjalan dengan langkah sedang. Tiba-tiba langkah kaki Shasi terhenti karena sapaan seseorang.

" Eh Shasi mau kemana?" Bado yang bertanya.

" Ini mau nganterin makan siang buat Abang." jawab Shasi lembut mengangkat sedikit rantang menunjukkannya kepada Shasi.

" Abang? Siapa itu?" tanya Rajo bingung.

" Rajo,"

Bado membulatkan bibirnya dan mengangguk-anggukkan kepala.

" Pantesan ia ku ajak pulang tidak  mau. Ternyata ada yang mengantarkan makan siang rupanya," ujar Rajo menggoda Shasi. Shasi tersenyum salah tingkah.

" Iya, Bado."

" Ya, ya. Pergilah. Ia sendirian tinggal di ladang. Kau cepatlah pergi nanti hujan turun kalau kau tidak segera. Cuaca sedang tidak menentu sekarang ini."

Shasi mengangguk.

" Kalau begitu, permisi dulu Bado." pamit Shasi meninggalkan Bado setelah di balas anggukan kepala oleh lelaki kriting itu.

Shasi sudah jauh melangkah. Saat Bado membalikkan tubuhnya, ia terkejut dan sontak mundur kebelakang sambil memegang dadanya dan membelalakkan mata.

" Kau ini buat aku terkejut saja. Untung aku ini tidak jantungan. Kalau sudah tak ada aku di dunia ini lagi," ucap Bado mengusap dadanya.

Mone mencibir sambil bersedekap dada.

" Kau barusan berbicara sama siapa?" tanya Mone langsung.

" Kau mau tahu saja," balas Bado cuek ingin meninggalkan Mone.

" Apa itu perempuan kota sok cantik itu?" Bado kembali menghentikan langkah nya dan memperhatikan mone dengan alis yang terangkat sebelah.

" Shasi memang gadis yang cantik. Oh salah, sangat cantik malah. Bukan sok cantik," bela Bado membuat Mone kesal.

" Percuma saja cantik kalau tidak bisa apa-apa. Bahkan mencuci baju saja ia tidak pandai." Cela Mone tersenyum pongah.

Kali ini Bado benar-benar menghadap kearah tubuh Mone.

" Sepertinya kau sangat membencinya?" tebak Bado langsung. Mone terkejut dengan ucapan Bado. Tetapi, Mone berusaha bersikap santai dan biasa saja.

" Siapa bilang. Biasa saja. Aku hanya tidak suka ada orang kota masuk ke kampung kita," elak Mone cepat.

Dia Suamiku (Ebook Di Playstore/Playbook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang