1 -- memories

947 96 25
                                    

Seoul, 08.45 KST

Udara dingin seperti biasanya di musim dingin. Matahari juga baru saja menampakkan diri menyinari kota Seoul pagi itu. Belum begitu ramai aktivitas di perkotaan. Hanya ada beberapa orang yang diduga biasanya seorang pekerja atau pelajar.

Setiap orang punya profesinya masing-masing yang perlu dipertanggungjawabkan. Dan setiap tanggung jawab itu penuh dengan resiko yang dihapai. Tapi, apa boleh buat. Begitulah hidup.

Seperti 6 bersaudara yang tinggal dalam satu rumah yang cukup besar. Profesi mereka berbeda satu sama lain. Walau begitu, tak menyurutkan rasa persaudaraan diantara mereka. Mereka selalu bersama dan memberikan solusi satu sama lain.

💙 💙 💙 💙

"Hyung!!"

Sanha berlari menuju ke ruang tengah. Di ruang itu, ada MJ yang sedang asik menonton tv dan Rocky yang sedang asik dengan ponselnya sendiri sambil mendengarkan musik melalui earphone-nya.

Akhirnya Sanha sampai di belakang sofa tempat MJ duduk. Nafasnya tersengal-sengal, namun sialnya MJ seolah tak mendengar dan menyadari kehadiran Sanha. Dia sibuk menonton tv sambil tertawa terbahak-bahak melihat tanyangan komedi.

"Woy, hyung!!" Sanha berteriak di samping telinga MJ.

"BUSET AYAM!!" MJ terlonjak kaget dan hampir saja toples yang ada di genggamannya telempar. Untungnya hanya beberapa biskuit yang keluar berserakan dari toples tersebut.

"Nih ya, lo bisa ga sih sopan dikit sama abang lo!" MJ justru memahari Sanha karena tingkahnya tadi. Sanha pun memutar bola matanya malas. Sanha kembali menatap kakaknya itu dengan tajam.

"Eh hyung, tadi yang ga denger siapa? Dah aku panggil berkali-kali hyung sendiri ga denger! Masa mau nyalahin aku?!" Sanha membalas dengan keras perkataan MJ tadi.

"Dasar anak ga punya sopan santun! Sini lo!" MJ mengambil satu biskuit dari dalam toples lalu melemparkannya ke arah Sanha. Sayangnya, Sanha dengan cepat menghindar dari biskuit tersebut.

"Wlee, ga kena!" Sanha menjulurkan lidahnya dan meletakkan kedua telapak tangannya di samping telingnya sembari memasang wajah mengejek. MJ pun semakin kesal dengan perbuatan Sanha.

"Adek siapa si lo! Ha?!"

"Adek kamu lah, hyung!"

"WOYY BERISIK!!"

Sanha dan MJ pun seketika terkejut mendengar seseorang berteriak kepada mereka. Ternyata itu Rocky. Dia tampak memandang Sanha dan MJ dengan wajah kesal, sementara Sanha dan MJ hanya saling berpandangan.

"Bisa ga si lo berdua jangan disini? Ganggu orang lain." jawab Rocky dengan sinis.

"Eh, bahasanya!" MJ menunjuk Rocky dengan jari telunjuknya, matanya melotot, rahangnya mengeras, seolah dia tampak marah besar karena Rocky bicara dengan bahasa informal pada MJ.

Ya, memang pada dasarnya mereka selalu menjaga tata bahasa mereka. Walalupun mereka kakak beradik yang tinggal dalam satu rumah selama bertahun-tahun, tapi mereka tetap menjaga ucapan atau tata bahasa mereka.

Rocky tidak peduli dengan omongan MJ, dia pun kembali memasang earphone-nya dan kembali fokus pada layar ponselnya. Kemarahan MJ pun perlahan mereda, namun dia kembali menatap Sanha. Sanha sendiri pun yang awalnya santai menikmati perdebatan sementara antara MJ dan Rocky kembali serius setelah MJ kembali menatapnya.

When I Lost My SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang