3 -- wishes

420 60 6
                                    

"Huwaa!!"

"EH BUSET KAGET NYAMUK KEJEMPET!!"

Sanha terkejut ketika mendengar suara teriakan secara tiba-tiba. Akibatnya beberapa biskuit dari toples pun terlempar keluar dan jatuh berserakan. Lagi-lagi sama halnya dengan yang terjadi pada MJ. Sanha pun mendengus kesal sembari memegangi dada kirinya. Untungnya janutngnya tidak lepas.

Kemudian, Sanha pun memunguti satu per satu biskuit yang jatuh berserakan. Untung saja jatuhnya di atas karpet bukan lantai, sehingga biskuit tersebut tidak terlalu kotor. Dimasukkannya stu per satu biskuit tersebut. Sialnya ada beberapa biskuit yang masuk ke bawah meja sehingga Sanha harus membungkuk dan mengambil biskuit menyusahkan tersebut dengan tangan panjangnya.

"SANHA!!"

"ADUHH!" karena terkejut kepala Sanha pun membentur meja, tepat sekali kepala Sanha berada di bawah meja. Sanha pun keluar dari meja sembari mengusap-usap kepalanya yang terasa sangat sakit karena membentur meja dengan cukup kuat.

Seseorang tiba dihadapan Sanha dengan raut wajah kacau, masih menggunakan piyama, dan rambut yang berantakan. Siapa lagi kalau bukan Jinjin, tikus besar diantara enam bersaudara. Keringat mengalir di sekujur wajah da tubuh Jinjin. Dia nampak panik.

"Mimpi buruk lagi, hyung?" tanya Sanha masih sembari mengusap-usap kepalanya yang masih terasa sakit.

"SUMPAH SAN, ini yang terburuk dari mimpi yang lain!" jawab Jinjin dengan keras. Sanha pun merasa bingung pada kakaknya sendiri, dia bahkan tidak pernah melihat orang bangun tidur langsung se excited itu.

"Kamu kan emang sering mimpi buruk, hyung. Udah berapa kali aku kaget gara-gara hyung. Sekarang aku sampe kebentur meja, sakit tau.." Sanha justru mengeluh pada Jinjin soal kepalanya. Jinjin yang menyadari hal itu pun akhirnya hanya meringis kecil.

"Hehe iya maaf deh. Tapi sumpah ini mimpinya ga main-main." ucap Jinjin dengan penuh keyakinan, sembari dia duduk di sofa d samping Sanha. Dan Sanha pun kembali duduk setelah mengambil biskuit yang terjatuh.

"Emang mimpi apaan hyung? Sampe semangat banget begitu." tanya Sanha santai, lalu dia kembali memakan biskuitnya dan pandangannya fokus pada televisi. Walau begitu, telinganya tetap siap mendengarkan cerita Jinjin.

"Aku mimpi orang bunuh diri di depanku persis, San." tegas Jinjin.

Biskuit yang hendak masuk dalam mulut Sanha pun terhenti. Tangan yang memegang biskuit itu kembali menurun dan memasukkan kembali biskuit tersebut ke dalam toples, Sanha beralih menatap Jinjin heran.

"Serem banget mimpinya, hyung." Sanha seolah masih tak percaya dengan apa yang diycapkan Jinjin barusan.

"Seriusan! Dan yang bikin aku tambah merinding, orang yang bunuh diri itu orang yang kita kenal." Jinjin semakin menegaskan ceritanya agar Sanha percaya.

Sanha pun akhirnya percaya dengan cerita Jinjin dan menanggapinya dengan serius. Dia menutup toples yang dipegangnya lalu diletakkan di atas meja. Dia beralih untuk fokus mendengar cerita Jinjin sementara televisi masih menyala.

"Emang siapa orangnya, hyung?" tanya Sanha dengan penuh rasa penasaran. Jinjin semaki mendekat ke arah Sanha dan sedikit menundukkan kepalanya, begitu juga dengan Sanha.

"Orangnya siapa lagi kalau bukan-"

"HAI GUYSS!"

Sontak Sanha dan Jinjin terkejut secara bersamaan. Bahkan mereka berdua hampir saja terpental. Lagi-lagi Sanha memgangi dada kirinya, nafasnya tersengal, sudah kedua kalinya dia dikagetkan seperti itu. Mungkin itu azab dari Tuhan karena sudah mengejutkan MJ. Si pelaku hanya tertawa puas karena misinya berhasil.

When I Lost My SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang