Terungkap

169 150 2
                                    

Kei memperhatikan Arka yang tengah mengamati motornya, dengan teliti dari jarak sekitar lima meter. Dia menyelinap di antara kerumunan puluhan gadis yang berteriak menyebut nama Arka sehingga keberadaannya tak terlalu mencolok. Senyum licik tersungging di bibirnya. Dia sudah sangat siap melihat Arka celaka.

Saat Arka mulai bersiap di atas motornya bersama dengan tiga orang lain di garis start, Kei mulai maju membelah kerumunan para gadis. Dia tertawa dalam hati saat melihat Arka memberi cium jauh pada fansnya, berlagak seperti pembalap internasional yang penampilannya sangat ditunggu. Biar saja saat ini cowok itu mengeluarkan semua rasa percaya diri dan kepongahannya. Toh setelah ini dia tak akan bisa ikut balapan lagi kalau tangan dan kakinya patah tulang.

Selama balapan berlangsung, Kei terus menunggu dengan harap-harap cemas. Meski telah melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau si montir telah membuat rem motor Arka tidak berfungsi secara maksimal, tapi dia tetap sedikit khawatir kalau rencananya kali ini gagal. Namun, pemikirannya itu dapat dia tepis dalam hitungan detik. Tuhan pasti membiarkan rencananya berjalan mulus karena penjahat seperti Arka memang layak mendapat hukuman.

Tubuh Kei lemas dan dia nyaris berbalik meninggalkan area balapan saat melihat motor Arka dari kejauhan. Cowok itu berada di urutan pertama. Kalau sudah begitu, tentu dapat dipastikan renacana Kei gagal dan Arka akan menjadi pemenang pertandingan. Dalam hitungan detik mata Kei meredup, mencerminkan bahwa dia telah kehilangan harapan. Namun tanpa disangkanya, beberapa detik usai melewati garis finish, motor Arka menabrak garis batas trotoar karena tak bisa di rem ketika melewati tikungan. Bersamaan dengan itu terdengar bunyi gedubrak nyaring berpadu dengan teriakan histeris para gadis. Melihat pemandangan itu, Kei membelalakkan mata. Dia tak menyangka jika akhirnya rencananya berhasil.

Penasaran, Kei berlari mendekati kerumunan manusia yang bergerombol di lokasi terjatuhnya Arka. Dia menyeruak membelah kerumunan untuk memastikan bahwa sasarannya memang benar-benar telah celaka. Dalam remang cahaya lampu jalan dia melihat sosok Arka terbaring terlentang tak sadarkan diri di dekat trotoar. Motornya yang kondisinya ringsek dan patah di beberapa bagian tergeletak lebih dari lima meter dari tubuh cowok itu.

Tadinya Kei bergidik ngeri ketika melihat genangan darah segar yang ada di sekitar tubuh Arka. Dia bahkan sempat merasa kaget dan tak percaya atas apa yang telah dia lakukan. Ya, seumur hidup dia tak pernah membayangkan akan melakukan perbuatan sejauh ini untuk mencelakai anak orang. Lagi pula bukannya dengan begini dia juga bisa dibilang penjahat juga? Apa bedanya dia dengan Arka kalau begitu? Namun saat dia menyadari keberadaan Metha yang menangisi Arka sambil melepaskan helm cowok itu, hatinya jadi keras lagi. Lihat, meski sekarang tengah mengalami penderitaan, tetap saja Arka memiliki Metha yang mencintainya dan bersedia ada di sisinya sepanjang waktu. Itu sama sekali tak sebanding dengan apa yang terjadi pada Windy. Betapa tidak, apa yang Arka lakukan membuat Windy kehilangan kesempatan dicintai oleh cowok mana pun. Sebelum rasa sakit hatinya makin parah dan muncul keinginan untuk menginjak-injak tubuh Arka yang sudah tergeletak tak berdaya, Kei segera beranjak pergi.

***

Kei mencoba memasang raut prihatin saat Miko memberitahunya bahwa semalam Arka mengalami kecelakaan ketika balapan. Dia bahkan mengangguk setuju tanpa ragu saat cowok itu menyampaikan keinginannya untuk menjenguk Arka sepulang sekolah. Meski dia sendiri yang membuat Arka celaka, tapi dia tak boleh terlalu mencolok memperlihatkan kebenciannya pada cowok itu. Dia harus tetap terlihat sedih dan berduka.

Kei dan Ghea naik mobil Miko untuk menuju rumah sakit tempat Arka di rawat. Usai menempuh perjalanan sekitar lebih dari setengah jam, mobil Miko akhirnya sampai di parkiran rumah sakit. Usai mendapat informasi dari resepsionis di mana kamar rawat Arka, ketiganya bergegas menuju ke sana.

Di depan ruang rawat Arka ada seorang wanita. Wanita yang masih terlihat sangat cantik di usianya yang terlihat tak lagi muda itu matanya sembab. Dia menyandarkan kepala pada seorang pria yang duduk di sampingnya. Pria itu tampak gagah dengan pakaian formal. Sementara itu, di dekat pintu ada Metha, Leon, dan Egy. Metha berdiri gelisah dengan raut harap-harap cemas, sementara Egy dan Leon tampak sedikit lebih tenang dibanding kekasih Arka tersebut.

Scintilla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang