Langkah Pertama

190 176 16
                                    

Sore ini Harmony sedang latihan di studio musik sekolah. Kei, Miko, dan Ghea sudah ada di sini sejak lima menit yang lalu, tepat setelah bel pulang berbunyi. Saat ini mereka bertiga tengah menunggu Arka. Saat keluar kelas, Miko sudah memberitahu personel baru itu untuk datang ke studio sekolah via WhatsApp. Kalau memang niat latihan, seharusnya cowok itu akan datang tak lama lagi.

Ghea yang tadinya sibuk latihan vokal, Miko yang tadinya menggebuk drum dengan bersemangat, dan Kei yang tadinya memelajari chord gitar yang tertulis di notebook-nya menghentikan aktifitas masing-masing secara bersamaan saat mendengar keributan dari pintu studio.

"Kali ini aja kita nggak pulang bareng, Yang. Kalo udah selesai, aku jemput kamu terus kita jalan, deh." Terdengar suara Arka.

"Kamu bilang aku boleh ikut latihan!" Metha menyahuti.

"Iya, tapi waktu itu aku bilang bukan di atihan pertama. Aku belom izin sama personel yang lain."

Metha menyanggah. "Tapi, entar kalo dua personel cewek itu keganjenan sama kamu gimana?!"

Ghea langsung melotot mendengarnya. Miko terkekeh. Sementara itu Kei menggumamkan kata, "najis," pelan.

"Nggak akan," Arka meyakinkan.

"Gimana kamu bisa yakin?"

"Ya, terserah mereka mau ngapain juga. Yang pasti aku nggak bakalan nanggepin kalau sikapnya mulai aneh-aneh." Arka terdengar frustrasi.

"Ya udah. Aku pulang duluan, " sahut Metha, "bilang ke aku kalo mereka macem-macem."

"Iya."

Beberapa detik kemudian terdengar suara derap langkah menjauhi pintu studio. Tak lama setelahnya, pintu studio terbuka dan Arka menampakkan diri. Dia sedikit menundukkan kepala dan tersenyum rikuh saat hendak masuk studio. "Sori buat keributan yang barusan," katanya.

"Nggak apa-apa, Mas Arka," balas Miko.

"Sori juga kalau ada kata-kata Metha yang nggak enak didenger," kata Arka lagi sambil menatap Ghea dan Kei bergantian.

Ghea menanggapinya dengan senyum tipis meski sedikit jengkel. Sedangkan Kei tak mau repot-repot bersikap sok manis. "Mulut pacarmu itu lama-lama tak karetin biar monyong kayak paruh bebek kalo ngomongnya ngasal terus," ujarnya sinis.

"Kei!" seru Miko mengingatkan.

Meski kesal dengan kalimat Metha, tapi dia juga merasa lega karena gadis itu tak jadi ikut Arka masuk ke studio. Tadinya dia berniat menumpahkan jus Ghea ke baju Metha seandainya gadis itu menemani Arka di dalam studio. Dengan begitu, Metha akan pergi ke toilet dan tak menjadi penghalang aksinya setelah ini.

"Sebelum latihan, aku mau lihat kemampuan Arka main piano," kata Kei. Dia bersedekap dan menampakkan senyum tipis meremehkan. Sebenarnya dia percaya pada Miko. Dia tahu cowok itu tak mungkin sembarangan memilih pemain piano. Akting ini dilakukannya demi kelancaran rencananya.

"Boleh," sahut Arka. Cowok itu lantas duduk di kursi piano. "Lagu yang aku hapal aja ya biar mudah."

Kei ikut duduk di kusrsi panjang yang Arka duduki. "Nggak bisa gitu, dong!" sanggahnya, "namanya tes itu ya yang sulit. Pake partitur ini aja." Kei mengambil salah satu dari beberapa lembar partitur yang ada di atas piano.

Arka meraih partiturnya dan mengamatinya sebentar. "Oke," katanya sambil mengangguk-angguk pelan.

Kei tersenyum puas. Semakin Arka tak familiar dengan not yang dimainkan, semakin cowok itu akan berkonsentrasi penuh untuk memainkan piano. Dengan begitu, dia tak bisa merasakan saat Kei mengambil kunci motornya yang saat ini berada di saku celananya bagian kanan.

Scintilla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang