Rencana

196 189 4
                                    

Studio musik milik keluarga Miko terletak di Jalan Kusumanegara. Di studio dua lantai ini Harmony biasa menghabiskan waktu untuk latihan. Mereka biasa menghabiskan waktu di sini selama hampir dua jam. Tak perlu mereka memikirkan tentang biaya karena memang sejak pertama latihan di sini, sekitar hampir setahun yang lalu, tak pernah ada sepeser pun uang yang keluar dari dompet masing-masing personel akibat larangan dari Miko.

Di ruangan yang luasnya sepuluh kali lima belas meter ini ada beberapa alat musik. Di antaranya: satu set drum, piano klasik, dua gitar elektrik, dan keyboard yang lebih sering disingkirkan saat Harmony latihan karena mereka mengusung musik klasik.

Saat ini Kei sedang duduk di sebuah kursi sambil mengutak-atik gitar klasik kesayangannya yang dia bawa dari rumah. Sementara itu, Ghea tengah meneguk jus buah yang dibawanya dari rumah. Gadis itu pasti sudah mulai lelah latihan vokal.

"Si Miko kemana, sih, Kei?" tanya Ghea usai memasukkan botol minumnya ke dalam tas. "Tumben dia lemot. Biasanya juga dia selalu ada di studio duluan dan nyambut personel yang lain."

Kei mendongak, mengalihkan pandangannya dari gitar di pangkuannya pada Ghea. "Tadi pas baru dateng ke sini aku chat dia. Katanya sih lagi nyusul Kak Bagas," jawab Kei.

Bagas itu pianis Harmony. Biasanya cowok itu yang paling semangat datang ke studio setelah Miko. Biasanya, dia tak pernah membuat pesrsonel lain kepikiran karena menunggunya. Baru kali ini Miko sampai repot-repot menyusulnya. Entah ada masalah apa. Memikirkannya, Kei jadi gelisah sendiri.

Beberapa menit kemudian, tampak Mazda hitam Miko masuk ke pelataran studio. Kei segera keluar studio untuk menghampiri si pemilik mobil. Dia berjalan dengan langkah-langkah cepat dan penuh tekanan. Kalau perlu dia akan menyeret Miko sekalian karena sudah membuatnya menunggu. Namun, raut serius Kei berubah ketika melihat seseorang yang turun bersama Miko. Wajahnya mendadak pucat dan matanya melotot. Dalam hitungan detik napasnya memburu.

"Hai, Kei," sapa Miko saat melewati Kei yang berdiri di pintu studio, "sori udah bikin kamu sama Ghea nunggu."

Kei tak menanggapi sapaan Miko. Pandangannya tertuju pada cowok yang membuntuti Miko. Dia menatap cowok itu tajam. Sementara itu, ditatap demikian si cowok malah tersenyum santai. Hati Kei makin dongkol melihatnya. Bersamaan dengan kedua tangannya yang mengapal, percikan api mulai muncul di dadanya.

"Tadi kamu bilang mau nyusul Kak Bagas, sekarang kenapa malah datengnya sama dia?!" tanya Kei setengah membentak.

Miko sudah menduga reaksi Kei pasti akan tidak menyenangkan seperti ini karena gadis itu sudah lama menunggu. Karena tak ingin terjadi keributan, jadi dia berusaha menjawab pertanyaan Kei setenang mungkin. "Iya, ini mau aku jelasin, Kei," jawabnya.

"Jelasin apa?" sahut Kei. Wajahnya semakin ketus.

"Mas Arka bakal gantiin posisi Bagas di Harmony."

Ghea tampak tak terlalu terkejut mendengar penuturan Miko. Dia hanya sedikit melebarkan mata saat melihat Arka. Dia lantas meninggalkan stand mic lalu segera mendekati Arka, Miko, dan Kei yang ada di tengah ruangan. Sementara itu, ekspresi Kei jauh berbeda dari Ghea. Makin lama wajahnya makin merah padam.

"Dia kakak kelas kita, kan?" tanya Ghea pada Miko. Miko menanggapi dengan anggukan, sementara Arka menanggapi dengan senyum ramah. "Yang pacarnya Metha itu, ya?" lanjut Ghea. Arka mengangguk untuk membenarkan.

"Ko, aku mau bicara berdua sama kamu?" sela Kei ketus sambil menarik lengan Miko, membuat suasana hangat yang baru tercipta berubah tegang.

Miko pasrah saat digiring Kei menuju lantai atas studio. Dia memang berhutang penjelasan.

Scintilla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang