"Aku tahu aku tidak dapat mengubah kehidupan, tapi mungkin aku bisa mengubah cara pandangku terhadap kehidupan,"
-Pidi Baiq
CANTIK - BAGIAN DELAPAN : BERDAMAI
Malam itu angin dingin berhembus melewati kota. Membawa pesan singkat pertanda sebentar lagi akan turun hujan. Kendati demikian, bumi pasundan tetap terlihat elok meski langitnya sedang sedih. Di bawah hamparan langit gelap tanpa bintang dan sinar rembulan itu, dua anak remaja tengah menengadah memandangi lagit, melewati detik-detik tanpa suara yang nyata. Cuma suara-suara di dalam kepala mereka lah yang bermonolog.
Si gadis, yang sedari sore menanti kapan kiranya si pujaan hati menyapa dirinya lagi, entah melalui pesan teks maupun secara langsung. Namun, ia tak kunjung mendapatkannya. Ia sendiri tak tahu. Mengapa perasaannya bisa jadi sekacau ini. Padahal, ia sendiri yang bersikeras belum mau memberi kata maaf pada lelaki itu.
Di tempat lain, si lelaki justru memikirkan hal lain. Berdiri diam di balkon kamarnya, mengumpulkan peristiwa-peristiwa yang ia alami beberapa hari ke belakang, dan memikirkan kesimpulannya.
"Bunda kangen, makan bareng kalian kaya gini,"
Ia tidak pernah tahu, kalau bundanya punya kehendak untuk mengatakan hal demikian. Padahal bertahun-tahun sudah ia lalui tanpa sapaan hangat sang bunda. Cuma hari-hari yang sepi. Bunda yang sibuk, ia dan kakaknya yang juga sibuk dengan dunia masing-masing.
Ia bahkan pernah mendengar, kala dirinya disebut sebagai beban oleh wanita yang melahirkannya sendiri.
"Kamu bawa aja Dani ke Jakarta. Capek nyari duit buat dua anak. Bukannya bahagia, malah ngebebanin,"
Sekilas, cuma percakapan itu yang tak sengaja Dani dengar dari kedua orang tuanya lewat sambungan telepon.
Lalu segalanya berubah hari ini. Wanita itu banyak tersenyum saat makan malam tadi. Apa lagi setelah putra pertamanya pulang ke rumah dalam keadaan baik-baik saja.
"Dan,"
Dani tersentak, sadar dari lamunannya. Ia menoleh ke samping, Raga sudah berdiri di sana.
"Bengong aja. Ngapain?"
"Hmm. Nggak ngapa-ngapain," Dani menghembuskan napas, mengalihkan pandangan. Namun detik berikutnya ia kembali menoleh cepat, waktu Raga menyalakan pemantik api dan membakar ujung batang nikotin yang terselip di jarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANTIK (Hyunsuk x Ryujin)
Fanfiction"Dan Bandung bagiku bukan cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi." - Pidi Baiq Hari itu aku melihatnya lagi. Si Cantik dengan senyum dan tawa yang sama, seperti si Cantik yang selama dua belas t...