BAGIAN DUA PULUH

500 78 45
                                        

"Tenang saja, perpisahan tak menyedihkan, yang menyedihkan adalah, bila habis itu saling lupa,"

- Pidi Baiq

Cantik - Bagian Dua Puluh : Sampai Jumpa di Lain Waktu








Di sinilah keduanya sekarang. Balkon lantai dua rumah Riu yang cuma disinggahi untuk menyimpan barang-barang tak terpakai atau menjemur pakaian yang baru dicuci. Tidak ada suasana romantis sama sekali. Riu cuma memandangi jalanan di bawah balkon rumahnya dengan tangan yang menopang ke pagar besi berkarat.

Sebenarnya, Riu sudah ingin meledak sejak tadi. Sejak pertama kali matanya menangkap keberadaan Dani di rumahnya. Ingin sekali ia meluapkan segala kekecewaannya pada Dani. Tapi masih ia tahan. Tidak mungkin ia berteriak seperti orang kesetanan di depan orang tuanya.

Dani menghela napas. Lima menit berlalu dalam hening. Lelaki itu mulai mendekati gadisnya—ah, masih pantaskan disebut gadisnya?

"Riu—" Dani menyentuh lengan Riu, yang buru-buru ditepis gadis itu.

"Aku tau kamu pasti marah. Tapi, aku masih merasa punya kesempatan buat jelasin semuanya,"

Riu tersenyum miring. Tatapannya tajam waktu melihat Dani. Kekehan samar keluar dari bibirnya. Sementara air matanya sudah menunggu untuk lolos. Riu merasa kelewat cengeng akhir-akhir ini.

"Jelasin apa?"

Dani mendengus mendengar nada jutek Riu. Tapi ia sadar setidaknya ia masih diberi kesempatan untuk menjelaskan oleh Riu.

"I was—"

"—drunk,"

Riu mengangguk dengan bibir menipis. "Aku tahu kok. Terus, Aa bakal bilang kalau Aa nggak sadar, kan? Nggak merasa ngelakuin itu, kan?"

Dani menggeleng. Namun lidahnya kelu. Yang dikatakan Riu tidak benar. Kenyataannya lebih buruk. Dani tidak terlalu mabuk waktu melakukan permainan sialan itu. Ia masih cukup sadar. Namun setan yang menguasainya sedang kuat-kuatnya kemarin malam.

"Terus apa? Aa emang sengaja mau main di belakang aku?"

Dani menggeleng. Tidak juga. Sekarang ia bingung harus berkata apa.

"Khilaf? Basi!"

Lelaki itu menunduk, kehabisan kata-kata.

"Lucu, ya," Riu mengalihkan pandangannya kembali ke jalanan. Enggan menatap Dani. "Di hari waktu Aa mau balik ke Jakarta, Aa ngasih tau aku, kalau pergaulan di kampus itu enggak waras. Orang dateng dari mana-mana. Rentan kebawa pergaulan yang enggak bener. Aa bilang, aku jangan sampai kebawa-bawa begitu. Aa juga bilang, Aa enggak ikut-ikutan begitu. Ketika nyatanya—"

"Riu, ini enggak kaya yang kamu pikir!" Dani mulai kesal, sebab Riu ambil kesimpulan sendiri.

Riu tidak menggubris. "Aku percaya loh, sama Aa," suaranya mulai bergetar di akhir kalimat.

"Aku bahkan udah lupain soal Teh Arin. Karena aku tau Aa nggak mungkin kaya gitu,"

Dani mengusap wajahnya kasar. Lantas meraih lengan Riu dan memaksa gadis itu untuk menghadpnya.

"Riu, denger dulu!"

Ia menatap gadisnya lekat-lekat.

"Aku nggak ngelakuin apa-apa sama Arin. Aku juga enggak main-main di belakang kamu. Aku cuma lagi stress, aku butuh sedikit pelampiasan jadi aku dateng ke apartnya Dean. Aku cuma minum, habis itu udah, aku nggak ngapa-ngapain lagi!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CANTIK (Hyunsuk x Ryujin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang