TPM°14. JJN : I Did it For You.

1.8K 266 27
                                    

Sorry for typo(s)






Dia bakalan baik-baik aja.

Dia bakalan baik-baik aja.

Ada Mark disana, enggak mungkin terjadi apa-apa.

"AISH!" pikiran dan batin gue berdebat hebat. Gue enggak sanggup menahan diri. Batin gue enggak tenang.

Gue harus melihat keadaannya!

Berlari menuju keluar lapangan, gue langsung dihadang oleh Moonbin.

"Woi Kapten! Mau kemana??"

Gue melepas gelang kapten yang menempel di lengan kiri dan melemparkannya ke arah Moonbin yang segera diambil olehnya. 

"Gantiin gue sementara! Ada hal yang lebih penting." gila, gue sudah gila mempertaruhkan UKM Sepak Bola Teknik demi Jaemin.

Dan apa gue menyesal? Enggak sama sekali.

Lantas gue berlari sekuat tenaga menuju parkiran FH. Untungnya masih awal pemanasan, sehingga gue bisa kabur. Sudah enggak peduli lagi akan protes pelatih dan kawan-kawan dari tim nanti. Gue lebih memilih untuk menemui Jaemin, semoga dia baik-baik saja.

Meskipun gue sudah mengancam semua mahasiswa teknik untuk tidak menatap Jaemin. Gue masih khawatir kalo hal yang enggak diduga malah terjadi. Makanya gue lebih tenang kalo melihat Jaemin secara langsung.

Akhirnya sampai juga di Teknik. Gue langsung memarkirkan sembarangan motor gue setelah kebut-kebutan di area universitas dan segera berlari memasukki gedung.

Beberapa mahasiswa terlihat memenuhi koridor dan tatapan tajam gue selalu terpasang kepada siapapun yang berani menentang kekuasaan gue.

"Jen!" gue menoleh dan melihat Guanlin sedang berjalan mendekat. "Gue udah dapet informasi dimana Wooseok."

Bukan waktu yang tepat. "Soal itu nanti aja. Gue harus ketemu Jaemin dulu."






---





     

Bucin.

Istilah yang enggak pernah disangka akan gue dapatkan saat ini.

Buktinya gue seorang Jung Jeno, rela untuk menunggu selama berjam-jam di acara BEM yang bagi gue sangat membosankan. Organisasi yang penuh dengan omong kosong. Tidak terlalu berguna selain menunjukkan status dan ketenaran di Universitas.

Tetapi pada akhirnya gue tetap setia duduk di belakang hanya demi Jaemin, lelaki yang tidak pernah berhenti memenuhi pikiran gue.

Gue enggak menyangka kalo Jaemin memiliki penyakit yang berdasarkan trauma. Benar-benar bencana! Mengapa bisa serumit ini?!

Pandangan sayu dan wajah yang pucat itu akan selamanya menjadi mimpi buruk gue. Betapa bodohnya gue merencanakan hal buruk mengenai traumanya. Gue enggak bakalan dimaafkan.

The Perfect Match ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang