TPM°20

2.4K 288 36
                                    

Sorry for typo(s)






"Na.." Haechan menatap Jaemin dengan prihatin.

Sudah setengah jam ia berusaha membujuk sahabatnya agar mau makan. Namun Jaemin tetap saja keras kepala, menyembunyikan tubuhnya dibalik selimut.

Haechan biasanya tidak sabaran jika menghadapi Jaemin yang keras kepala. Namun kasus kali ini berbeda, Jaemin sedang patah hati. Sahabatnya yang menangis dan galau selama tiga hari berturut-turut itu adalah hal yang baru bagi Haechan. Ia tidak tahu harus berbuat apa jika sahabatnya sudah seperti ini.

"Na!" seruan lain mengagetkan Haechan. Lelaki gembil itu mendengus kesal saat menemukan pelakunya, Mark yang tiba-tiba datang menghampiri dari arah pintu kamar Jaemin.

"Lemah amat sih lo, gitu doang langsung galau!"

Haechan membulatkan matanya ketika mendengar sindiran Mark. Ia tidak habis pikir dengan apa yang sedang lelaki bule itu lakukan. Tetapi dari ekspresi Mark yang terlihat santai dengan senyuman miringnya sudah menjelaskan bahwa Mark memiliki sebuah rencana.

Selimut itu terbuka dengan kasar, "HEH DASAR BAYI MACAN! SIAPA YANG LO BILANG LEMAH?!" amarah Jaemin terlihat tidak jelas karena tertutup oleh wajah sembab dengan ujung hidung yang memerah.

Haechan dan Mark langsung tertohok karena melihat kondisi Jaemin yang begitu kacau. Hampir Mark melupakan misinya, ia langsung saja membalas. "Ya elo! Lihat tuh muka, air mata semua. Coba kalo dilihat sama Jeno, p-"

Ucapan Mark terpotong dengan teriakkan histeris karena Jaemin tiba-tiba menerjangnya dengan ganas. Lelaki cantik itu menjatuhkan Mark ke bawah lantai dan mencekiknya dengan posisi sambil duduk di atas tubuh Mark.

"NA!" Haechan segera mendekati keduanya dengan panik. Ia tidak bisa melerai karena Jaemin sedang dibutakan dengan emosi. Salah Mark sendiri yang berani menyulut kelinci liar seperti Jaemin.

"Sebut namanya lagi! Gue tantang lo nyebut namanya sekarang!" ancam Jaemin tidak main-main, tangannya semakin kuat mencekik leher Mark.

Haechan langsung memegang lengan Jaemin, berusaha meredam amarahnya. "Udah Na, sadar.. Itu Mark lama-lama mati!"

Untungnya Jaemin masih memiliki akal sehat, ia melepaskan cengkeraman tangannya dari leher Mark sambil mengamati wajah sahabatnya yang sudah merah padam karena kehabisan nafas. Sesudahnya Jaemin langsung berdiri dan kembali duduk di atas kasur sambil menutup dirinya lagi dengan selimut. Seakan tidak terjadi apa-apa.

Dengan begitu Mark terbatuk-batuk sambil berusaha mengambil nafas sekuat tenaga. Ia menggelengkan kepala dengan cepat sambil menatap gundukan selimut dengan kesal. "Lo- Aish!"

Tidak ada kata-kata yang bisa Mark ucap. Ia sangat syok ketika menyadari separah itu Jaemin jika sedang galau. Biasanya Mark tidak akan terkena imbasnya, namun lelaki itu menyadari satu hal baru.

Jika Jaemin galau, akan dua kali lipat lebih menyeramkan daripada Jaemin yang marah.

"Oke, gue enggak mau basa-basi lagi. Di sini gue pengen nagih utang lo."

Setelah menunggu pernafasannya kembali lancar, Mark berdiri dan mendekati kasur Jaemin.

"Masih inget gak sama tantangan yang gue bilang di sekre BEM?"

The Perfect Match ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang