TPM°07

2.5K 344 23
                                    

Sorry for typo(s)






"NA JAEMIN!"

Sosok jelmaan anak singa bertubuh manusia muncul dari balik pintu. Kemurkaan yang terpancar dari wajahnya sama sekali tidak dipedulikan oleh Si Empu kamar.

"Oh, sekarang mode Limbad nih?" sindir Mark sambil mengamati tingkah laku sahabatnya yang sedang memakai topi tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Terlihat jelas bagi Mark, sangat jelas ketika Jaemin kembali memakai topinya. Menandakan bahwa Jaemin mulai menutup dirinya lagi. Apalagi penampilannya yang terlihat berbeda itu membuat Mark khawatir.

Biasanya rambut Jaemin ditata rapi, disisir ke samping kanan dan kiri dengan gaya membelah untuk memperlihatkan sedikit dahinya. Tetapi yang terlihat sekarang, rambutnya diturunkan hingga menutupi dahinya. 

Raut wajah sendu pun menambahkan keadaan Jaemin yang terlihat sangat menyedihkan.

Tentang topi, mungkin tidak masalah bagi orang lain. Toh, Jaemin memang biasanya memakai untuk menutupi jika memiliki warna rambut baru.

Tetapi bagi orang terdekatnya, itu adalah sebuah hal yang buruk. Apalagi dengan model topi yang dipakai sekarang, model Bucket. 

Kepercayaan diri seorang Na Jaemin kini tergantikan oleh putus asa. Kegelisahan yang mendasarkan pada kebencian.

Jaemin kembali merasa benci dengan dirinya sendiri.

Benci dengan kesempurnaannya, titik utama kelemahan dalam hidupnya.

"Eh, eh! Mau kemana?!" sergah Mark tersadar dari gerak-gerik sahabatnya yang kini mengambil tas.

Mark langsung berdiri di sela-sela pintu yang terbuka, berusaha menghalangi Jaemin untuk keluar dari kamar. Tetapi nampaknya hal itu tidak membuat Jaemin mengurungkan niatnya untuk pergi ke kampus.

Lelaki blasteran itu langsung dikejutkan dengan tepukan di dahinya. Karena lengah, ia sampai mundur ke belakang karena didorong oleh Jaemin.

Kesal karena tidak didengarkan, Mark akhirnya berjalan mengikuti Jaemin hingga keluar dari rumahnya.

"Gue yang anter, kunci mobil lo udah gue sita." perintah Mark. Sudah menyerah untuk membuat Jaemin tetap di rumah.

Untungnya Jaemin menurut dan mengikuti Mark untuk masuk ke dalam mobil milik Renjun yang sebelumnya dipinjam lelaki blasteran itu.

Meskipun memiliki masalah, Jaemin tetap berpegang prinsip pada pendiriannya. 

Lebih tepat, keras kepala jika menurut Mark.

Jaemin masih menunjukkan profesionalitas karena tidak mau mencampuri kegiatan dengan masalah pribadinya. Terutama egonya yang tinggi itu juga, Jaemin tidak mau terlihat lemah di depan semua orang.

Hari ini adalah hari kedua, puncak delegasi BEM FISIP di Fakultas Teknik. Jaemin harus berada di sana mengingat bahwa semua anggota BEM FISIP akan hadir untuk bersosialisasi dengan anggota BEM dari fakultas lainnya.

Maka dari itu, Mark yang akan menemani Jaemin selama berada di Fakultas Teknik. Lelaki bule itu sudah menduga Jaemin akan berusaha keras untuk menghadapi traumanya yang kembali muncul. Maka Mark tidak akan membiarkan Jaemin berjalan sendirian di antara orang-orang yang belum dikenalinya nanti. Bisa-bisa penyakit Jaemin kambuh lagi dan akan susah untuk meredakannya. Karena yang Mark ingat, serangan panik yang diderita Jaemin bisa menghabiskan waktu yang sangat lama. 

The Perfect Match ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang