Prolog

5 0 0
                                    

Tik ....tik.... tik...
Rerintikan hujan sore ini membuat seorang gadis belia nan cantik jelita duduk termenung seorang diri, sepi, di balkon kamarnya. Duduk manis, menerawang jauh seakan ada seseorang yang jauh di sana yang menanti  tatapan mata itu. Tatapan mata yang begitu indah dan damai. Tatapan yang begitu dalam seakan menyiratkan banyak hal, banyak rahasia yang telah disaksikannya. Tatapan untuk orang yang dicintainya. Tatapan yang penuh kasih dan kerinduan.
“ Aku benci hujan. Aku benci saat hujan datang menghentikan kesenangan tiap orang. Aku benci  hujan yang selalu membuat air mataku mengalir. Aku benci saat hujan dan  aku harus duduk sendiri di sini. Aku benci rasa ini, kesepian.”

***

Hallo , nama aku  Eliana Milany dan biasanya dipanggil Lian. Aku punya kakak cowok namanya kak Alvian Milano alias Vian. Umur aku sama kak Vian gak jauh- jauh amat kok. Cuma beda 3 tahun doang.  Mama papa aku itu hmmmm orangnya super sibuk. Mereka selalu punya urusan bisnis di dalam maupun luar kota yang katanya selalu mendesak. Ada meetinglah, project barulah, ketemu clientlah, janji sama investor atau banyak hal lagi yang sering terdengar saat mereka akan keluar kota. So , hanya aku dan kak Vian yang selalu stay di rumah. Memang sejak kecil aku selalu bersama dengan kak Vian. Bermain, menonton , makan, bahkan tidur juga bareng. Tak pernah terpisahkan. Pokoknya kaya udah di lem aja. Dimana ada ka Vian maka disitu juga ada Lian. Kalau diibaratkan udah kaya lagunya Tulus – Sepatu.
Sejak kecil yang namanya cowok dalam hidup aku hanya ada kak Vian. Karena buat aku dengan adanya kak Vian udah cukup. Ketika ada kak Vian, everything gonna be ok. Aku gak butuh orang lain lagi. Siapapun yang datang selalu tidak.  Selalu ada penolakan karena aku melihat bahwa mereka tidak sesempurna kak Vian.  Dan juga karena aku memang gak mau menggantikan kak Vian di hatiku. 
Suatu saat, ka Vian ngajakin aku buat ketemu sama tim basket sekolah dia.
“ Ka kita mau kemana sih?”
“Ketemu teman kakak kan. Kakak udah bilang ke kamu kan?”
“Udah sih ka. Tapi lagi males kemana-mana nih. Lian di rumah aja ya.”
“ No. You promise to join.”
“Ya tapi ka.....”
“ Please do it ! Kakak nggak mau ninggalin kamu sendirian. Ok!”
Ka Vian mulai berkomentar dan menasihati aku  panjang kali lebar. Kali ini dia benar-benar bersikap sebagai seorang ayah yang sedang memberikan nasihat kepada anak perempuannya. Menyebalkan! 
“ Iya iya. Bawel deh.”
“Loh kok kakak  bawel? Kakak tu Cuma mau ngasih tau kamu aja”
“ iya ngerti. Udah deh jalan aja .”
“ya udah sekarang senyum dulu dong sama kakak!”
 “ Apaan sih ka Vian. Gak, Lian gk mau senyum?”
“ senyum dong Lian. Masa kamu marah sih sama kakak”
“iiihhh ka Vian. masih mau jalan gak sih?”
“Ya mau”
“ Ya udah buruan!”
“ Senyum dong sayang. Adik kakak cemberut mulu deh. Masa gitu aja marah sama ka Vian.”
Ka Vian mulai melakukan aksi usilnya untuk memelukku dan mengacak-acak rambut aku.
“Ternyata adik aku benar-benar cantik. Walau dengan gaya baru seperti itu tetap aja menarik. Perfect” 
Kata- kata kak Vian benar- benar mampu membuat aku untuk segera tersenyum.
“ Nah gitu dong. Kalau senyum kan makin cantik”
 Kak Vian balas tersenyum seraya mengacak –acak rambut  aku lagi lalu dia tertawa dengan puas.  Aku sedikit kesal namun juga  senang. Tidak tahu kenapa setiap perkataan dan tindakan yang dia lakukan itu membuat aku merasakan kehangatan dan seperti ada kekuatan yang membuat aku bisa segera menurut sama dia.

Destined HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang