Tugas Pagi Vian

2 0 0
                                    

Semakin hari kegiatan aku di sekolah semakin banyak aja.  Dan memang aku sengaja menyibukkan diri karena aku tau waktu aku sama ka Vian nggak bisa sebanyak dulu lagi. Sekarang sudah ada ka Viona. Ya walaupun aku akui kalau ka Viona sangat baik dan pengertian sama aku, tapi justru karena hal itulah aku tidak mau mengganggu waktu kebersamaan mereka. Tapi memang ka Vian bisa membagi waktu dengan baik. Selalu mengantarku sekolah.
“Lian buruan... ntar telat lo” panggil ka Vian
“ Iya ka bentar”
Aku langsung buru-buru turun , mengambil beberapa helai roti dan berlari keluar menemui ka Vian.
“Buru-buru amat sih ka. Ini masih pagi banget. Ntar juga di sekolah belum ada orang. Aku masih ngantuk tau”
“ Udah jangan bawel ikut aja deh.”
Aku akhirnya masuk ke mobil dan segera bersenandung ria. Tapi aku merasa ada yang salah dengan ka Vian, iya benar ini bukan jalan menuju sekolah aku.
“ Ka kita salah jalan ya. Ini bukan mau ke sekolah aku”
“Kita jemput Viona dulu ya”
“Oh gitu. Kenapa nggak ngomong dari tadi”
Aku menambah volume musik dan bernyanyi lagi.  Ka Vian hanya geleng-geleng kepala melihat tingkahku. Kita sampai di rumah ka Viona tapi kita tidak melihat siapapun. Kita berdua hanya diam di halaman rumah megah  nan mewah itu. Ka Vian mencoba menelpon ka Viona. Dan tanpa menunggu lama ka Viona langsung menyambut kedatangan kita. 
“Maaf ya ngerepotin. Udah sarapan belum? Masuk dulu aja yuk!”
Aku dan ka Vian masuk mengikuti ka Viona. Di dalam rumah itu ada seorang bapak paruh baya namun terlihat masih gagah dan sangat berwibawa. Aku menerka kalau dia itu ayah ka Viona.
“ Eh... Vian. Ayo masuk. Jangan sungkan”
“ Iya om” sahut ka Vian
“ Maafkan putri om ya sudah merepotkan kamu”
“ Nggak kok om. Nggak merepotkan sama sekali”
“ Malah kakak saya suka om kalau sering-sering sama ka Viona” ucapku sengaja meledek ka Vian
“Hahahaha.... kalau om tidak salah, kamu pasti Lian adiknya Vian?”
“ Iya om. Saya Lian. Adiknya Ka Vian”
“ Saya mendengar banyak tentang kamu dari Viona. Dia selalu bersemangat kalau sudah membicarakan kalian berdua. Dan selalu ada senyum bahagia di wajahnya setiap kali dia bersama kakak kamu. Senyum yang sudah sangat lama hilang. Senyum yang hampir tak pernah lagi terlihat.”
“ wahh.... berarti kakak saya lucu ya om. Sampai-sampai ka Viona tersenyum terus” aku kembali meledek ka Vian dan ucapan aku di balas dengan gelak tawa om Bastian, papanya ka Viona.
“Kamu bisa aja buat orang tertawa Lian. Ini pertama kali kita ketemu tapi om merasa sudah akrab dengan kamu”
“Ya saya memang selalu membuat orang tertawa om” balasku ikut tertawa bersama om Bastian
Ka Viona turun menemui kita. Dengan penampilan yang sangat mengagumkan. So beautiful. Nggak heran kalau ka Vian terpesona padanya. Udah cantik, baik ,pintar lagi.
“ Maaf ya lama”
“ Nggak papa kok ka. Aku malah senang. Karena dengan begitu aku bisa bercanda sama om Bastian. Iya kan om?”
“ Iya dong. Om juga senang”
“ Ya udah. Kita berangkat sekarang?” tanya ka Vian
“ Boleh” jawab ka Viona
Kita lantas pamit sama om Bastian. Ka viona salim sama om Bastian dan dibalas kecupan dari om Bastian.
“ Pa, viona berangkat dulu ya”
“ Iya sayang. Hati-hati di jalan”
“ Om kita pamit” ka Vian juga ikut salim sama om Bastian
“ Iya Vian. om titip Viona ya. Maaf om merepotkan kamu”
“ Iya om. Nggak ngerepotin sama sekali”
Kini giliran aku yang pamit dan salim sama om Bastian.
“ Om Lian juga pamit. Maafin sikap Lian tadi ya om. Itu Cuma sekedar lelucon aja om biar kita tertawa pagi ini”
“ Iya Lian. Tidak masalah. Om malah suka dengan kamu. Selalu bersemangat. Sering-seringlah main ke sini sama kakak kamu”
“ Ok om”
 Kita akhirnya jalan bertiga. Aku sengaja duduk di jok belakang dan membiarkan mereka berdua duduk di jok depan. Di mobil terus mengobrol dan bernyanyi. Sampai akhirnya aku tiba di sekolah dan meninggalkan mereka berdua. Aku menjalani hari itu dengaan semangat walaupun aku sendiri tak tahu apa yang membuat aku semangat.

Destined HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang