Pendekatan

4 0 0
                                    

 Aku dan Tian keluar dari rumah itu dan masuk mobil dan segera pulang. Dijalan aku mengobrol dengan Tian. Aku memandangnya lama dan sepertinya ia mengetahui itu.
“Jangan kelamaan liatin aku. Ntar naksir loh”
“ Ih apaan sih ka Tian. Aku tu Cuma heran aja sama perubahan sikap kakak. Tumben bisa ngomong. Biasanya kan dingin banget kaya es batu tau gak“
“ya itu kan dulu. Kan setiap orang bisa berubah. Es aja lama-lama bisa mencair masa aku nggak”
"Iya makanya itu aku jadi heran. Apa jangan-jangan ini bukan ka Tian lagi?"
"Terus menurut kamu kalau aku bukan Tian jadi siapa?"
"Kerasukan roh nya ka Vian. Soalnya narsis nya sama" jawabku sembari mengumbar senyum puas
"Enak aja. Jangan sama-samain gue sama kakak kamu yang lemah itu ya"
"Tuh kan berubah lagi. Sekarang jadi galak.  Ih takut" ucapku lengkap dengan mimik wajah yang sengaja di buat ketakutan
"Oh udah bisa ngeledek ya sekarang kamu" sahut dia yang hanya kubalas dengan cengiran sembari mengangkat kedua jariku memberikan tanda peace. Dia pun akhirnya hanya bisa tersenyum melihat tingkah konyolku. Dan aku sesenang itu bisa liat dia senyum kaya tadi. Jadi makin ganteng deh. Ah keceplosan kan hehehe
“ nyampe nih” sahut ka Tian
Aku membuka pintu mobil dan segera turun. 
“ makasih ya ka udah ngantarin Lian pulang. Hati-hati” 
Aku mulai melangkah masuk saat tiba-tiba Tian turun dari mobil dan memanggilku
“Lian..”
Aku menoleh untuk melihat ka Tian.
“ iya Kenapa ka?”
“hhmmm goodnight”
Aku tersenyum.” Good night too"
"Aku pulang ya"
"Iya hati-hati ka"
Ka Tian akhirnya masuk mobil dan meluncur meninggalkan pekarangan rumahku.

Semakin hari  aku semakin dekat dengan Tian. Aku sering ngobrol panjang lebar sama dia baik langsung atau sekedar lewat telpon. Dan aku baru merasa kalau dia ternyata orangnya enak di ajak ngobrol juga. Sosok kakak able banget sama kaya ka Vian. Dia juga sering ngajakin jalan bareng atau sekedar ngajak makan siang doang di waktu luang. 
“ Lian ada waktu nggak? Makan yuk!” ajak Tian
“Aku nggak lapar ka”
“ Ya temenin aku makan aja. Malas makan sendiri”
“ ok”
“ Kamu dimana? Aku jemput ya”
“ Aku masih di sekolah ka.”
“ Ya udah. Tungguin. Jangan kemana- mana”
Akhirnya Tian datang. Kita langsung ke tukang bakso yang udah dipilih sama Tian. Katanya sih tempat langganan dia dan memang terkenal enak. Awalnya aku bilang nggak lapar. Tapi setelah kita sampe di tempat, tiba- tiba saja aku ingin makan.
“ katanya ngak laper. Sekarang makannya banyak banget” 
“ Ya mau gimana lagi ka. Makanan ini meminta aku untuk segera memakan mereka loh. Masa aku tolak? Aku gak tega" jawabku dengan muka yang di buaf sok sedih
“Ada aja alasannya kamu. Udah makan yang banyak ya adek kecil”  sahut Tian membelai lalu mengacak rambut aku.
"Aku bukan anak kecil ya. Enak aja. Udah pake seragam putih abu nih aku"
"Iya iya yang udah gede" katanya dengan masih mengacak rambutku lagi sama seperti yang sering dilakuin sama ka Vian. Aku jadi ingat ka Vian. Udah lama kita nggak makan bareng. Udah lama juga nggak jalan bareng.
“Lian....”
“Lian are you ok?” tanya Tian yang heran melihat perubahan sikap aku
“ Ya i’m okay. Aku Cuma ingat sama Ka Vian aja. Udah lama kita nggak jalan bareng. Dia sibuk sekarang”
“ Aku tau kamu merasa kehilangan sama Vian yang dulu setiap saat ada buat kamu. Tapi sekarang dia harus fokus sama kerjaan dan tugas-tugas kuliah dia kan. Kamu harusnya mengerti itu”
“ Ya aku mencoba ngerti sih ka. Tapi tetap aja rasanya sekangen itu"
"Berarti nanti kalau aku juga sibuk kamu bakal kangrn dong?"
"Ya iya lah" jawabku tanpa sadar tapi setelah melihat ka Tian yang sudah senyum-senyum aku baru menyadari ucapanku barusan.
"Eh mak.. maksud aku tuh kalau ka Vian gak ada terus kakak juga gak ada kan aku gak ada temen. Gitu. Iya gitu" sahutku gelagapan sangking malunya sama ka Tian. Mau di taro di mana muka  ku sekarang. Lagian bisa-bisanya lagi nih bibir keceplosan. Huh. Untung ka Tian gak ungkit-ungkit lagi. Selamat

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Destined HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang