Kebenaran yang lain

3 0 0
                                    

Keesokan harinya aku dan Tian pulang. Di mobil hanya diam. Tanpa kata sampai akhirnya aku memberanikan diri mengajaknya bicara.
“Makasih ya untuk semuanya. Aku nggak tau apa yang akan terjadi kalau saja kamu nggak datang”
“ Ya”
Dia mengantarku sampai ke rumah. Tidak seperti biasanya, hari ini aku menemukan semua orang dirumah. Ada mama, papa dan juga ka Vian. 
“Tian....  apa kabar kamu? Sudah lama om tidak ketemu kamu.” Kata papa seraya memeluk Tian
“Iya om.  Saya baik”
“Tian masuk dulu. Kita makan bersama” ajak mama menimpali
Sedangkan ka Vian hanya senyum ramah ke Tian dan dia  langsung mendekati aku.
“ Apa yang terjadi? Kenapa dengan wajah kamu?”
“ Ceritanya panjang ka. Aku bakal kasih tau kakak. Tapi nggak sekarang”
“ya udah ayo masuk. Kamu mandi dan ganti pakaian kamu.”
Kita semua masuk begitu juga dengan Tian. Aku langsung naik ke kamar diikuti sama ka Vian.
Sedangkan Tian ngobrol sama mama sama papa.
“ Nak Tian, maafin Vian ya. Dia meninggalkan kamu di sini sama om dan tante. Dia  memang selalu melupakan orang lain kalau  sudah menyangkut Lian”
“Nggak papa om. Saya tau kalau Vian dan Lian sangat dekat”
“ Ya memang sangat dekat. Malah Lian lebih sayang sama Vian ya ma dibanding dengan kita”
“ Itu sudah dari kecil ya om?”
“ Ya memang sudah sejak kecil. Sebenarnya karena kesalahan om dan tante juga. Kita terlalu sibuk sehingga hanya ada Vian yang menjaga dan mengurus adiknya. Pasti nak Tian heran ya kenapa Lian manja banget sama  Vian?”
“ Memang iya sih om. “
“ Nah kalau soal itu karena dulu waktu kecil, saat om sama tante sedang di luar kota, ada sesuatu yang terjadi di rumah lama kita. Jadi Lian sedang bermain di halaman. Ada alat musik pemberian Vian. Dia mengajak Vian bermain tapi Vian tidak mau karena ada tugas sekolah yang harus ia selesaikan. Akhirnya Lian bermain sendiri sampai ke pinggir kolam. Mungkin karena terlalu seru bermain, Lian nggak sadar bahwa piano kecil pemberian Vian jatuh ke kolam. Spontan saja Lian lompat ke kolam untuk mengambil mainannya.  Karena Lian memang nggak bisa berenang maka ia mulai tenggelam. Bibi datang tapi sama-sama tidak bisa berenang. Lian akhirnya teriak memanggil kakaknya. Untung masih bisa diselamatkan. Saat itu Vian janji kalau dia tidak akan membiarkan Lian sendiri. Apapun yang terjadi hanya panggil ka Vian jangan orang lain.”
Mendengar penuturan papa, Tian jadi ingat pertemuan kita malam itu. Disaat dia mendekatiku. Dia mendengar aku memanggil nama ka Vian beberapa kali.
“ Jadi karena itu ya om makanya Vian ngelakuin apapun buat Lian?”
“ Ya bisa dikatakan demikian. Bahkan hingga sekarang. Beberapa bulan yang lalu, kalau om tidak salah ingat tepat saat Vian ada pertandingan, Lian sendirian sedang menunggu taksi mau pulang.  Tapi beberapa preman datang mendekati dia. Mereka menangkapnya dan menyekapnya di sebuah gudang tua. Om juga tidak tahu gimana caranya tapi Dia segera menelpon Vian untuk segera datang menjemputnya. Vian yang menyadari bahwa adiknya dalam bahaya langsung pergi meninggalkan pertandingan”
Tian akhirnya mengerti  bagaimana kedekatan aku sama ka Vian dan dia juga jadi tau kalau tindakan ka Vian saat pertandingan itu memang benar-benar memaksa dia membuat pilihan yang sulit. Aku dan ka Vian menemui mereka. Aku melihat Tian dan dia juga melihat aku. Pandangan kami kembali bertemu. Tapi aku sudah bisa mengatasinya. Aku langsung saja duduk di samping ka Vian sedangkan mama dan papa sudah siap-siap akan pergi ke luar negri beberapa minggu ke depan
“ Kok aku baru tau sekarang pa?”
“ Kita memang sengaja nggak kasih tau kamu sayang. Tapi ka Vian sudah tau”
“ Ka Vian kenapa nggak ngomong sama aku?”
“ Buat apa. Kalau kamu tau juga nggak akan merubah keadaan kan. Ya udahlah”
“ Berapa lama pa?”
 “ Cuma 2 minggu ko sayang. Kan ada ka Vian yang jagain kamu.”
“Oh ok”
“ Kita berangkat dulu ya sayang” kata mama seraya memelukku dan menciumku. Dia juga melakukan hal yang sama pada ka Vian. 
“ Jaga adik kamu Vian. Papa percaya ko kamu pasti bisa jagain dia”
“ ok pa” jawab ka Vian 
Selepas kepergian mama dan papa, Tian juga pamit pulang. So, selalu aku dan ka Vian yang tertinggal.

Destined HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang