Sisi lain Tian

4 0 0
                                    

Tian membawaku ke sebuah Villa tak jauh dari kota. Sangat indah karena berada di dataran tinggi dan kamu dapat menikmati pemandangan kota dengan lampu warna-warni. Aku duduk di sebuah kursi kayu yang diukir dengan indah. 
“ Tenangkan diri kamu dulu. Aku akan cari makan”
“ Jangan pergi. Jangan tinggalin aku sendiri disini. Aku takut" sahutku seraya menarik tangan Tian.
“ Jangan takut. Ini Villa keluarga aku. Hanya ada dua orang pengurus villa ini. Nggak akan ada yang berani sakitin kamu” kata Tian dan mencoba pergi
“ Please.....”
Cukup lama buat Tian untuk merespon ucapanku sampai akhirnya ia mengela nafas dan mulai berbicara
“Ok. Aku nggak akan pergi kemana-mana”
Tian akhirnya duduk di samping aku. Dia memandangku lama sekali. Aku nggak tahu kenapa hingga saat ini airmata aku nggak bisa berhenti. Aku masih saja mengingat kejadian itu. Kejadian yang mungkin sampai mati pun tak akan bisa aku lupakan. Tanpa aku sadari, tiba-tiba tangan nya sudah ada di pipiku menyeka butiran bening yang dari tadi terus mengalir.
"Udah sekarang tenang ya. Semua udah baik-baik aja" sahut nya menenangkan ku. Aku bersyukur karena dia sudah menolong dan gak ninggalin aku sedikit pun. Bahkan sikap dan tatapan nya saat ini sangat lembut, bertolak belakang dengan pertemuan pertama kami.
"Makasih ka" lanjutku yang hanya dijawab anggukan sama dia.

Tak berselang lama, Aku melihat Tian mengutak-atik handphonenya. Nggak tau ngapain.Tak lama berselang seorang asisten rumah tangga datang menghampiri kami. Dia menyentuhku dan spontan saja aku langsung teriak histeris yang membuat Tian dengan segera memelukku.
“ Tenang... Dia bu Supri. Pengurus villa ini.”
“ Maaf den. Saya tidak bermaksud apa-apa. Saya hanya ingin mengantarkan pakaian dan makanan ini saja”
“Nggak papa bu. Makasih  ya.”
Akhirnya ibu itu pun meletakkan makanan yang ia bawa dan segera pergi.
“Maafin aku”
“It’s ok. Itu baju punya mama. Kamu ganti baju kamu ya”
“Nggak. Aku pakai ini aja”
“Tapi baju kamu itu basah dan kalau kamu masih tetap pake itu kamu bisa sakit”
Sepertinya Tian mengerti apa yang sedang terjadi. Dia tau kalau aku takut untuk masuk ke villa itu. 
“ Aku akan temanin kamu masuk”
Akhirnya aku masuk ke villa dan mengganti pakaian aku dengan pakaian mamanya Tian yang diberikan oleh Bu Supri. Dia mengobati luka aku .Setelah itu kita makan.
“Gimana perasaan kamu sekarang?”
“ Sudah sedikit baikan. Makasih ya ka”
“ Kamu mau kemana sekarang? Pulang?”
“ Jangan. Kasihan ka Vian kalau dia melihat aku seperti ini”
“So?”
“ Kalau malam ini kita tidur di sini aja boleh nggak?”
“ Aku nggak bisa. Malam ini aku ada acara yang nggak bisa aku tinggalin. Kalau kamu mau sendiri nggak masalah”
“ kalau gitu aku ikut kamu ke kota aja. Nanti kamu bisa turunin aku di bundaran dekat taman kota. Mungkin aku akan cari tumpangan tidur malam ini.”
Tian lagi-lagi  memandangku. Lama sekali seakan ada sesuatu yang ingin ia sampaikan. Dia menarik nafas dalam- dalam sampai akhirnya ia bicara.
“ Ok kita nginap disini malam ini. Kamu istirahat duluan. Aku mau nonton dulu”
“ Aku mau ikut nonton juga.”
Tian melihatku dengan ekspresi jengkel.
“Sekarang lebih baik kamu telpon kakak  kamu sebelum dia lapor polisi bilang adik kesayangan nya hilang. Dan satu lagi  aku bukan Vian yang bisa kamu manja-manjain. Ngerti ?”
Setelah dia bicara seperti itu, aku langsung masuk kamar. Aku sedikit sakit hati dengan kata-kata dia barusan. Kenapa sikap nya jadi tiba-tiba berubah. Padahal sebelumnya masih baik-baik aja.
Akhirnya aku memutuskan untuk menelpon ka Vian
“Hallo ka Vian...”
“ Iya aku tidur di rumah teman malam ini. Maaf baru kasih tau sekarang.”
“ Iya aku baik-baik aja ka”
“iya bawel banget sih. “
“iya ini udah mau tidur nih. Kalau kakak ngomong terus ya aku nya jadi gak bisa todur dong"
"Iya kakak ku sayang"
“Good night. I love you too”
 Aku mencoba untuk tidur tapi tetap saja tidak bisa. Gak tau kenapa pikiran aku terbayang saat Tian nolongin aku. It’s so cool.
 Sedangkan Tian yang sedari tadi dengar obrolan aku sama ka Vian hanya bisa tersenyum.
“Apa yang terjadi denganku. Kenapa sekarang hatiku aneh begini?” batinnya
 Akhirnya malam itu, baik Tian dan aku berusaha untuk tidur walaupun sangat sulit.

Destined HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang