Calon Kakak Ipar

3 0 0
                                    

Hari- hari terus berjalan sebagaimana biasanya. Berjalan dengan rutinitas masing-masing.
“ pagi ma, pa”
“ Pagi sayang. Gimana sekolah kamu?”
“ Baik ko ma.  Oh iya lusa Lian ada acara ya ma, pa. Orangtua harus datang”
“ ok sayang. Mama usahain atur jadwal ya”
“Papa gak janji ya Lian. Ada proyek baru yang harus papa tangani. Maafin papa”
Aku diam. Kalau sudah seperti itu berarti siap-siap aja dapat jawaban yang mengecewakan. Jangan terlalu banyak berharap. 
“ ka Vian juga gak bisa?”
“ Kakak ada acara juga sayang. Maaf ya”
Aku melanjutkan makanan aku tanpa semangat. Aku merasa ada yang aneh. Ka Vian mulai berubah. Bukan ka Vian yang aku kenal dulu yang selalu ada buat aku.  Kini semua seakan terbalik. Akhirnya aku berangkat sekolah sama papa. 
“ Lian berangkat bareng papa ya. Aku buru-buru.”
Ka Vian langsung pergi begitu saja. Tanpa bicara apapun sama aku. Aneh, nggak biasanya ka Vian bersikap seperti ini. Belum pernah sekalipun dia tidak mengantarku sekolah. Lalu ada apa pagi ini?
“Lian kita berangkat sekarang? Nanti kamu telat lo”
“ iya pa. “
Aku pamit sama mama. Dia memelukku dan menciumku.
“semangat belajarnya sayang”
“ makasih ma. Lian berangkat dulu”
So, pagi ini ada perubahan. Ke sekolah tanpa ka Vian. Rasanya itu hampa banget. Seperti ada yang hilang dari diri aku. Sehari penuh aku nggak konsen sama pelajaran. Aku kepikiran terus sama perubahan sikap ka Vian. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa ini ada kaitannya dengan Tian? Atau mungkin ka Vian memang sudah nggak peduli lagi sama aku? 
Pertanyaan demi pertanyaan terus menghantui pikiran ku. Karena itu aku putuskan untuk pergi ke kampus ka Vian. Di sana aku ketemu dengan tim basket  termasuk Tian tapi tidak dengan ka Vian.
“Hallo semuanya”
“Lian. Ngapain di sini?” tanya ka Brian
“Mau nyari ka Vian. Ada gak ka?”
“Dia nggak ikut latihan hari ini. Tadi sih udah cabut duluan.”
“oh gitu. Ok deh thanks ya ka”
Kecewa ?? ya pastilah. Aku bingung harus nyari ka Vian kemana lagi. Pulang adalah cara terbaik dan berjalan sendiri merupakan hal yang belum pernah aku rasakan sebelumnya tapi untuk saat ini merupakan hal terbaik yang harus di coba. Melangkah dan terus melangkah menyusuri jalanan terasa sangat menyenangkan. Hal yang tak pernah terbersit di kepalaku kini sedang aku lakukan dengan penuh suka.  Sesampainya dirumah tidak ada siapapun. Sepi. Aku masuk kamar dan mendapat sebuah surat dari ka Vian.
“ Lian sayang maaf ya hari ini kakak nggak bisa antar kamu ke sekolah dan satu hari ini kakak nggak telvon kamu juga. Kakak lagi ada acara. Ada perayaan ulang tahun teman kakak. Kakak janji besok di acara kamu pasti kakak datang. Jangan marah ya sayang... i love you”
Aku senang banget. Ternyata apa yang aku pikirkan tidak beralasan sama sekali. Aku udah salah menilai ka Vian. Dan malam ini aku dapat tidur nyenyak tanpa harus memikirkan sesuatu apapun.
    Pagi itu aku bangun dengan cepat. Aku harus segera ke sekolah untuk mengikuti  acara pensi serta pengumuman siswa berprestasi di sekolah. 
“ma, pa Lian berangkat dulu ya.”
Aku langsung pamit sama mama sama papa. Dan mereka dengan kebiasaannya selalu harus mencium aku dulu. Padahal aku nggak suka dengan kegiatan itu. Aku langsung berlari untuk segera berangkat sekolah. Diam di sebuah kursi kayu di tengah taman sekolah adalah cara favorit aku. Menyendiri dan dengar musik. Menunggu keluarga aku datang. 
“Lian...... acaranya udah mau mulai. Masuk yuk!” 
Aku akhirnya berjalan menemui sahabat aku, Alya dan Michel. Sahabat yang selalu ada buat aku di saat suka maupun duka. Sahabat yang juga mau ngertiin aku apapun yang terjadi. Berjalan memasuki auditorium yang menjadi ruang pertemuan guru dengan para orangtua siswa. Duduk bertiga dan saling menyapa orangtua satu sama lain. Tiba- tiba aku menyadari bahwa keluarga aku belum datang. 
“ Tenang aja Lian. Aku yakin pasti datang kok” kedua sahabatku berusaha menghiburku seakan dapat mengerti apa yang sedang ada di pikiranku. 
“ kalian memang paling bisa menghibur aku. Makasih ya”
Ketika bapak kepala sekolah naik ke podium akan membuka acara pensi ini, saat itulah aku menangkap sesosok bayangan yang sudah tidak asing lagi buatku. Ka Vian datang. Tapi ada yang aneh. Dia tidak datang sendirian. Ada seorang gadis cantik di sampingnya, gadis yang aku sendiri tak tahu siapa. Dia menghampiriku dan kedua sahabatku. 
“Lian....”
“Ka Vian lama banget. Acaranya udah mau dimulai. Kakak hampir telat.”
“ Maafin kakak ya. Kakak janji deh ini terakhir kali kakak ngecewain kamu. Ok?
“ ok fine. Tapi janji ya terakhir?”
“ iya sayang” ka Vian mengacak-acak rambut aku lagi. Dan spontan aja itu membuat kedua sahabat aku dan juga gadis di samping ka Vian tertawa. Ka Vian akhirnya mengajak gadis itu untuk duduk.
“Oh iya Lian kenalin  ini Ka Viona, calon kakak ipar kamu" Aku sedikit kaget sama kalimat ka Vian barusan. Selama ini aku gak pernah tau kalau dia dekat dengan gadid mana pun. Tiba-tiba udah bawa gandengan aja. Tapi walaupun begitu aku  langsung kenalan sama teman ka Vian yang namanya Ka Viona itu. Cantik sih dan sepertinya juga baik. Tapi tetap saja hati aku nggak rela kalau perhatian ka Vian jadi terbagi. 
“ Hallo Lian. Nice to meet you. Vian udah cerita banyak ko tentang kamu. Juga tentang kedekatan kamu sama dia.”
Aku langsung melihat ka Vian dan dia sengaja melihat ke arah lain. Namun dia langsung memeluk aku seraya tersenyum.
“ Kakak tau apa yang kamu pikirkan. Jangan khawatir Lian. Kakak nggak akan tinggalin adik tersayang kakak. Viona juga akan ngerti kok”
Masih dalam pelukan ka Vian aku melihat gadis bernama Viona itu dan dengan senyuman dia mengangguk. Aku terharu, bahagia dan sedikit merasa malu. Aku bahagia ternyata aku nggak akan kehilangan ka Vian walau dia sudah punya pacar.

Destined HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang