Penyelamat

2 0 0
                                    

Aku terus berlari tanpa arah sampai akhirnya aku tiba di sebuah tempat yang sangat asing buatku. Sepi dan tidak ada orang sedangkan hari mulai gelap karena tertutup awan yang menunjukkan tanda-tanda hujan. Benar saja, hujan mulai turun dan aku sendiri tidak tahu harus kemana. Aku tidak tahu sedikitpun tentang tempat ini. Aku terus berjalan dan aku terhenti ketika aku melihat banyak pria yang sekilas terlihat seperti preman. Aku akhirnya berbalik arah namun sudah terlambat. Mereka mendekatiku dan mulai menyentuhku. Aku berontak dan mencoba melawan. Jumlah mereka terlalu banyak dan aku akhirnya terjatuh saatmencoba melarikan diri dari mereka. Tubuhku sudah terkena beberapa goresan.Mereka berdiri mengelilingiku. Salah seorang dari mereka yang mungkin adalah pemimpin geng ini  mendekatiku. 
“Mau kemana cantik? Udah disini aja sama kita.”
Dia setengah jongkok disampingku, mulai menyentuhku namun aku menghempaskan tangannya.
“ wowww... ternyata cantik-cantik galak ya.”
Mereka semua tertawa. Sedangkan pria tadi memegang tanganku dengan kuat sampai aku merasa kesakitan. Saat aku hendak berontak dan melawan lagi, dia memberiku tamparan yang kuat. Sakit banget. Saat itu, aku mulai menangis. Aku mengingat ka Vian. seandainya dia disini, dia nggak akan membiarkanku disakiti seperti ini.
“ Ka Vian.....” panggilku seraya menangis
“oohhh... dia mulai menangis. Aku sangat terharu. Tapi itu tidak akan mengubah keadaan sayang. Mau kamu teriak sekalipun memanggil siapa tadi... Vian, dia gak akan datang. Gak ada yang tau tempat ini”
Dia berjongkok lagi disampingku. Memegangiku dengan kuat dan  mulai  membuka kemejaku hingga yang tertinggal hanya kaos tipis yang mulai basah yang aku kenakan yang membuat lekuk tubuhku kelihatan. Aku melihat mereka tertawa dengan puas. Aku terus menangis dan mulai ketakutan. Dia mendekat lagi dan mencoba untuk melakukan tindakan maksiat padaku namun tiba-tiba....
Wiu.....wiu....wiu......
Terdengar sirine polisi datang mendekati tempat itu. Mereka panik dan satu persatu mulai melarikan diri.  Hingga akhirnya hanya ada aku yang terbaring lemah tak berdaya. Dengan pipi lebam dan tubuh penuh luka goresan. Samar-samar aku melihat seseorang datang mendekatiku
 “Ka Vian... Tolongin Lian”
“Lian!” 
Dia berlari menghampiriku. Dan melihat kondisiku. Samar-samar aku seperti mengenali sosok itu.
“Ka Vian...” lirihku
“ Hei, Are you ok?”
“Ka Vian?”
“ Aku Tian. Are you oke Lian?”
Aku menggeleng. Aku masih menangis dalam diam.Dia membantuku untuk berdiri namun kaki aku terlalu lemah untuk mampu berdiri. Aku duduk dan masih menangis. Dia mendekatiku, menghapus airmataku dan memelukku.
“ Tenanglah. Jangan menangis lagi. Semua aman sekarang. Mereka sudah pergi”
 Tangisku pecah saat dia menyelesaikan perkataannya. Aku tidak bisa bayangkan apa yang akan terjadi padaku jika saja dia tidak datang. Pikiran aku langsung melayang ke papa,mama dan ka Vian. orang yang sangat aku sayangi.
“Lian, are you ok?”
Aku masih saja diam dan air mata masih saja mengalir.
“ kita harus segera pergi dari sini sebelum mereka datang lagi”
Dengan sekuat tenaga dan bantuan Tian, aku berdiri dan berjalan tertatih. Di mobil, Tian melepas jaketnya dan memberikannya padaku.
“ Pakai ini. Aku akan mengantarmu pulang”
“ Jangan. Aku nggak bisa pulang dengan kondisi seperti ini ka. Aku nggak mau buat ka  Vian khawatir melihat aku berantakan seperti ini” jawabku masih menangis.
“ Ya sudah. Kita cari tempat buat kamu nenangin diri dulu.”
Akhirnya aku dan Tian meninggalkan tempat itu.

Destined HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang