Kebenaran

5 0 0
                                    

Sejak malam itu, aku juga makin dekat aja sama ka Viona. Ternyata apa yang iya dan ka Vian ucapkan pada malam itu benar. Ka Viona tidak membiarkan ka Vian meninggalkan aku. Tapi memang aku yang nggak mau ikut sama mereka kalau diajak jalan karena aku  nggak mau mengganggu acara mereka. Seperti hari ini ka Viona mengajak aku jalan.
“Lian, ikut kita aja ya. Kita Cuma mau makan kok”
“Maaf ka. Lian nggak bisa ikut. Lian ada janji sama Alya.”
“oh gitu. Ya udah. Hati-hati ya. Have fun”
Setelah mereka pergi, aku juga mulai melangkahkan kakiku ke kampus ka Vian. Berusaha untuk menemui teman satu tim basket. Dan usaha aku berhasil. Anak-anak sedang latihan. Dan aku melihat Tian lagi setelah beberapa waktu tak pernah bertemu. Rasanya hatiku benar-benar bahagia bisa melihat dia di sini. Bermain dan melompat lagi.
“Lian... whats wrong? Kenapa tiba-tiba kesini?”
Latihan berhenti dan semua orang melihat aku. Aku jadi merasa bersalah sudah mengganggu latihan mereka.
“Hmmmmm.... maaf ka aku ganggu latihan kakak. Tapi ada sesuatu yang ingin aku tanyain”
Ka Brian langsung menghampiri aku karena memang ka Brian lah anggota tim yang paling dekat denganku. Dia sudah seperti kakak aku sendiri. Sedangkan yang lain melanjutkan latihan lagi. Aku melihat Tian menatapku dengan ekspresi yang tak dapat aku simpulkan. Lama sekali.
“Kenapa?”
“ Ka maaf ya aku ganggu latihan kakak”
“ Santai aja. Ada masalah apa?”
“ Ini soal ka Vian ka. Aku merasa ada sesuatu yang dia sembunyikan dari aku”
“maksud kamu?”
“Jadi dulu waktu pertama aku ikut ka Vian ketemu sama kakak-kakak tim basket, ka Tian kan nggak nyapa aku sama sekali. Trus aku akhirnya tanyain sama ka Vian. Dia cerita kalau ka Tian mungkin benci sama aku karena dia juga benci sama Ka Vian”
Ka Brian kelihatan berpikir keras. Mungkin dia mempersiapkan jawaban yang terbaik buat dia ceritain padaku.
“Itu udah lama banget Lian. Jadi dulu Vian sama Tian itu berteman baik. Sahabat malah. Tapi semua berubah sejak kejadian malam itu”
“kejadian apa ka?”
“ Jadi dulu, Tian pacaran sama seorang gadis bernama Mia sedangkan Vian terus mendekati Viona. Mia sama Viona itu juga sahabat. Dan malam itu mereka sedang jalan berempat. Tian mengendarai mobil dan tiba-tiba mereka dicegat sama sekelompok orang tak dikenal. Orang – orang itu membawa senjata tajam dengan jumlah yang sangat banyak. Vian berusaha menyelamatkan Viona terlebih dahulu lalu dia menolong Tian dan Mia yang sudah tak berdaya. Ternyata ketika Vian menolong Tian dan Mia, para preman itu mendekati Viona dan melukainya dengan tusukan pisau. Spontan saja Vian langsung berlari mendekati Viona.  Dengan segera dan nggak tahu gimana caranya, akhirnya kakak kamu berhasil membawa mereka ke rumahsakit. Ketiganya mendapat luka yang parah terutama Tian”
“Lalu apa yang terjadi selanjutnya ka?”
“ Kakak kamu langsung memanggil dokter untuk segera menangani mereka. Namun ternyata Mia sudah tidak tertolong lagi. Terlalu banyak darah yang ia keluarkan dan persediaan darah yang diperlukan tidak ada sama sekali. Sedangkan Viona juga harus mendapat sumbangan darah yang banyak dari kakak kamu. Beruntung luka tusukan itu tidak terlalu membahayakan dia.”
“Ka Tian?”
“ Setelah 3 hari koma, akhirnya Tian sadar. Orang pertama yang ia lihat adalah Vian. Dia senang melihat sahabatnya setia menemani dia.  Dia akhirnya menanyakan keberadaan Mia.  Namun  saat dia tau kalau Mia tak tertolong , dia mulai berontak. Dia melepas semua alat bantu di tubuhnya dan segera berlari keluar dari rumah sakit. Vian dengan setia mengikuti dia. Sampai akhirnya mereka sampai di makam Mia. Tian marah sama kakak kamu kenapa dia tidak menolong Mia saja. Tian marah kenapa Vian harus menyelamatkan dia tapi tidak dengan Mia. Sejak saat itu, sikap Tian sama kakak kamu mulai berubah. Di tim basket juga, jika ada Vian maka Tian tidak akan ikut latihan. Vian mengerti situasi ini dan akhirnya dia jadi jarang latihan dengan tujuan Tian bisa latihan dengan baik karena Vian tau kalau Tian memang sangat cinta dengan basket.”
“ kasihan ka Vian.  Dia harus berkorban untuk orang yang tidak pernah mengerti arti pengorbanan”
“ Lian, sebenarnya ada satu hal lagi yang disembunyikan kakak kamu. Sebenarnya aku udah janji sama Vian untuk jaga rahasia ini, tapi aku rasa kamu juga berhak tau. Sebenarnya malam itu, Vian memberikan satu ginjalnya buat Tian.”
Mendengar ucapan ka Brian, air mata aku mulai tak tebendung lagi. Aku menangis.
“ Apa Tian tau?” ucapku di sela tangis yang tak juga berhenti
“ Nggak. Dari semua yang aku ceritakan tadi Tian tidak tau satupun. Karena memang Vian nggak mau kalau kita cerita sama Tian. Dan ada satu lagi Lian. Tepat beberapa bulan yang lalu, Kamu mungkin ingat waktu Vian sedang ada pertandingan basket, namun kamu tiba-tiba nelvon dan nyuruh jemput. Saat itu Vian langsung meninggalkan pertandingan yang sebenarnya sangat memerlukan dia. Kemenangan dalam pertandingan itu adalah cara terakhir yang diberikan pelatih untuk dapat mempertahankan posisi Tian sebagai kapten tim.  Kemenangan tinggal sedikit lagi namun Vian pergi. Vian yang kita harapkan mampu main maksimal di pertandingan itu pergi gitu aja ninggalin pertandingan. Karena itu kebencian Tian makin memuncak dan mungkin karena hal itu juga Tian jadi sedikit benci sama kamu.”
Sedih ??? banget. Aku nggak kuat nerima semua kenyataan yang baru saja di ungkapkan ka Brian. Airmata aku terus saja mengalir. Aku baru tau kalau ternyata kedekatan dan kemanjaan  aku sama ka Vian ternyata membuat dia mengalami banyak hal sulit
“ Kenapa aku baru tau sekarang? Setelah semuanya terlambat. Aku udah jahat sama ka Vian”
 “Lian udah ya. Kamu jangan nangis. Ini bukan salah kamu, oke” bujuk ka Brian seraya memelukku
Tangisan aku ternyata mengundang perhatian anak-anak yang sedang latihan. Mereka datang menghampiri aku dan ka Brian 
“Ka.. Lian udah jahat sama ka Vian. Lian egois ka. Lian udah buat ka Vian jadi susah”
“ Lian gak salah kok. Vian sayang banget sama kamu, makanya dia bakal ngelakuin apapun buat kamu. Jadi kamu jangan nyalahin diri kamu ya”
“Ka Vian, maafin Lian.”
aku terus saja menangis. Dan akhirnya berlari meninggalkan mereka. Rasa sedih dan bersalah terus menyelimuti hatiku.

Destined HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang