“ Peter, aku suka kamu,” ucap, entah siapa namanya, kepadaku. Mau gimana lagi, aku emang jelek masalah ngehapal nama orang. Toh dia juga bukan orang penting.
Sebenernya, badan ini cewek bagus juga. Maksudnya sih, agak montok ya. Cuma, wajahnya nggak cantik. Nggak cocok buat aku. Nanti, semua orang bakal marah sama dia kalo aku setuju pacaran sama dia, kan? Kasihan. Dan kenapa dia nggak ngaca ya sebelumnya?
“ Maaf, tapi, aku nggak bisa,” jawabku sambil menunduk.
“ Kenapa? Apa kamu suka sama orang lain?” tanyanya, malah jadi kepo. Duh. Males kalo udah kayak gini. Aku mendesah keras-keras.
“ Bukan. Tapi, kita nggak saling kenal. Lagipula, aku mau berkonsentrasi sama pelajaran dulu. Maaf,” sahutku, sok suci sih sebenernya, dan kemudian berbalik pergi. Akhirnya. Bisa lepas juga dari kungkungan dia.
Tapi yah, gimana ya. Ini juga resiko cowok cakep, kan? Aku harus bisa nerima karena aku juga nyadar kalo aku ganteng. Udah ganteng, pinter, olah raganya jago, badan kayak model, tajir lagi. Gila, gila. Semua cewek pada bilang kayak gitu tentang aku.
Lagi-lagi nasib orang populer.
Aku berjalan keluar dari areal sekolah, menuju ke tempat aku memarkirkan mobilku. Yah, sekolah ini emang melarang siswanya bawa mobil. Tapi, ini Indonesia, kan? Dan uanglah yang bekerja. Aku menekan kunci mobilku dan masuk ke dalam mobil. Aku mengendarai mobilku keluar dari sekolah dan menuju ke rumah.
Ah. Handphoneku berdering. Nomor siapa ini?
“ Halo,” sapaku.
“ Peter! Ini aku, Jessica!” siapa lagi Jessica? Kenapa nggak kenal, ya?
“ Jessica siapa, ya?” tanyaku. Cewek itu tertawa dengan keras. Yah, dengan lumayan genit juga, maksudku.
“ Kamu lupa?” tanyanya balik. “ Aku ini teman kursus pianomu!” aku mendesah. Ya ampun. ternyata Jessica yang itu. Yang cerewet minta ampun, sukanya cari perhatian, dan gatel kalo sama cowok.
Terutama ke cowok seganteng aku.
“ Hai. Apa kabar?” tanyaku, sekedar beramah-tamah.
“ Baik! Kamu?” nada suaranya semakin dibuat-buat. Duh! Kenapa bisa nerima telpon dari makhluk menjijikkan seperti ini. Dasar apes.
“ Halo? Halo? Aku nggak bisa denger suaramu, Jes! Halo? Halo?” dan kumatikan teleponnya. Aku mencabut baterai handphoneku sekalian dan membuang sim cardnya.
Yah, saatnya ganti nomor baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Face
RomancePeter dan Aria adalah dua orang yang sangat populer di sekolah mereka. Sayangnya, Aria bermuka dua, dia bersikap baik di depan, tapi memaki di belakangnya. Males dikejar-kejar fans mereka, Peter pun menyarankan Aria untuk pura-pura pacaran. Awalnya...