Aria

786 7 0
                                    

“Lo jadian sama gue,” kata cowok itu.

Jadian? Apa aku nggak salah denger? Jadian itu maksudnya pacaran kan? Atau jangan-jangan cowok ini membuat istilah aneh lagi?

“Dalam bahasa lo, jadian tuh pacaran kan?” tanyaku memastikan.

“Ya iya lah, emangnya ada arti lain lagi?” Dia bertanya balik.

Aku mengangkat bahuku, siapa tahu, dia saja bisa pakai bahasa aneh buat cium, kayak nggak ngerti bahasa Indonesia saja, sok gaul, alay. Oke, tunggu dulu, berarti kalo nggak ada arti lain buat jadian, berarti maksudnya ni cowok super aneh ini, dia minta aku jadi pacarnya?

“Lo suka sama gue?” tanyaku.

“Nggak lah! Oke, gue akuin lo cantik banget, tapi gue nggak tertarik sama lo,” jawabnya santai.

Dia nggak tertarik padaku? Gila, nggak tertarik? Oke, wajahnya memang lumayan, tapi banyaaak cowok yang jauh lebih ganteng bertekuk lutut padaku. Aku tahu, ini pasti hanya triknya saja. Banyak cowok yang pake trik seperti ini, mereka bertingkah seolah-olah mereka nggak tertarik padaku, supaya aku tertantang untuk menaklukannya. Tapi dia salah besar kalo mikir aku bakal jatuh dalam jebakannya.

“Trus kenapa lo ngajak gue pacaran?” tanyaku.

Dia menatapku dengan geram. “Bukannya gue udah bilang, ini solusi masalah kita. Gue nggak suka ditembak cewek-cewek, lo nggak suka ditembak cowok-cowok, jadi ya kita pacaran biar mereka semua nyerah,” jawabnya.

“Dan lo berharap gue bakal suka sama lo in the process kan?” sambungku.

“Gue nggak tertarik sama lo! Masih banyak cewek yang lebih cantik daripada lo,” jawabnya santai.

Aku mendesis. “Ya udah, lo cari aja mereka, ajak buat pura-pura pacaran.”

Dia menatapku lebih geram lagi. “Yah, kalo mereka punya masalah yang sama. Gue cuma kasih solusi buat masalah kita kok, kalo lo nggak mau ya udah,” katanya. “Gue juga udah muak dikejar-kejar sama cewek,” lanjutnya.

Muak dikejar-kejar sama cewek? Baru kali ini ada cowok yang ngeluh kayak gitu, biasanya kan impian semua cowok bisa dikejar-kejar cewek, kecuali... dia pasti gay! Ya, dia pasti gay. Pantesan dia nggak tertarik padaku, secantik apa pun aku tetap kalah cantik dibandingin sama cowok pacarnya dong atau mungkin kalah gagah melihat wajah cowok ini yang cukup cantik kayak tipe artis-artis Korea. Idenya lumayan juga sih, lagian wajahnya juga nggak jelek, jadi aku juga nggak perlu malu.

“Hmm... ide lo boleh juga, tapi apa jaminannya ini bukan trik lo buat cari simpati gue?” tanyaku, masih curiga padanya.

Dia menghela nafasnya, kesal denganku. “Sumpah ya, memang lo segitu populernya ya sampai ada cowok yang bakal minta pura-pura pacaran sama lo cuma demi dapetin hati lo?” Dia bertanya balik.

Aku mengangkat bahu. “Who knows, yang tadi bikin taruhan sama sahabat gue cuma buat kencan dengan gue,” jawabku.

“Lo tenang aja, kalo sampe gue suka sama lo, atau gue bersikap macem-macem, kita langsung putus. Trust me, gue sama sekali nggak tertarik sama lo, meskipun lo super cantik,” katanya menyakinkanku.

Aku tersenyum, ya aku semakin yakin, dia pasti gay. “Iya, I trust you kok,” kataku.

Dia mulai tersenyum. “Kalo gitu kita deal nih?” tanyanya memastikan.

Aku menganggukan kepalaku. “Boleh lah,” jawabku. “By the way, nama lo siapa ya?”

Dia tercengang mendengar pertanyaanku. “Hah?! Dari tadi tu lo nggak tahu nama gue?!” tanyanya histeris.

Sumpah, nih cowok alay banget. Ngapain pake histeris segala cuma karena aku nggak tahu namanya, lebay. Memangnya dia siapa? Artis terkenal sampai aku harus ingat namanya? Wajah cuma level artis Korea aja lagaknya sudah selangit, belum tentu juga tuh wajahnya asli, secara operasi plastik gampangnya setengah mati. Dan dari sikapnya sih kayaknya wajahnya itu palsu deh, mana ada orang ganteng asli yang sikapnya kayak dia.

“Kalo gue tahu ya gue nggak nanya dong,” jawabku.

Dia mendesis. “Peter,” jawabnya.

Double FaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang