Sumire mendongak, menatap erat muka mulus Chocho.
Ia menunduk sembari mengedipkan matanya sekali membuat air mata yang menggantung mulai turun.
Chocho berjongkok didepan Sumire
"Hei, jangan ingat itu, jika Sarada melihat kau menangis dia akan marah besar, kau tahu itu kan?" ucapnya mengelus pipi Sumire guna menghapus air matanya.
Sumire meremas rok sepahanya, kakinya membentuk huruf "W".
"Aku paham, tapi.....Aku ingin, sekali saja, Sarada-chan pasti mengerti!" elaknya sedikit terisak
Chocho menatap sayu lalu memeluknya erat "Tak apa, menangislah, Sarada-chan pasti mengerti sangat-sangat mengerti, dia adalah bintang kita semua"
Membalas pelukan Chocho sedikit terisak semakin lama semakin parah.
"Gomen, aku ada janji dengan anak kelas sebelah, kuatkan hatimu! ikuti saja apa kata hatimu!" pesannya sebelum pergi
Sumire mengangguk.
Chocho melenggang pergi, suara decitan pintu yang membuat telinga Sumire terasa geli.
Dengan telaten, Sumire berusaha berdiri dengan kakinya yang masih gemetaran, bertumpu pada beton meja wastafel agar tubuhnya tidak terjatuh kembali.
Tangannya mengepal kuat, batinnya berteriak.
Brak!
"Sumire!"
Grep!
Kagura memeluk Sumire erat, mengenggelamkan wajah penuh air mata Sumire kedada bidangnya, ia amat terasa bahwa Sumire sekarang tengah mencengkeram erat seragam sekolahnya.
Isak tangis Sumire memelan sedikit demi sedikit, Kagura cukup lega merasa tangis Sumire tidak separah tadi.
"Gomen..."
"Gomenne"
Ia mencengkeram bahu Sumire "Gomenne"
"Kata-kataku tadi terlalu pedas ya?"
Sumire menggeleng
"Tidak, aku yang cengeng"
Keduanya melepas pelukan, Kagura mengambil sedikit air dari keran wastafel lalu membersihkan jejak jejak air mata Sumire.
"Begini lebih baik"
~~~
"Boruto-sama, berkas-berkas anda ada diruang Sarada-sama" ucap asisten Boruto disebrang telepon, Boruto mematikan panggilan secara sepihak, lalu berdiri
Berkaca sebentar lalu berjalan menuju meja Sarada.
"Sarada-chan!" teriaknya sambil sedikit membanting pintu.
"Hm? daijoubu ka?" tanya Boruto khawatir melihat Sarada yang memijit jidatnya pelan, seperti menahan sakit yang berlebih.
"A-aa, aku tak apa Boruto, berkasnya biarku ambilkan dulu" sahut Sarada cepat sebelum tangan Boruto menyentuh dahinya.
"Tidak! ayo kita keUKS!" suruh Boruto menarik tangan Sarada
Dengan cepat ditepis Sarada, ia menolak
"He-hey! apa yang kau lakukan!?" bentaknya ketika tubuh mungilnya diangkat oleh Boruto ala Brydal style
"Diamlah bodoh!"
"Kurenai-sensei!" teriaknya begitu memasuki UKS
"Boruto? ada apa?" tanya Kurenai, wanita muda yang sudah memiliki 2 orang anak, salah satunya bekerja disekolah ini juga sebagai walikelas Boruto

KAMU SEDANG MEMBACA
Little Smile{Hiatus}
Roman d'amour[On going] [ Jangan plagiat!] Arigatou Terkadang, semesta amat suka bercanda, dimana ada yang terluka disitu ada yang berkorban Kejadian itu, benar-benar membuat mereka depresi, bahkan sedikit dari mereka hilang ingatan Menolong-ditolong, berkorban...