Vote and komen jangan lupa
.
.
~- HAPPY READING DEAR -~Bram berdiri di balkon kamar Laura. Yah, Bram lari kesini. Ia menatap ke arah taman yg ada di bawah sana. Ia berulang kali menarik dan menghembuskan nafas agar emosinya stabil.
Bram menyesal karna sudah menepis tangan Laura. Seharusnya dia bisa lebih dewasa dalam menyikapi masalah seperti ini. Seharusnya ia mengahadapi, bukan malah lari.
Dia Bram. Tidak akan mungkin kalah hanya dengan lelaki bernama Alvin. Disini status Bram lebih penting, seharusnya ia sadar itu lebih awal. Laura pasti memilih nya di banding Alvin Alvin itu..
Ctek'
Bram tidak menoleh. Ia tetap di tempat dan ingin melihat kelanjutan acara merajuk nya tadi. Mau itu sahabat kecil, tetap saja Alvin seorang lelaki. Dan Bram benci lelaki yg menyentuh miliknya..
Laura datang dengan nampan berisi kopi. Ia meraih cangkir dan piring kecil sebagai sanggahannya. Segera ia bawa kopi itu ke balkon, tempat Bram berada. Dia sempat kekamar Bram tadi, tapi Bram tidak ada.
"Aku membuatnya untukmu.." sembari menyodorkan kopi itu ke arah Bram
Lelaki itu meraih kopinya tanpa melirik ke arah Laura membuat gadis itu menghembus nafas sedih. Bram menyeruput kopinya sedikit demi sedikit dengan memandang taman di bawah
Laura yg kehabisan akal langsung memeluk tubuh Bram dari belakang. Ia menempelkan pipinya di punggung Bram dan menggesek nya di sana.
"Maaf.." lirihnya
Bram tetap diam di pendiriannya.
"Alvin hanya sahabat ku. Dia teman kecil yg sudah aku anggap saudara. kami tidak memiliki hubungan apapun, percaya padaku.."
Bram tersenyum kecil mendengar suara halus Laura yg serak "tidak ada persahabatan antara pria dan wanita, Laura"
Baiklah, kalau Bram sudah menyebut nama nya itu berarti dia memang sedang marah. Laura mengeratkan pelukannya. Dia benar benar hanya berteman dengan Alvin.. tidak lebih.
"Tapi Alvin benar temanku, Bram."
Bram berdecak "berhenti menyebut namanya"
Punggung Bram basah. Ia mengernyit bingung dan membalik tubuh nya. Laura kembali memeluk Bram dan meletakkan kepala nya di dada calon suaminya..
"Kau jangan marah.. hiks. Aku takut.." ucapnya berseling dengan isakan kecil
Baiklah.. Bram kalah. Ia melekatkan kopi di tangannya pada pinggir balkon yg terdapat kayu kecil lalu beralih dengan Laura. Segera Bram membalas pelukan itu dan mengelus punggung gadisnya lembut..
"Jangan menangis. Aku tidak marah, hanya.. kesal"
Laura mengelap air mata nya di baju Bram dan kemudian menatap ke arah lelaki itu "dia hanya sahabat ku. Kau yg lelakiku.. jangan cemburu padanya.." ucapnya dengan mata berair dan pucuk hidung merah
Bram terkekeh dan kemudian mengecup pipi Laura "aku tidak suka kau memeluknya. Dan lagi jangan tersenyum terlalu lebar, aku takut dia jatuh hati padamu.."
Laura tertawa "mana mungkin.. dia itu sudah seperti kakakku, Bram."
Bram tersenyum. Laura belum tau saja arti tatapan hangat lelaki itu. Bram hanya takut miliknya direbut orang lain.
"Aku mempercepat kepulangan kita. Besok kita ke Manhattan.." ucap Bram final
Laura melongo dan terkejut "besok?!" Dan di jawab anggukan Bram
KAMU SEDANG MEMBACA
K I D N A P P E D ✓
Mystery / Thriller= C O M P L E T E = Takdir tidak akan salah. Jika sudah di tetapkan maka akan sulit di rubah. Bram tertarik dengan satu wanita yg berhasil memaku pandangan nya di sebuah cafe. Sayang saat itu sang wanita sudah memiliki kekasih. Pertemuan yg tidak di...