27. Tumpuan Bram..

21.6K 2K 132
                                    

Vote and komen jangan lupa
.
.
.
~- HAPPY READING DEAR -~

Laura tersentak bangun di pukul sembilan. Ia menajamkan mata dan mulai bangkit. Pinggang nya seakan remuk dan pegal. Semalaman Laura tidur di sofa depan tv. Ia kira saat membuka mata ia akan melihat Bram yg juga tidur di samping nya..

"Bram tidak pulang?" Tanya nya

Segera Laura bangkit dari duduknya dan berlari menuju kamar. Ia membuka pintu itu lebar-lebar dan mencari sosok calon suami nya yg berhasil membuatnya khawatir

Ia tidak menemui Bram di segala sudut. Laura gelisa dan kesal. Kemana Bram semalaman? Kenapa tidak pulang? Bukankah Bram sudah berjanji untuk pulang cepat?

Laura berjalan ke dapur dan mengambil roti. Karna Bram tidak ada jadilah ia mengoles roti dengan selai kacang dan memakan sarapan nya. Suasana tampak lebih hening dan kosong tanpa Bram..

Ctek'

Laura menegang. Itu suara pintu rumah. Segera Laura bangkit dari duduk nya dan berjalan cepat menuju pintu. Ia akan memarahi Bram habis-habisan karna sudah tidak pulang dan membuat Laura khawatir.

Laura berjalan sembari mengoceh kuat "Bram! Kenapa kau tidak pul-"

Ucapannya sirna karna melihat Bram yg berdiri dan bersandar di pintu. Masih menggunakan baju semalam. Lelaki itu tampak amat kacau..

Mata bengkak. Hidung dan wajah merah. Rambut berantakan dan baju kusut. Bahkan Bram hanya berdiri dan menyandarkan tubuh lemas nya di pintu.

Bram menatap sendu ke arah Laura. Gadis cantik yg ia buat menunggu semalaman. Bram tau Laura pasti syok karna melihat keadaan nya sekarang. Tapi mau bagaimana lagi? Bram sangat lemas dan tidak berdaya

Perlahan mata Bram kembali berkabut. Ia berkaca-kaca membuat Laura terpaku dan juga diam di tempat seperti Bram. Matanya tak lepas dari setiap gerak Bram yg terlihat aneh. Laura yakin kalau ada yg tidak beres disini..

"ayahku meninggal.. dia pergi sebelum melihat mu. Tidak apa kan?" Suaranya nyaris seperti berbisik namun Laura dengar dengan jelas bagaimana nada yg keluar dari bibir Bram bergetar

Disaat seperti ini pun Bram masih bertanya pada Laura. Sekuat apa Bram itu?. Mendengar pernyataan tadi membuat lutut Laura lemas. Matanya ikut berkaca-kaca melihat Bram yg perlahan merosot dan terduduk di lantai.

Laura berlari ke arah Bram dan memeluk tubuh calon suaminya erat. Bram menangis kembali dan memeluk Laura kencang. Ia mencengkram baju belakang Laura dan menangis kuat sekuat kuatnya.

Laura mengelus punggung dan belakang rambut Bram. Mendengar isakan dan raungan Bram membuat Laura ikut menangis, dada nya ikut sesak karna tau kalau Bram sangat sayang keluarga. Terlebih keluarga nya hanya tinggal ayah. Ia menangis karna keadaan Bram yg semakin kacau.

"Dadaku sesak, sayang" ucapnya dengan tubuh yg sedikit bergetar karna isakan tangis nya yg baru usai

Bram melepas pelukannya dan memukul kuat dadanya. Sangat sesak dan membuat sakit. Laura menahan tangan Bram yang masih memukul dadanya, Laura menggenggam nya lembut seakan memberi Bram kekuatan

"Ayo bangkit. Kita ke kamar.. kau harus istirahat. Wajahmu pucat.."

Laura memapah tubuh lemas Bram dan membawanya ke kamar. Bram ikut dan tanpa banyak bicara. Susah payah Laura membuat Bram duduk di pinggir ranjang.

Ia membuka baju Bram hingga telanjang dada. Laura juga membuka celana jeans Bram hingga menyisakan bokser hitam milik Bram. Sementara lelaki itu tampak pasrah dan diam tanpa protes.

Laura meringis nyeri melihat tatapan kosong Bram. Dia terlihat sangat berbeda. Matanya bengkak dan merah. Bram pasti semalaman menangis hingga lelah. Laura tidak suka melihat kondisi Bram sekarang.

Laura sama terkejutnya dengan Bram. Ia juga sama sedih nya melihat keadaan lelaki itu. Tapi sekarang Bram sedang membutuhkan nga, jika Laura ikut menangis dan lemah lalu siapa yg akan menguatkan Bram?

Perlahan Laura  menuntun Bram menaiki ranjang dan membawa nya berbaring. Laura memeluk lembut tubuh Bram. Ia menarik selimut dan menyelimuti Bram hangat.

Bram memeluk Laura dan merebahkan kepalanya di ceruk leher gadis itu. Tidur semalam tidak membuatnya nyenyak karna Bram terus tersentak bangun lalu menangis di samping ayahnya..

Saat ini masih mending. Dulu saat ibunya meninggal Bram lebih parah. Ia tidak mau menangis didepan ayahnya yg terlihat kuat. Ia terlalu malu menangis saat ayahnya saja bisa sekuat itu menahan tangisnya walau didepan mata sudah ada tubuh kaku istri tercintanya

Jadilah Bram memendam tangisnya sendiri hingga sesak. Tidak ada yg bisa ia peluk. Tidak ada tempat ia berbagi cerita. Ia tidak mau sedih di depan ayahnya karna takut membuat ayahnya ikut bersedih.

Sekarang Bram memiliki tumpuan. Ia bisa menangis di pelukan Laura. Bisa cerita banyak hal dengan gadisnya. Ia juga bisa berbagi hidup dengan wanita itu. Memikirkan Laura yg selalu ada untuknya membuat dada nya perlahan menghangat.

Bram mendongak dan menatap ke arah Laura. Mata gadis itu juga bengkak karna tadi ikut menangis. Bram mengelus pipi Laura lembut membuat gadis itu membuka matanya dan menatap Bram lekat..

"Kau menungguku semalam?" Tanya Bram lembut, masih dengan tatapan sendu

Laura mengangguk "aku selalu menunggu mu.."

Bram tersenyum dan matanya kembali berkaca-kaca "aku sendiri sekarang. Ibu dan ayahku bahagia di sana.." ucapnya susah payah

Laura tersenyum dan mengelus pipi Bram yg berair. Lelaki itu kembali menangis membuat Laura ikut berkaca-kaca. Baru kali ini Laura melihat lelaki sekuat dan seberani Bram menangis, terlebih di dalam pelukan nya..

"Kau tidak sendiri. Kau memiliki aku. Kita jalani semua nya bersama.. bukankah aku sama pentingnya dengan orang tuamu?" Tanya Laura lirih

Bram mengangguk mantap "kau memang penting.."

Laura mengangguk dan tersenyum "kau juga penting bagiku. Jadi jangan menangis lagi.." Laura menghapus sisa air mata Bram "kau membuat ku ikut menangis juga.."

Bram juga menghapus air mata Laura "kalau begitu aku tidak akan menangis lagi demi dirimu.." memberi senyum di akhir

Mereka saling menguatkan dan saling mendukung satu sama lain..

Laura meraih Bram dan memeluk nya erat. Ia mengelus lembut punggung telanjang calon suaminya. Sesekali ia mengecup kening Bram dan itu membuat Bram senang. Terlebih Laura selalu menggumamkan kata cintanya demi membuat mood Bram naik.. dan terbukti, Bram tersenyum saat Laura bilang ia sangat mencintai Bram

Bram tersenyum senang "aku juga mencintaimu, sayang" balas Bram lirih

Setelah nya Bram kembali tertidur. Kali ini ia tidur dengan lelap karna Laura memeluknya. Ia mengistirahatkan tubuhnya lemas dan lemah karna sore nanti ia dan Laura akan kemakam sang ayah.

Tadi ia ikut memakamkan ayahnya setelah di bawa ke rumah sakit. Dokter bilang ayahnya terkena serangan jantung. Terlebih ayahnya banyak menyimpan penyakit. Bahkan dokter bilang ayahnya terkena stroke ringan.

Di sana Bram menangis lagi karna ayah nya menyembunyikan segala penyakit yg ia miliki.

Bram pasrah. Ia sudah sangat ikhlas agar ayahnya juga senang. Tentu ayah senang karna ia akan berada di satu tempat dengan ibunya.. istri yg ia cintai.

• KIDNAPPED •

Satu kata buat part ini?
Jawab atau aku ngambek😡..

😇😇😇😇
💜🙆💜🙆💜🙆💜

K I D N A P P E D ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang