D U A

1K 146 7
                                    

Dia terlihat berbeda.

Kau tahu maksudku?

Dia benar benar berbeda saat hanya bersamaku.

Saat didepan banyak orang, dia tersenyum hangat. Sangat hangat. Sebutan sunshine mungkin memang cocok untuknya.

Dia seperti matahari yang menyinari pagi setiap orang.

Ada rasa hangat yang menjalar didalam tubuh saat wajahnya sedang tersenyum.

Tapi tidak untukku.

Dia berbeda.

Dia tersenyum, tapi aku bisa yakin senyum itu tidak secerah ketika dia tersenyum pada banyak orang.

Mata itu terlihat redup saat menatapku.

Apa sekarang kau membenciku?

Apa karena aku membiarkanmu pergi?

Aku rasa ucapannya saat itu hanya untuk mencegahku pergi.

Aku tak akan pergi, kalau dia meminta seperti itu.

Tapi kenapa rasanya semakin jauh?

Pertanyaan itu yang selalu berputar dalam pikiranku.

Mungkin aku tak akan pernah berhenti sampai aku mendapatkan jawabannya.

"Momo"

"ya?" Suara Hoseok yang memanggil namaku menyadarkan lamunanku.

"Kenapa kau diam saja?" Tanyanya.

Dia juga yang sedari tadi diam huh.

"Memangnya kenapa?" Aku balik bertanya.

"Tidak tidak. Aku hanya bilang kita sudah sampai, Ayo masuk!"

Aku tersenyum kecil saat Hoseok menarik tanganku masuk kedalam toko. Dia masih memperlakukanku sangat manis, tapi tidak untuk senyumnya.

Apa yang membuatmu tak tersenyum cerah padaku, Hoseok?

Ah, aku benar benar sangat penasaran!

Aku memperhatikannya yang sedang memilih milih selimut yang terpajang disana.

"Kau suka selimut seperti apa?"

"Eh? Aku?"

Itu selimut untuknya kenapa bertanya padaku?

"Iya, kau suka selimut seperti apa?" Tanyanya lagi.

"Seperti punyamu! Benar benar nyaman dan tebal"

"Umm yang tebal ya.." gumamnya sambil meneliti jejeran selimut dihadapannya. Aku hanya memperhatikan wajahnha yang tampak sedang berfikir.

"Bagaimana kalau ini!"

Hoseok menunjukkan selimut tebal berwarna putih padaku.

"Sepertinya bagus"

"Kau tak ingin memegangnya?" Pertanyaan Hoseok membuatku sedikit terkejut.

Huft, aku ingin sekali memegangnya dan merasakan nyaman dari selimut itu hanya saja aku takut untuk membakarnya.

"Peganglah, tak apa. Kalau menyukainya aku akan membelikannya untukmu" Senyum Hoseok mencoba meyakinkanku, tapi entahlah rasanya semakin membuatku takut.

"Kau yakin aku boleh memegangnya?"

Hoseok mengangguk semangat.

Baiklah, kalau dia saja bisa seyakin itu apa boleh buat.

Aku mendekatkan tanganku perlahan lahan. Padahal hanya memegang selimut tapi kenapa rasanya menegangkan sekali?

Bagaimana kalau aku membakarnya? Selimut ini, pasti mahal. Apa Hoseok sanggup untuk membayarnya?

Survive in the New World [slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang