S E M B I L A N B E L A S

628 95 7
                                    

Seokjin's POV

Wow

Aku menatap tak percaya pada sebuah bangunan yang sebagian besar habis dilahap si jago merah.

Ya, aku kemari lagi. Melihat rumahku, ah maksudku rumah kami bersama setelah beberapa waktu lalu habis terbakar.

Aku tak mengerti mengapa tempat tinggalku habis terbakar seperti ini, yang ku ingat terakhir kami berkumpul saat Namjoon bilang ingin memberitahu hal penting.

Walaupun terakhir aku pergi meninggalkan rumah ketika panik sewaktu Nayeon diculik, tapi aku yakin sekali tak ada yang salah dengan rumah itu. Maksudku, aku yakin tak ada yang meninggalkan kompor menyala begitu saja, atau listrik yang konslet? Biasanya Hoseok yang selalu mengecek setiap listrik sebelum meninggalkan rumah dan aku yakin dia tak lupa untuk mengeceknya kembali kemarin.

"Seokjin, ada apa?"

Lamunanku buyar mendengar suara Nayeon. Ah, aku lupa dia ikut bersamaku saat ini. Tadinya aku ingin mengajak teman temanku yang lain untuk mengecek keadaan rumah kami, tapi sepertinya mereka sibuk dengan pujaannya masing masing.

Ya, aku mengerti. Sebelumnya aku sudah mendengar dari Hoseok kalau mereka akan kembali membuka gerbang antar jaman malam ini, jadi mungkin mereka membutuhkan waktu untuk bicara.

Aku jadi sedikit iba pada teman temanku, termasuk Namjoon. Aku memperhatikannya beberapa minggu belakangan ini, ia tampak semangat apalagi saat membicarakan pernikahannya— yang mungkin akan dibatalkan. Mungkin dia terlihat agresif, tapi aku tahu bagaimana sifatnya, dia tak suka main-main, dia akan mengikat miliknya lebih dulu agar tak ada celah untuk sesuatu hal yang menghalanginya.

Tapi walaupun begitu, Namjoon bukan orang yang egois, dia pasti akan mengutamakan orang orang terdekatnya dibanding dirinya sendiri. Jadi, mungkin benar, rencana pernikahannya akan batal.

"Seokjin?"

"Ah ya?"

Ah, hari ini pun aku juga mengajak Nayeon pergi. Sebenarnya aku tak tahu harus kemana, karena info dari Hoseok tentang kepulangan mereka sangat mendadak. Jadi daripada tak ada tujuan, lebih baik aku mengajaknya mengecek keadaan rumah kami.

"Maaf karena rumahmu hangus terbakar.."

"Aish, kenapa kau meminta maaf padaku?"

"Ya.... karena kalian semua mencariku kemarin, tak ada yang menjaga rumah dan berakhir seperti ini.."

Aish aku tak mengerti mengapa dia merasa bersalah. Tak ada yang bisa disalahkan disini, termasuk dengannya. Semua mungkin murni karena kecelakaan.

"Tidak, ini bukan salahmu, mengerti?"

"Tapi—"

"Nayeon, kau bisa bayangkan andai saja kemarin ada beberapa yang tak ikut mencarimu dan memilih menjaga rumah? Mungkin dia sudah mati terbakar atau minimal dia akan mati kehabisan oksigen."

Nayeon bergidik ngeri mendengar penuturanku. Lalu aku menarik tangannya untuk menyudahi topik pembicaraan kami dan membawanya mendekat pada bangkai bangunan.

"Apa rumah ini bisa dibangun ulang?" Tanya Nayeon padaku sembari mengedarkan pandangannya memperhatikan setiap titik bangunan tak berbentuk ini, begitu juga denganku.

"Tentu, tapi pasti membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar untuk itu"

Aku beralih pada sofa yang tampak menghitam dan setengah bagiannya habis terbakar, begitu juga dengan meja kaca yang kini sudah terpecah belah. Lalu televisi itu, mungkin sudah tak berfungsi lagi.

Survive in the New World [slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang