D U A P U L U H D U A

687 85 35
                                    

Yoongi's POV

Aku menggelengkan kepala melihat bocah kecil itu disana, sejak tadi mulutnya tak henti berdumel sedangkan kedua tangannya aktif dengan kegiatannya. Benar benar bocah.

Sejujurnya, melihatnya seperti itu sangat lucu membuatku ingin tertawa, tapi bahkan aku terlalu malas untuk membuka mulutku.

"Pasti asik mengunjungi pantai siang hari. Atau mungkin ke taman? Atau mungkin pegunungan? Pasti kemanapun asik! Asal tidak ke hutan karena aku sudah bosan tinggal di hutan."

Bocah itu berhenti berbicara sesaat, menukar warna hijau yang ia pegang dengan warna jingga. Ah, entah bagaimana dia berhasil menemukan krayon dirumah ini. Sepertinya setelah ini aku harus meminta maaf pada Brian.

"Tapi sepertinya hingga aku kembali tinggal dihutan, aku tak akan pernah mengunjungi pantai, pegunungan, atau apapun yang ada di abad ini" dumelnya lagi.

Aku yakin sekali dia sengaja bicara seperti itu, setelah hampir 3 jam dia memaksaku untuk pergi keluar rumah. Ah tapi sungguh, aku benci matahari yang terik. Apa dia tak tahu diluar sangat panas?

Aku memejamkan mataku, pura pura tertidur untuk membuatnya diam. Sebenarnya aku memang berniat ingin tidur, tapi bocah itu terus mengoceh hingga membuatku tak mengantuk.

"Ah aku tahu!"

Aku menajamkan pendengaranku, mencoba mendengarkan gerak gerik apa yang akan dia lakukan.

"Yoongi, kau benar benar tak ingin keluar?"

Mau apa dia? Seharusnya dia melihatku sedang tertidur senelum bertanya.

"Tak menjawab berarti iya"

Loh kan memang iya? Aku memang tak ingin keluar.

"Kalau kau tak ingin membawaku keluar..."

Dia menjeda ucapannya. Oh jantungku berpacu lebih cepat. Sungguh aku tak tahu apa yang ada dipikiran anak itu, takut takut ia malah mengacau.

"Aku yang akan membawamu keluar."

Apa? Lucu sekali. Memangnya dia bisa membawaku keluar?

Loh? Loh? Tiba tiba saja aku merasakan tubuhku terangkat. Tubuhku melayang!

Astaga! Aku lupa dia memiliki kekuatan.

"Hei bocah, apa yang kau lakukan?!"

"Membawamu keluar" jawabnya santai. "Kalau kau malas keluar, kau diam saja, biar aku yang mengangkatmu"

"Yak! Bukan seperti ini caranya! Kau akan mengundang perhatian banyak orang nanti!"

Bocah itu termenung sesaat sebelum mengangguk kecil. "Makanya ayo keluar!"

"Tidak. Turunkan aku!"

"Yasudah. Biar saja orang melihat kekuatanku!"

Dia berjalan hingga sampai diteras rumah mengabaikan aku yang masih memberontak.

Serius? Apa dia benar benar akan menunjukkan kekuatannya? Gila. Bisa bisa aku yang disalahkan oleh teman teman yang lain. 

"Baik lah baiklah! Ayo kita keluar. Tapi turunkan aku!" Pada akhirnya orang dewasa harus mengalah pada anak kecil. Anggap saja seperti itu.

"Benarkah?"

"Turunkan dulu"

"Kau akan berbohong!"

"Aku tidak pernah berbohong!"

"Baiklah baiklah" dia berujar jengkel lalu menurunkanku.

"Kita akan kemana?" Tanyanya kemudian.

Survive in the New World [slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang