D U A P U L U H

703 87 4
                                    

Jimin's POV

"Jiminie~"

Aku mendengar suara lembut Mina menyeruak masuk kedalam isi kepalaku. Rupanya dia sudah berada hadapanku.

Aku memperhatikan wajahnya, tampak tenang seperti biasa padahal sebelumnya aku berpapasan dengan gadis yang lain, mereka semua terlihat murung. Jelas sekali mereka harus kembali berpisah disaat seperti ini yang bahkan belum cukup lama kami tinggal bersama.

Tapi Mina, dia terlihat tenang sama sepertiku. Kami berdua sudah mempersiapkan bagian terburuk yang akan terjadi nanti, termasuk bagaimana kami harus kembali berpisah.

Aku mendongak untuk menatapkan, berniat mengirim telepatiku yang mungkin akan menjadi interaksi terakhir kami.

"Mina, menurutmu apa aku akan merindukanmu lagi setelah ini?" Tanyaku sembari terkekeh.

"Menyebalkan. Apa aku harus menghapus ingatanmu agar kau benar benar tak mengingatku lagi?"

"Memangnya kau bisa menghapus ingatan seseorang?"

Mina tertawa kecil sesaat sebelum menjawab, "mudah saja, aku hanya perlu memukul kepalanu dengan batu hahaha"

"Yak menyebalkan! Aku tak percaya kau bisa sejahat itu padaku!"

"Ssst, diamlah Jimin. Kau bisa mengundang perhatian banyak orang nanti" ucapnya pelan.

Ah benar juga. Restoran cepat saji yang kami kunjungi saat ini sedang ramai, jadi kami memutuskan untuk menggunakan telepati saja karena lebih mudah dan tak akan ada orang yang mendengarnya.

"Kau bisa menyebalkan juga ternyata Minari~" aku kembali menggunakan telepatiku untuk berkomunikasi.

"Omong-omong, bagaimana persiapanmu untuk membuka gerbang antar jaman itu?" Tanyaku.

"Aku sedikit tak yakin akan berhasil dipercobaan pertama nanti. Sangat sulit membuka pintu gerbang itu, bahkan dengan kekuatan kami yang lebih besarpun"

"Huh, andai saja tak sulit, kau bisa datang kesini lagi setiap hari"

"Kalau itu menjadi mudah, mungkin kami tak akan sedih jika berpisah. Tapi aku sedikit cemas.."

"Karena apa?"

"Kalau sama seperti saat ku datang, butuh waktu dua tahun untuk kami berhasil membuka gerbang antarjaman itu, bagaimana dengan keadaanmu dan Namjoon oppa? Aku takut terjadi sesuatu yang buruk dengan kalian karena garis keturunan bisa berubah lebih cepat. Kita tak pernah tahu kapan hari itu akan datang kan?"

Omongan Mina membuatku ikut berfikir, sejujurnya aku takut mimpi itu menjadi kenyataan.

Maksudku, aku berbohong padanya tentang mimpi itu. Tidak semua, hanya akhir mimpinya saja.

Setelah aku mendapat mimpi tentang kerajaan kerajaan yang akan habis termakan jaman itu, bukan hitam yang terjadi setelahnya, tetapi aku memimpikan diriku.

Aku melihat diriku sendiri disebuah ruangan dengan warna putih tanpa ujung. Aku melihat diriku yang diam duduk disana dengan tatapan kosong, seperti tak memiliki jiwa. Aku tak mengerti apa arti mimpi itu, tapi jika benar dugaanku, itu adalah aku dimasa depan. Bukan, maksudku masa dimana aku akan menghilang dari muka bumi karena garis keturunan yang berubah.

Aku tak mati, namun juga tak hidup. Aku seperti terjebak antara hidup dan mati, seperti jiwa yang gagal untuk dilahirkan.

Mungkin aku akan sedikit lebih santai jika konsekuensi akan garis keturunan yang terputus membuat diriku lepas dari keturunan kerajaan sialan itu, tapi jika mimpiku benar adanya, jujur aku sangat takut saat ini.

Survive in the New World [slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang