Chapter 5

1.5K 82 16
                                    

||Ada luka yang tidak bisa di jelaskan||

Mereka pergi ke pantai yang jauh dari markas Dira. Pantai yang sepi dan damai. Tempat favorit Dira saat ada masalah. Sesampainya di sana Novi langsung berlari melihat pantai itu. Sedangkan Dira menuju gedung tua yang ada di dekat pantai.

Ia menuju atap gedung yang di ikuti oleh Gesya dan Novi. Dira memberikan berkas tentang keluarga Novi dan Gesya. Mereka membaca kata demi kata dengan teliti. Sampai di kalimat yang mebuat mereka terkejut.

"Jadi gue dan novi itu saudara kandung?" Heran Gesya.

"Ini berkasnya gak bohongkan dir?" Tanya Novi yang di balas gelengan dari Dira

"Jadi Ayah kita itu mantan mafia, pantesan di rumah oma gue ada beberapa senjata yang kata nya mematikan. Tapi gue belum pernah nyoba sih" jelas Gesya.

"Tapi di rumah gue gak ada" sambung Novi.

"Jadi mama kita itu di mana?" Tanya Gesya.

"Ibu kalian udah meninggal karena di bunuh oleh mafia terkuat pertama pada masa itu karena permusuhan antara kelompok ayah kalian" jelas Dira.

"Bisa kasih tau di mana makam nya?" Mohon Novi.

"Makam ibu kalian gak ada karena dia di bunuh secara tragis dan bangkai nya hilang gak tau ke mana" jelas Dira.

"Gue bakal balas semua perbuatan mereka yang nyakitin mama gue" ucap Gesya di penuhi rasa dendam.

"Gue juga bakal balas mereka semua" lanjut Novi.

Mereka berdua adalah saudara kandung lain ibu. Setelah itu Dira duduk di pembatas gedung. Novi dan Gesya juga ikut duduk bersama Dira. Menatap pantai yang begitu indah.

"Lo kenapa masuk dunia gelap dir?" Tanya Gesya tetap menatap pantai.

"Ada luka yang menjadi dendam" balas Dira.

"Apa yang buat lo sampai kayak gini?" Tanya Novi ingin tau.

Dira hanya membalasnya dengan senyum miring. Novi yang tidak di balas memilih diam.

"Ayo kita ke mansion gue" ajak Dira.

Dira pun bangkit dari duduk nya lalu turun ke bawah menuju mobilnya. Dira membawa mobilnya dengan santai. Sesampainya di sana tidak ada apa pun. Hanya sebuah hutan yang lebat dan mengerikan.

"Dir mansion lo mana?" Tanya Novi.

Dira pun mendekati salah satu pohon di depan mobil nya. Memasukan sidik jari lalu memasukan kartu kecil rancangannya. Pintu pun terbuka. Satu-persatu tangga muncul menuju ke bawah tanah. Sebenarnya itu bukan pohon sungguhan, hanya di buat menyerupai pohon.

Novi dan Gesya menutup mulut nya yang menganga karena kagum. Mereka bahkan tidak menyangka mansion Dira ada di bawah tanah yang berada di hutan lebat. Mereka pun langsung masuk ke dalam sana.

Saat sampai di dalam Novi dan Gesya di buat lebih kagum karena di dalam mansion Dira begitu indah. Dira hanya tersenyum melihat tingkah dua temannya.

"Ayo ikut gue ke ruang senjata" ajak Dira.

Di mansion ini hanya ada beberapa penjaga dan pembantu. Meski Dira jarang ke sini tapi Dira selalu memantau apa yang di lakukan anak buah nya dan orang yang bekerja padanya.

Sampainya di ruang senjata mata ke kebiruan itu di periksa sebagai kunci keamanan ruangan ini. Setelah pintu terbuka mata mereka di manja kan dengan senjata yang mematikan.

"Sumpah senjata-senjata di sini lebih keren dari pada di rumah oma gue" kata Gesya sambil melihat senjata yang ada.

"Gue baru pertama kali liat senjata mematikan secara langsung" kata Novi yang terus melihati senjata dengan berbinar.

"Ambil satu atau dua senjata untuk kalian gunakan saat ada penyerangan" suruh Dira yang di balas anggukan.

Mereka berdua pun sibuk memelih-milih senjata yang akan mereka gunakan nanti.

"Dira gue bakal menggunakan 2 pisau kecil ini" kata Gesya sambil menunjukan pisau itu kepada Dira.

"Gue bakal gunain pistol dan peluru ini Dir" kata Novi.

"Oke. Letakan senjata itu di kotak kaca di sana. Besok bakal gue kasih" suruh Dira.

Mereka gak tau senjata yang di pilih bakal di apain sama Dira. Setelah memilih senjata mereka keluar dari ruangan senjata.

"Ini ambil" kata Dira sambil menyerahkan kartu kecil untuk masuk ke dalam mansion ini.

"Ini apa dir?" Tanya Novi.

"Untuk masuk ke sini, jangan hilang" Dira.

Dira pun mengajak mereka ke kamar. Di situ ada dua kamar yang bertuliskan nama mereka berdua.

"Ini kamar kalian. Kamar gue ada di sana dan kamar papa gue ada di balik kaca itu, jangan pernah ada yang ke sana" tunjuk Dira ke ruangan paling ujung yang begitu gelap.

"Oke Dira" balas Gesya.

"Ayo pulang" ajak Dira yang di anggukin mereka.

Mereka pun keluar dari mansion, Novi menatap sekitar ngeri karena gelap gulita tanpa ada cahaya sedikit pun.

"Jika kalian takut kalian bakal mudah di kalahkan" kata Dira sambil membuka pintu mobil.

Dira mengendarai mobil nya dalam diam. Sesampainya di perempatan jalan mereka berdua turun. Mereka akan menunggu kendaraan umum untuk pulang. Dira ingin mengantar tapi mereka tidak mau.

Setelah itu Dira putar balik mobil nya. Dia akan pulang ke mansion tempat tinggal nya. Bik Inah langsung membukakan pagar untuk Dira.

"Non tumben baru pulang?" Tanya bik Inah karena gak biasanya Dira pulang malam.

"Tadi ada urusan, papa udah pulang?"

"Baru saja pulang" balas bik Inah.

Dira pun mengangguk lalu segera masuk ke dalam di ikuti bik Inah.

"Non mau makan apa?" Tanya bik Inah.

"Enggak usah aku mau langsung istirahat aja bik" balas Dira lalu naik ke atas.

Dira langsung membaringkan tubuh nya yang lelah. Dira menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang menerawang ke masa lalu.

"Kebencian ini yang membuat gue kayak gini"

"Rasa sakit ini saat gak ada yang peduli sama hidup gue"

Dira bermonolog dengan diri sendiri. Kalau diri nya merasa lelah dan kesepian Dira akan seperti ini mengungkapkan sakit yang dia rasakan pada diri sendiri.

Dendam ini yang membuatnya menjadi kejam. Rasa sakit ini yang membuatnya memiliki hati dingin tak tersentuh. Kesepian ini yang membuatnya berani. Karena dia menganggap tidak ada orang yang bisa di percaya di dunia ini.

Setelah itu Dira pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Lalu mengambil sesuatu di lacinya. Meminum 2 butir tanpa air dan setelah itu Dira memutuskan untuk tidur.

The Queen Darkness [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang