Chapter 11

1.1K 72 4
                                    

||Hari dimana sosok iblis itu mulai datang||

Pagi ini Dira sudah rapi. Ia akan pergi ke pemakaman. Setelah selesai Dira langsung pergi mengambil motor nya. Sebelum ke pemakaman Dira singgah ke toko bunga.

Ia membeli 2 bunga lily. Sesampainya di sana Dira pergi ke ujung di mana makam Zahra dan ibu nya berada. Kalian pasti bingung ibu Dira sudah meninggal.

Saat itu hari sabtu dimana sekolah Dira libur. Malam itu Dira ingin pergi membeli makanan karena laper. Setelah membeli makanan Dira mendengar suara rintihan seseorang.

Dira pun pergi ke gang kecil dan gelap mencari asal suara itu. Ia melihat ibu nya di siksa oleh papa nya sendiri. Dira yang masih terbilang kecil pun merasa takut. Di depan mata nya sendiri Dira melihat ibu nya tewas.

Setelah ibu nya sudah tidak bernyawa papa nya membereskan mayat nya. Mayat itu di kubur di belakang rumah nya. Makanan yang Dira beli sudah jatuh ke aspal.

Dunia saat itu seperti runtuh bagi Dira. Hujan pun turun dengan deras. Dira pulang ke rumah dengan keadaan basah kuyup. Saat itu papa nya sedang berada di ruang tamu.

"Dari mana kamu? Kenapa basah begitu?" Tanya nya.

Dira melihat papa nya dengan tatapan mengerikan. Saat itu di pikiran Dira kecil hanya ada sebuah kebencian. Papa nya yang di tatap seperti itu pun ke bingungan.

Setelah itu Dira pergi masuk ke kamar. Di sana adik nya Zahra sedang tidur. Setelah mengganti baju Dira pergi ke ruang kerja ayah nya. Membaca berkas-berkas ayah nya. Ia yang pintar pun mampu merekam apa yang ia baca di kepala nya.

Dan di sana ada salah satu novel yang berjudul mafia. Dira melihat itu lalu membawa buku itu pergi ke kamar nya. Malam itu ia membaca buku nya sampai habis.

Pagi nya karena ke hilangan buku nya papa Dira bertanya pada Dira. Dira saat itu menampakan kebencian terhadap papa nya.

"Dira kamu ada melihat buku papa?" Tanya pak Heri.

"Pembunuh!" Teriak Dira dengan mata yang memancarkan kebencian.

Papa nya yang di bilang begitu pun merasa bingung atas perlakuan Dira. Setelah mengatakan itu Dira pergi keluar kamar nya. Gak berapa lama ibu Nuri datang ke rumah mereka.

"Nuri tolong jaga anak-anak ku selagi aku pergi" perintah Heri.

Ibu Nuri janda anak 1. Saat itu papa Dira akan pergi selama 2 hari untuk menjalankan misi. Dira dari jauh menatap mereka dengan kebencian.

"Kak Dira kenapa?" Tanya Zahra.

"Gak papa. Kamu jangan dekat-dekat yah sama tante itu" tunjuk Dira ke arah ibu Nuri.

"Kenapa?"

"Dia jahat" balas Dira.

"Iya kak. Zahra gak bakal dekat-dekat" balas Zahra kecil lalu melanjutkan bermain boneka nya.

Setelah papa nya pergi Natasya datang di antar supir. Dira masih memandangi mereka dari jauh.

"Wah...Ma rumah ini besar sekali" kata Natasya.

"Iya sayang sebentar lagi rumah ini akan jadi milik kita" balas sang ibu.

"Aku gak bakal biarin!" Teriak Dira.

"Heh Dira jangan melawan dengan ku!" Teriak ibu Nuri.

"Dasar jalang!" Teriak Dira.

"Dasar bocah kurang ajar" amarah ibu Nuri.

Gak berapa lama papa Dira pulang karena ada yang ketinggalan. Ia merasa bingung apa yang sedang terjadi.

"Mas masa dira memanggil ku jalang" kata nya mengadu.

"Dira kamu dapet perkataan itu dari mana?!" Teriak papa nya.

"DIA JALANG! Dan anda!" Tunjuk Dira ke wajah papa nya.

"PEMBUNUH!" Teriak Dira sekeras-keras nya.

Pak Heri dengan spontan menampar Dira. Dira yang di tampar langsung memegang pipi nya. Zahra yang melihat itu langsung menghampiri sang kakak dengan perasaan takut.

"Kamu kurang ajar sekali!" Kata pak Heri dengan amarah.

"Papa kenapa menampar kakak" kata Zahra takut.

"Zahra jangan ikut campur" ucap Dira.

"Kalian gak akan pernah bisa merebut rumah ini dan anda akan saya bawa ke penjara!" Teriak Dira tanpa rasa takut.

"Sini kamu biar papa kasih pelajaran!"

Pak Heri pun menyeret Dira ke kamar mandi. Zahra yang melihat itu mengikuti mereka. Kepala Dira di tenggelamkan di dalam bak mandi.

"Pa jangan sakiti kak Dira!" Teriak Zahra.

"Kamu sini sekalian!"

Kini kepala Zahra dan Dira di masukan ke dalam bak. Nafas Dira tersengal-sengal begitu juga dengan Zahra.

"Ampun pa...hiks" kata Zahra yang mulai menangis.

"Pa di...ra gak bisa nafas" kata Dira yang menahan sakit.

"Kamu dan adik kamu tau nya cuma nyusahin saya! Lebih baik kamu ikut mama mu saja sana kalau dia menerima mu" kata nya dengan emosi.

"Bukan nya mama udah meninggal papa bunuh?!" Kata Dira yang sudah tidak berdaya.

"Kamu?!" Kata nya terkejut.

"P-e-m-b-u-n-u-h!" kata Dira menekankan setiap huruf nya.

Setelah itu papa nya pergi meninggalkan mereka berdua di dalam kamar mandi. Setelah ke pergian papa nya ibu Nuri dan Natasya datang menghampiri mereka.

"Gimana rasa nya enak?" Tanya ibu Nuri mengejek dan setelah itu mereka pergi meninggalkan Dira.

Dira berusaha bangkit meski tubuh nya sudah begitu dingin dan wajah nya yang pucat. Ia melihat Zahra yang sudah tergeletak tidak berdaya.

"Zahra bangun! Zahra!" Teriak Dira.

Ia berusaha menggendong Zahra untuk di bawa ke rumah sakit. Langit saat itu sangat gelap menandakan hujan akan turun dengan deras. Dira mencoba mencari angkutan umum lewat. Tapi tidak ada satu pun kendaraan yang lewat saat itu.

Hujan turun dengan deras. Dira menggendong Zahra menuju rumah sakit. Badan Zahra sudah sedingin es dan bibir nya mulai membiru.

"Zahra bertahan! Kakak mohon!" Teriak Dira.

Air mata Dira terus mengucur dengan hujan yang turun. Tiba-tiba ada seorang ibu yang menghampirinya. Ia lah ibu Dori pemilik panti asuhan.

"Nak adik kamu kenapa?" Tanya ibu Dori.

"Tolong bawa ke rumah sakit bu!" Kata Dira terus menangis.

Ibu Dori langsung membawa mereka ke rumah sakit. Sesampainya di sana Zahra di nyatakan meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. Rasa nya saat itu Dira benar-benar gila.

Luka itu benar-benar membekas untuk nya. Luka yang menjadi sebuah dendam yang mengerikan. Kebencian nya terhadap papa kandung nya.

Saat mengingat kejadian itu air mata Dira menetes. Rasa sakit yang yang melukai mental nya. Dira sempat trauma dengan darah. Tapi sekarang dia malah senang dengan darah yang menetes.

Setelah itu Dira langsung pergi dari makan Zahra dan ibu nya. Makam ibu nya sudah di pindahkan saat Dira memberi tau ibu Dori dan langsung di laporkan ke polisi. Rumah Dira yang lama sudah tidak ada penghuninya. Dan sampai sekarang papa nya menjadi buronan polisi.

The Queen Darkness [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang