Chapter 13

1K 68 4
                                    

||Berusaha tetap terlihat baik-baik saja meski ada penyakit yang menggerogoti tubuh ku||

Pagi ini Dira sudah berada di sekolahnya. Dia masih berpenampilan sebagai nerd. Gak berapa lama Natasya datang menghampirinya.

"Cupu ikut gue" ajak Natasya.

Dira pun mengikutinya tanpa berkata apa-apa. Natasya mengajaknya ke belakang sekolah yang sepi karena keadaan masih terlalu pagi. Sesampainya di sana Natasya menatap Dira dengan tajam.

"Di mana mama gue?" Tanya nya dengan tatapan menyelidiki.

Dira mengangkat bahu tak peduli dan ingin pergi dari sana. Namun Natasya dengan cepat mendorongnya ke dinding.

"Jawab gue!" Bentak Natasya dengan amarah.

Namun Dira tetap diam. Tidak ada niat untuk menjawab pertanyaan itu. Natasya terlihat sangat kacau saat ini. Setelah pulang dari rumah sakit ia mendapat kabar mama nya menghilang. Kabarnya mama Natasya terakhir kali terlihat saat di sekolah.

"Sekarang lo tau kan sakit nya kehilangan?" Tanya Dira lalu tersenyum miring.

"Siapa lo sebenarnya?" Tanya Natasya dengan suara menahan tangis.

"Lo ingat anak kecil yang di siksa oleh papa nya sendiri karena dua manusia yang jahat?" Tanya Dira sambil tersenyum tipis.

"Dua anak yang di siksa di dalam kamar mandi. Membuat salah satu di antaranya harus ke hilangan nyawa" lanjut Dira.

Kini ingatan Natasya mulai kembali ke masa lalu. Di mana dengan jahat nya dia menertawakan Dira dengan keadaan yang lemah.

"Jadi lo?!" Ucap nya terkejut.

"Iya ini gue Dira Launza anak dari Heri papa tiri lo" kata Dira dengan lantang.

Natasya pun tertunduk lemas mendapatkan Dira di hadapan nya. Dia tak menyangka akan di pertemukan lagi oleh Dira setelah beberapa tahun lalu.

"Gue datang untuk balas dendam sama orang-orang yang menyakiti gue di masa lalu!" Kata Dira dengan amarah.

"Maafin gue" kata Natasya memohon.

"Maaf itu gak bisa ngubah apa pun. Adik satu-satu gue udah meninggal karena kalian! Jadi nyawa harus di balas nyawa" kata Dira lalu meninggalkan Natasya sendiri.

"Lo jahat Dir. Gue akan balas lo liat aja!"

Sesampainya di kelas Dira duduk di bangkunya. Pikiran nya berkelana kembali mengingat betapa sayangnya ia pada Zahra. Dulu saat kecil Dira selalu melindungi adik satu-satu nya itu.

"Zahra kenapa nangis?" Tanya Dira kecil.

"Zahra gak boleh main sama anak-anak di taman" kata Zahra kecil yang terus menangis.

"Yaudah kalau gitu kita jalan-jalan aja yuk ke danau nanti pulang nya kakak beliin es krim" balas Dira dengan senyum hangat.

Zahra kecil pun mengangguk senang lalu pergi dengan Dira. Pulang dari danau Dira menggendong Zahra sambil menuju minimarket untuk membeli es krim. Sepanjang jalan hanya ada canda tawa mereka berdua.

Dira kembali menatap sendu gelang yang ia pegang. Gelang itu milik Zahra. Dira membelikannya sebagai hadiah ulang tahun Zahra yang ke 10 tahun. Dari arah pintu Verel menatap Dira lalu pandangan nya beralih sama gelang yang Dira pegang.

"Hai" sapa nya lalu duduk di bangku sebelah Dira.

Dira mengangkat kepala nya yang tertunduk lalu mendapatkan Verel orang yang menabraknya saat di lorong. Dira segera menyimpan gelang itu di saku.

"Kenapa lo?" Tanya Verel sambil melirik saku Dira.

"Kepo banget" balas Dira.

"Yeh ini bocah di tanya serius" ucap Verel lalu menjitak kepala Dira.

Dira yang di perlakukan seperti itu menatap Verel sinis. Verel yang di tatap tajam pun langsung gelagapan lalu mengusap tengkuknya.

"Sembarangan aja jitak kepala orang" kata Dira lalu mengusap kepala nya yang sakit.

"He..e.. maaf dir" balas Verel gugup.

"Btw kelas berapa?" Tanya Dira.

"Gue mah kakak kelas lo" balas Verel.

"Jadi gue manggil kakak nih? Biar lebih sopan" tanya Dira yang di balas anggukan oleh sang empu.

"Dir gue balik ke kelas yah nanti ada yang liat gue bisa di ejek sama tuh bocah" kata Verel lalu ngacir dari kelas Dira.

Dira yang melihatnya pun menggelengkan kepala atas tingkah Verel. Gak berapa lama kelas mulai ramai Novi dan Gesya pun sampai di kelas.

"Dir lo tau kakak kelas yang bisa di bilang ganteng itu. Ngapain masuk sini?" Tanya Gesya.

Dira mengangkat bahu tidak peduli. Gesya pun pergi duduk di bangkunya. Novi mengikuti apa yang di lakukan Gesya.

"Emang kenapa ges?" Tanya Novi.

"Dia sepupu gue. Kata nya sih ada cewek yang dia taksir di kelas ini" balas Gesya sambil bisik-bisik.

Gak berapa lama bel masuk berbunyi mereka pun memulai pelajaran. Saat guru sedang menerangkan Adit lewat di depan kelas Dira. Ia memperhatikan Dira yang sedang melamun. Adit tersenyum tipis lalu melanjutkan jalan nya. Entah sejak kapan Adit mulai tertarik pada Dira sih cewek nerd.

"Buk saya permisi ke kamar mandi" kata Dira.

"Jangan lama-lama" peringat nya.

Dira langsung berlari menuju kamar mandi. Verel yang melihat Dira berlari di lorong pun merasa bingung.

"Kenapa Dira lari?" Tanya nya dalam hati.

Sesampainya di kamar mandi. Dira memasuki salah satu toilet. Terduduk lemas di lantai. Dira kembali mimisan dan keringat dingin.

Sudah sekitar 20 menit Dira menahan sakit. Obat itu enggak ia bawa. Setelah sakit yang ia rasakan mulai mereda Dira keluar untuk membersihkan bekas darah. Menatap diri nya di kaca dengan sendu. Setelah itu Dira buru-buru kembali ke kelas.

"Kamu kenapa lama?" Tanya guru yang sedang mengajar.

"Tadi saya di suruh ibu citra" balas Dira berbohong.

"Baiklah kembali ke tempat"

Pelajaran pun di lanjutkan hingga bel istirahat.

Jangan lupa vote dan komen yah:)

The Queen Darkness [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang