Happy Reading
✌Yara menghela napas untuk entah kesekian kalinya. Gadis cantik itu mendongak, menatap langit yang terlihat cerah. Warna birunya terlihat benar benar indah, di tambah awan yang menghiasinya membuat siapa saja yang betah untuk menatap langit.
"Belum juga berjuang, udah di tolak duluan." Yara merenggangkan tubuhnya, hatinya terasa di remas kuat. "Rasanya patah hati gini ya? Sakit banget."
"Mau ngelepasin juga gak bisa," Yara kembali bermonolog. "Kenapa juga pengalaman pertama gue gini amat. Gue kira, masa SMA itu indah. Nyatanya pait anjir."
Yara menutup matanya, menikmati angin yang berhembus mengenai wajahnya. Sekolah sudah sepi karena sekolah di tutup lebih awal. Yara sengaja masih berada di sekolah karena dia lebih nyaman di sini. Sendiri, tapi bisa membuatnya nyaman.
"Bukan temen, pdkt juga enggak, apalagi pacaran, tapi udah di tolak duluan. Miris banget hidup gue."
Yara membuka tas miliknya, mengambil headphone miliknya lalu memakainya. Dia memutar lagu yang sekarang cocok untuk suasana hatinya.
"Udah lah, gak usah main cinta. Nunggu jodoh aja, siapa tau di lamarnya romantis."
Yara sudah seperti orang gila karena berbicara sendiri. Dia bangkit, berjalan menuju gerbang belakang sekolahnya. Dia membukanya lalu keluar tidak lupa menutupnya kembali. Tas miliknya ia gendong di pundak kanannya, Yara sudah seperti orang yang tidak mempunyai gairah hidup.
"Kak.."
"Astaghfirullah.."
Yara memegang dadanya kaget saat ada yang menepuk pundaknya. Yara meletakkan headphone itu ke lehernya lalu menoleh. Dia menghela napas lega, "Lo buat gue.."
Mata Yara mengerjap cepat melihat cowok yang ada di depannya. Cowok yang sudah menolaknya, bahkan sebelum dia berkenalan dengan semestinya. Perkenalan saat mabuk itu bukanlah hal yang baik.
Darren tersenyum tipis melihat Yara yang terlihat kaget. Laki laki itu menggeleng, "Gue mau ngomong sama lo kak."
Yara mengernyit bingung, "Ngomong apa?"
"Ikut gue." Darren menyuruh Yara untuk mengikutinya.
Walaupun bingung, Yara tetap mengikuti langkah kaki Darren. Dia berhenti, menatap Darren yang menaiki motor berwarna hitam miliknya. Matanta tetap memperhatikan Darren yang tengah memakai helm miliknya.
"Ayo.."
"Ayo apa?" tanya Yara bingung.
"Lo naik, kak." Darren mendengus, "Kita gak bisa ngomong di sini."
"Er..gue--"
"Ayo, penting." Darren memotong.
Yara menggaruk tengkuknya, dia tidak bisa menahan detak jantungnya yang terus saja berdetak sangat cepat. Perlahan, kakinya mendekat kearah Darren. Cowok itu mengulurkan tangannya, berniat untuk membantu Yara.
Dengan ragu, Yara menerima uluran tangan Darren, lalu naik ke atas motor Darren. Walaupum duduknya sudah terasa nyaman, tapi tangannya terasa bergetar di tambah jantungnya belum juga berdetak normal.
"Apa orang orang juga gini kalo boncengan sama doi?" tanya Yara pada dirinya sendiri.
"Pegangan kak," suruh Darren. Dia menyalakan motornya.
Yara mengernyit, dia mau pegangan di mana? Pundak? Oh enggak, nanti Darren udah kayak tukang ojek ganteng. Pinggang? Ayolah, itu hanya akan membuat Yara mati kutu.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSIVE SENIOR (✔)
De Todo"Aku hamil anakmu, tapi kenapa kita tidak dapat bersatu?" tanya Yara menahan sesak di hatinya. "Kenapa kita tidak dapat bersatu?" Maaf, ada beberapa part dengan tema adult. Belum cukup umur mending cari cerita lain. September 2020.