Dia ada
***
"Apa?"
Darren menatap Yara yang diam dengan kedua mata berkaca-kaca, gadis itu meremas kedua tangannya. Pandangannya beralih ke arah laki-laki yang duduk di single sofa yang hanya diam memperhatikan. Wajahnya terlihat datar.
"Tapi, maaf Om," Darren kembali menatap Dito. "Om pasti tau kan kalau kak Yara lagi hamil anak saya?"
"Saya tau," Dito menjawab tenang.
"Lalu kenapa--"
"Kepercayaan kalian berbeda. Kamu juga masih di bawah umur, masih pelajar. Kalau anak saya nikah sama kamu, dia mau kamu kasih makan apa? Cinta dan yakin mau tanggung jawab gak bakalan buat kalian kenyang." Dito memotong, "Kalau kepercayaan kalian sama, saya masih bisa pertimbangkan."
"Tapi saya masih memiliki hak penuh atas kak Yara. Dia--"
"Dia belum menikah sama kamu, jadi hak Yara masih ada sama saya." Dito kembali memotong.
"Tapi kak Yara lagi hamil anak saya. Gimana bisa Om berniat menjodohkan kak Yara sama orang lain? Jelas-jelas saya Ayah kandung anak yang di kandung kak Yara."
Dito bungkam, dia melirik ke arah Yara yang menunduk. "Saya hanya memikirkan kemungkinan yang terjadi. Yang satu keyakinan aja bisa pisah apalagi ini yang beda."
Darren mengusap wajahnya kasar, dia menatap Yara sekarang benar-benar menangis. Yara tidak dapat melakukan apapun.
"Kita gak bisa ngelakuin apapun, ayo pulang." Ayah menepuk pundak Darren, dia bangkit. Menatap Dito dengan pandangan kecewa, "Kami pergi dulu. Maaf sudah mengganggu malam kalian."
"Yah.."
"Ayo, Ren." Bunda ikut bangkit, dia menatap Darren dan Diana bergantian. "Kami permisi."
Diana bangkit, dia menatap Yara sebentar lalu ikut berbalik menyusul kedua orang tuanya. Darren menghela napas kasar, tanpa mengatakan apapun dia berjalan pergi.
Yara ikut bangkit, dia berlari menuju kamarnya. Pintu kamarnya ia tutup dengan kasar, tidak lupa menguncinya. Tubuhnya luruh ke lantai, menyentuh dadanya yang terasa sangat sesak.
Dua hari yang lalu, Papanya mengatakan kalau ia akan di jodohkan dengan Daniel. Dito terlihat sangat berharap kalau Yara mau menerimanya. Saat Yara ingin menolak, Papanya tidak mau mendengar.
Gadis itu juga sempat menanyakan hal itu pada Daniel, katanya Daniel tidak memiliki pilihan lain. Tapi, Yara terus memaksa Daniel untuk memberi tahu alasannya. Dan terjawab sudah, Daniel menyukainya.
Sifat dinginnya yang selama ini Daniel tunjukan sebenarnya karena Daniel tidak ingin semakin mencintai anak atasannya itu. Tapi sayang, perasaan cintanya pada Yara terlalu besar sampai Daniel mau menerima usul Dito.
Lalu, bagaimana Dito tau kalau Yara tengah hamil?
Jawabannya mudah, Dito tidak sengaja menemukan tespack di kamar Yara saat dia ingin meminjam laptop anaknya karena laptop miliknya bermasalah. Awalnya Dito kaget, dia belum percaya kalau anaknya tengah hamil.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSIVE SENIOR (✔)
Acak"Aku hamil anakmu, tapi kenapa kita tidak dapat bersatu?" tanya Yara menahan sesak di hatinya. "Kenapa kita tidak dapat bersatu?" Maaf, ada beberapa part dengan tema adult. Belum cukup umur mending cari cerita lain. September 2020.