19 | Tracking

6.8K 1.3K 372
                                    

Namjoon, semakin ke sini , terlabih setelah nambah usia, semakin gak ngotak wibawanya. Sebenarnya pengen up pas ultah Namjoon, tapi kekentangan otakku harus di maksimalkan untuk Arcane, hadi aku update ketika partnya bener-bener siap.Heheheh

Voter ke berapa nih?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Voter ke berapa nih?




















            "Jadi, apa yang kau lakukan jika selama ini, seseorang yang membunuh Ibumu ternyata berada di dekatmu, Joon?"

            Elena bisa mengatakan jika ia baru kali pertama melihat ekspresi Namjoon seperti sekarang ini. Kedua matanya perlahan melebar dengan getaran lirih, dan bibirnya menganga tipis sarat akan keterkejutan yang nyata. Elena hanya bisa merasakan jemarinya mengepal erat hingga bergetar di atas sofa, dadanya terasa amat sesak dan matanya semakin memanas. Diam-diam tertawa di dalam hati atas hidup dan takdirnya—memangnya, apalagi yang lebih buruk dari pada ini? Elena terlalu berharap kepada ketidak pastian hingga semua benar-benar memburuk.

            "Iya, aku yakin mereka di dekatku." Namjoon mengendikkan pundaknya ragu, "Dan itu bukan dirimu."

            Namjoon sejujurnya tidak selengah itu untuk tidak menyadari banyak hal disekitarnya. Ia cukup piawai bagaimana mengumpulkan informasi dan mengendus jejak. Bahkan, untuk memahami ekspresi yang tengah Elena berikan untuknya bukanlah hal yang sulit. Namjoon memang tahu, pembunuh Ibunya pastilah di antara beberapa kelompok-kelompok pembunuh bayaran yang tengah berkeliling di lingkungannya—di lingkungan Yoongi juga. Jelas itu adalah alasan utamanya bergabung.

Sayangnya, Namjoon sendiri masihlah selemah makhluk Tuhan pada umumnya untuk putus asa, dan ia masih memiliki kekurangan karena tidak bisa menggali banyak hal dari kelompok Elena. Kelompok pembunuh bayaran paling besar dan paling profesional yang pernah Namjoon temui. Namjoon tahu, dan ia memang gagal untuk memastikan praduganya kali ini.

            "Well." Namjoon menjeda kalimat kakunya, kedua tangan lebar itu mengusap wajahnya cukup tercengang sebelum ia berdiri dengan deru napas yang tidak teratur, "Aku tahu apa yang sedang ingin kau lakukan, El. Aku menghargai jika kau ingin membuatku berhenti saat ini juga dari Shield karena pengakuanmu." Sebuah gelengan Namjoon berikan saat Elena mendongak, "Tapi, ini tidak berhasil sama sekali."

            Elena merasakan setetes air matanya jatuh saat ia mengerjab singkat, ekspresinya hancur dan tengannya bergetar tipis saat ia menarik isaknya. Jantungnya bergetar tidak tenang saat Namjoon memberikan jawaban seperti itu atasnya, "Aku tidak sedang bercanda, Joon," jeda Elena sebelum saliva yang bercampur air mata itu menggelincir tenggorokannya, "Seseorang yang membunuh Ibumu berada di dekatmu, Joon. Tidakkah kau seharusnya sudah menemukan dan menyadarinya?"

            Kenyataan yang buruk, pada dasarnya Namjoon memang belum menyadari apapun sampai Elena mengatakan hal gila ini padanya. Berusaha mengambil udara segar untuk mengisi paru-parunya yang sesak, Namjoon lantas bertanya dengan mata yang nyaris berkaca-kaca dan serius, "Tapi itu bukan dirimu." Suara berat itu terasa menekan atmosfer hingga Elena sendiri merasa berat untuk menarik napas, "Aku percaya itu bukanlah dirimu, Elena."

Arcane | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang